Mohon tunggu...
Nurmarinda Dewi Hartono
Nurmarinda Dewi Hartono Mohon Tunggu... Freelancer - Ririn Marinda

Pendiam di dunia nyata, Menghanyutkan dalam tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sedikit Teman, Bukan Berarti Tak Pandai Membangun Relasi

23 April 2020   22:12 Diperbarui: 23 April 2020   22:21 1288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak di bangku sekolah menengah saya selalu memiliki prinsip dalam pertemanan: "teman mengajak berlomba tetapi tidak pernah meninggalkan". Bagi saya penggalan tersebut sangatlah dalam. Tentunya berlomba yang dimaksud adalah saling mendukung satu sama lain agar terus selangkah lebih maju. Dalam perlombaan itu teman berbeda dengan penantang/lawan dalam sebuah pertarungan biasanya. 

Teman dalam hal ini tidak akan pernah meninggalkan satu sama lain walaupun mereka sedang dalam 'perlombaan'. Semakin kesini prinsip itu pun bercampur dengan prinsip lain yaitu, "lebih baik sedikit teman tetapi berkualitas". Tak akan menjadi hubungan yang baik selagi tidak memiliki kualitas di dalamnya. Maka kuantitas dalam pertemanan tak lagi penting. 

Seorang teman adalah orang lain yang bisa kita percaya dan menjadi pendamping dalam petualangan apapun. Dengan teman kita bisa berbagi banyak hal, apalagi hal yang sama-sama disukai pasti lah sangat menyenangkan. Teman membuat kita tidak merasa sendiri dan merasa bahwa kita layak untuk di dijadikan sebagai "seorang teman". 

Namun, bagaimana jika teman yang kita miliki hanya sedkit bahkan hanya ada satu  ? Atau kita  hanya dapat menjadi teman  bagi beberapa orang yang jumlahnya tak lebih dari tiga, misalnya ? Seringkali permasalahan tersebut membuat kita merasa insecure terhadap diri sendiri. Merendahkan diri bahwa kita tidak bisa menjadi orang lain yang punya banyak teman karena kepopulerannya.  Tapi, sebelum men-judge  bahwa kita mempunyai kelainan dalam membangun relasi, mari kita pelajari sedikit demi sedikit dalam tulisan ini

Mereka yang mempunyai banyak teman tentu banyak alasannya, diantaranya: 

1. Mereka adalah seorang yang sangat terbuka terhadap siapa saja

2. Mereka adalah seorang yang humoris (tidak tahu malu)

3. Mereka adalah seorang yang populer di lingkungannya (orang kaya, bangsawan, good-looking, punya jabatan tertentu)

4. Mereka merasa tidak diperhatikan dalam lingkungan keluarga sehingga melampiaskannya pada pergaulan yang ramai

Ke-empat kriteria di atas adalah berdasarkan pengamatan saya selama enam tahun di sekolah menengah. Dimana pada masa itu hubungan relasi pertemanan sedikit berbeda bumbunya dibandingkan saat sekolah dasar atau TK. Lalu sayangnya, saya tidak termasuk dalam ke-empat kriteria itu sama sekali. 

Bukan orang yang mudah terbuka, sehingga dalam pertemanan tak banyak yang harus saya ceritakan kepada siapapun. Bukan orang yang humoris yang menjadikan teman di sekitar tertarik. Walaupun saya populer karena alasan yang terakhir, tetapi karena saya bukan kriteria yang pertama maka  itupun tidak ada pengaruhnya. Bukan juga anak yang kesepian, jadi tidak perlu melampiaskan kepada pergaulan.

Namun bukan berarti selama sekolah saya tidak mempunyai teman. Tentu saja saya mempunyai (bisa disebut) geng yang beranggotakan paling banyak empat orang dan paling sedikit hanya berdua. Kalah dengan teman yang lain yang bisa mempunyai anggota geng lebih dari lima bahkan sepuluh orang. (Mengerikan)

Anggota geng saya adalah kumpulan orang yang juga mengalami keterpisahan dari lingkungan yang besar. Istilahnya kami hanyalah anak yang terpinggirkan karena tidak mempunyai empat kriteria tadi. Pola pertemanan seperti itu  terus terjadi hingga lulus SMA dimana saya hanya mempunyai tiga orang teman terdekat.  Dari kebiaasaan itu justru saya jadi banyak mempelajari tentang hubungan pertemanan. 

Saya melihat bahwa mereka yang mempunyai anggota teman yang banyak akan jauh lebih banyak konflik. Konflik yang terjadi seringkali juga tidak dewasa, misalnya karena tidak ikut membeli sepatu yang sama atau tidak ikut dalam satu pertemuan. Sementara saya merasa bersama dengan teman-teman yang sedikit akan lebih mudah membangun visi dan misi pertemanan. 

Konflik yang terjadi sangat jarang, justru konflik banyak datangnya dari lingkungan eksternal. Teman yang sedikit memberi kemudahan untuk menemukan kesamaan dan menghadapi konflik bersama bagaikan sebuah tantangan dan misi baru untuk diselesaikan. Saat kita memilih sedikit teman berarti, merekalah orang-orang yang kamu percaya dapat menerima kita dan sebaliknya. 

Dalam geng yang besar terkadang mereka kesulitan untuk memahami satu sama lain. Bahkan di dalamnya seringkali terjadi kesalahpahaman atau kepura-puraan.  Walaupun tidak selalu teman yang banyak merugikan dan tidak baik. Ini hanyalah bagian dari pengalaman yang saya alami. 

Memiliki teman yang sedikit membuat kita bisa lebih jauh memahami satu sama lain tanpa harus berpura-pura. Hal yang saya maksud berpura-pura disini adalah berpura-pura untuk memenuhi ekspektasi dari lingkungan pertemanan yang besar. Sehingga dalam lingkungan pertemanan yang kecil dimana disana mereka saling memahami satu sama lain, tentu akan mendorongnya bisa "menjadi diri sendiri". 

Fake friend adalah hal yang sangat saya hindari. Karena mengenal teman palsu adalah membuang-buang waktu dan emosi. Ketika mereka mengaku menjadi teman yang selalu ada, tetapi di belakang mereka justru berusaha menjatuhkan kita atau memanfaatkan kita. Teman palsu ini biasanya ditemukan pada kelompok yang lebih besar. Mungkin karena sifat yang berbeda tadi membutuhkan waktu lebih lama untuk saling menyatu sehingga keduluan dengan munculnya kepalsuan. 

Semakin besar lingkungan pertemanan, maka semakin banyak sifat berbeda yang harus dihadapi. Disini sebenarnya menantang kita untuk meningkatkan kemampuan dalam sebuah hubungan. Bagaimana saling menghargai dan menerima perbedaan dalam kelompok. Ya, kembali lagi bahwa kita berbicara tentang kemampuan berelasi dalam scoop kelompok teman (geng). Berbeda halnya saat kita berhadapan dengan banyak sifat di suatu kelompok yang diluar dari geng tadi. 

Masalah selanjutnya yang sering muncul dalam kelompok pertemanan adalah 'curhat'.  Semakin banyak kita memiliki teman, maka semakin banyak curhatan yang akan kita dengarkan dan semakin banyak pula masalah yang akan kita pikirkan. Karena tidak mungkin saat teman menceritakan masalahnya kita tidak melakukan apapun. Namun saat kita hanya memiliki beberapa teman terdekat, cukup beberapa itu saja masalah yang akan kita dengar dan pikirkan. Begitupun sebaliknya, kita juga menjadi lebih nyaman untuk menceritakan masalah kepada teman tertentu. 

Setelah melakukan pencarian ternyata spekulasi saya sejak tadi menemukan titik terang. Dikutip dari popbela.com bahwa menurut penelitian populer seorang antropolog sekaligus psikolog Robin Dunbar, bahwa manusia hanya mampu menjalin dan menjaga hubungan dekat dengan lima belas orang. Lima di antaranya adalah sahabat terbaikmu, orang tua, dan kakak atau adik. Yups, penelitian ini sangat benar untuk saya. Setidaknya hanya lima orang yang menjadi 'teman untuk dipercaya' bagi saya. 

Penelitian selanjutnya oleh Laura Carstensen, psikologis di Stanford University juga mengungkapkan bahwa semakin seseorang beranjak dewasa, ia akan semakin selektif dalam lingkaran sosialnya dan cenderung mempertahankan hubungan hanya yang benar-benar memberikan kepuasan emosional untuknya.  

Kemudian Lynne Giles dan timnya di Australia juga mengungkapkan bahwa orang yang memiliki kelompok pertemanan kecil yang kuat memiliki tingkat harapan hidup 22% lebih tinggi daripada mereka yang banyak kenalannya. Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Lynne Giles dan timnya di Australia. Tak hanya itu, Harvard University juga telah menemukan fakta bahwa punya sahabat dekat bisa meningkatkan kesehatan mental dan otak saat kita makin menua.

Selain terdapat keuntungan dalam memiliki teman sedikit, ternyata tak ada hubungannya dengan ketidakmampuan membangun relasi. Antara memiliki teman banyak atau sedikit pasti terdapat kekurangan dan kelebihan masing-masing. Tetapi agar tidak cepat mengambil keputusan, memiliki teman yang sedikit juga mempunyai kesempatan untuk meningkatkan kemampuan berelasinya. 

CASEL mempunyai salah satu kompetensi dasar Social-Emotional Learning yang tentu berkaitan dengan kemampuan membangun hubungan: Relationship-skills. Yaitu kemampuan untuk membangun dan memelihara hubungan yang sehat dan bermanfaat dengan beragam individu dan kelompok. 

Kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas, mendengarkan dengan baik, bekerja sama dengan orang lain, melawan tekanan sosial yang tidak pantas, menegosiasikan konflik secara konstruktif, dan mencari dan menawarkan bantuan ketika dibutuhkan. Kemampuan yang dibutuhkan dalam Relationship-skills adalah : komunikasi, keterlibatan sosial, membangun hubungan, dan kerja tim.

Kemampuan ini sangat dibutuhkan dalam pertemanan, baik di kelompok besar maupun kecil. Terutama dalam pertemanan yang besar tentunya relationship-building dan kerja tim perlu ditekankan. Tetapi dari semua kompetensi itu, komunikasi-lah yang paling penting dalam membangun hubungan. Tanpa adanya komunikasi yang baik maka hubungan tidak akan berjalan dengan baik bahkan akan banyak terdapat kesalahpahaman.

Dalam hubungan pertemanan yang kecil memang mudah dikucilkan karena dianggap tak mudah bersosialisasi. Tetapi bukankah yang lebih penting adalah kualitas dalam pertemanan itu sendiri ? 

Kuantitas bukanlah jaminan bahwa hubungan itu akan baik-baik saja. Tetapi kualitas yang akan menjawab seberapa penting arti pertemanan itu. Namun, seringkali kualitas hanya ditemukan pada pertemanan yang kekurangan personil, alias geng kecil. Jadi, jangan berkecil hati. Teman yang sedikit menunjukkan banyak hal, termasuk kedewasaan dan kemampuan dalam membangun hubungan yang berkualitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun