Mohon tunggu...
Nurmarinda Dewi Hartono
Nurmarinda Dewi Hartono Mohon Tunggu... Freelancer - Ririn Marinda

Pendiam di dunia nyata, Menghanyutkan dalam tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengejar 128 Tahun Ketertinggalan (2): Antara Ketidakmerataan dan Tidak Tuntasnya Proses Belajar

30 September 2019   04:04 Diperbarui: 30 September 2019   06:17 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum menjawab, terlebih dahulu kita ambil contoh satu mata pelajaran yaitu matematika di SMA. Kita semua memakai kurikulum yang sama dengan Standar Kompetensi (SK) maupun Kompetensi Dasar (KD) yang sama pula.

Tetapi, tidak semua di antara kita merasa telah memahami seluruh kompetensi walaupun di dalam raport nilai sudah melampaui batas minimal. Setiap guru di kelas juga tidak mengajar dengan metode yang sama sehingga jika ada sekolah yang diajarkan matematika dengan metode maupun fasilitas yang memudahkan maka proses belajar dirasa berhasil tuntas.

Sedangkan, anak  yang bersekolah di daerah tertinggal belum tentu memiliki kemampuan yang sama sehingga dapat dikatakan proses belajar belum tuntas seperti halnya pada kasus praktikum tadi. 

Adapun menurut hasil tes Programme for International Student Assessment (PISA) 2015, yang menempatkan pelajar Indonesia pada peringkat ke-62 dari 70, bahwa Bangsa Indonesia tidak mengalami kemajuan yang berarti sejak mengikuti tes ini pada 2003.

Betapa tidak, 75% murid Indonesia gagal mencapai kemampuan dasar matematika, meski selama lima belas tahun terakhir alokasi anggaran negara untuk pendidikan meningkat berlipat ganda namun dapat dikatakan double for nothing.

Sedangkan, menurut sebuah hasil penelitian pendidikan pada 2016 yaitu Research on Improving Systems of Education (RISE) mengindikasikan bahwa salah satu penyebab rendahnya kualitas pengajaran di Indonesia berkaitan dengan pembelajaran tuntas.

Yang dimaksud dengan pembelajaran tuntas adalah proses belajar mengajar yang mengisyaratkan murid untuk menguasai secara baik seluruh Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran.  

Pada kenyataannya, anak yang berhasil menjuarai sebuah olimpiade atau kompetisi di tingkat internasional merupakan anak yang diberi fasilitas 'mewah' sehingga mereka mendapatan pembelajaran tuntas.

Bayangkan saja jika seluruh anak mendapatkan pembelajaran tuntas tidak menutup kemungkinan peringkat Indonesia dalam ketuntasan belajar akan meningkat dan menjadi tolak ukur keberhasilan Indonesia mengejar ketertinggalan. 

Memang banyak faktor yang menjadi penyebab ketidak-merataan dan tidak tuntasnya proses belajar mulai dari kualitas guru, sarana dan prasarana, hingga menyangkut biaya pendidikan.

Pemerintah dalam hal ini telah melakukan berbagai upaya hingga mengeluarkan kebijakan sistem zonasi untuk mendorong pemerataan pendidikan, namun hal tersebut masih menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat karena dianggap tidak adil dan membatasi hak untuk menentukan lingkungan sekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun