Tahap ini bertepatan dengan usia sekolah, di mana anak mulai fokus pada kegiatan belajar dan mengembangkan keterampilan tertentu. Mereka mulai mengukur pencapaian mereka melalui standar sosial, seperti prestasi akademik dan keterampilan dalam berinteraksi dengan teman sebaya. Jika anak merasa berhasil dan didukung oleh lingkungan, mereka akan mengembangkan rasa kerajinan dan kompetensi. Namun, jika mereka sering mengalami kegagalan atau kurang apresiasi, mereka akan merasa inferior atau kurang percaya diri. Perasaan inferior dapat menghambat motivasi belajar dan kemampuan anak dalam menyelesaikan tugas-tugas.
5. Identitas vs. Kebingungan Peran (12-18 tahun)
Pada masa remaja, individu mulai membentuk identitas diri yang lebih kuat. Mereka mencoba berbagai peran, nilai, dan ideologi untuk menemukan siapa mereka sebenarnya. Pencarian identitas ini merupakan tugas yang kompleks, karena mereka harus menyesuaikan diri dengan harapan sosial dan menemukan jati diri mereka di tengah berbagai perubahan biologis dan sosial. Ketika remaja mampu membangun identitas yang kokoh, mereka akan memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi. Jika tidak berhasil, mereka mungkin mengalami kebingungan peran atau krisis identitas, yang dapat berdampak negatif pada hubungan dan tujuan hidup mereka di masa depan.
6. Intimasi vs. Isolasi (18-40 tahun)
Setelah membentuk identitas yang solid, individu dewasa muda mulai berfokus pada hubungan interpersonal yang lebih dalam, baik dalam bentuk persahabatan maupun hubungan romantis. Pada tahap ini, mereka menghadapi tantangan untuk membangun hubungan yang intim dan penuh kasih sayang. Jika mereka berhasil membangun hubungan yang sehat, mereka akan merasa terhubung dengan orang lain. Sebaliknya, individu yang gagal mencapai intimasi ini mungkin akan merasa kesepian atau terisolasi, dan mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang bermakna.
7. Generativitas vs. Stagnasi (40-65 tahun)
Di tahap dewasa menengah, perhatian individu beralih pada kontribusi mereka terhadap masyarakat, terutama melalui pekerjaan, keluarga, atau kegiatan sosial. Mereka yang merasa produktif dan terlibat dalam berbagai kegiatan akan merasakan generativitas atau kepedulian terhadap generasi berikutnya. Namun, jika mereka merasa tidak berguna atau stagnan, mereka mungkin merasa tidak memiliki tujuan hidup yang jelas. Generativitas adalah aspek penting untuk memberikan makna hidup bagi individu di usia paruh baya.
8. Integritas vs. Keputusasaan (65 tahun ke atas)
Pada tahap terakhir dalam hidup, individu memandang kembali perjalanan hidup mereka dan menilai pencapaian serta kegagalan yang mereka alami. Mereka yang merasa puas akan merasa damai dan memiliki integritas atas perjalanan hidup mereka. Namun, mereka yang merasa tidak puas atau menyesali keputusan masa lalu mungkin mengalami keputusasaan dan ketidakpuasan, yang bisa menyebabkan rasa takut akan kematian.
Pentingnya Teori Psikososial Erikson
Teori Erikson memberikan pemahaman yang mendalam mengenai bagaimana setiap tahap kehidupan saling terkait dan membentuk kepribadian seseorang. Erikson menekankan bahwa perkembangan manusia tidak berhenti pada masa anak-anak tetapi berlanjut sepanjang hidup. Dengan memahami teori ini, kita dapat lebih memahami cara seseorang merespons tantangan hidup dan membangun hubungan sosial yang sehat.