Radikalisme adalah gerakan politik atau sosial yang bertujuan untuk perubahan mendasar dalam struktur masyarakat. Ini adalah sistem kepercayaan yang berupaya membawa perubahan signifikan dalam tatanan sosial dan politik. Meskipun dapat menjadi kekuatan positif untuk perubahan, ia juga dapat menyebabkan disintegrasi masyarakat dan bahkan terorisme. Radikalisme adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pandangan dan tindakan ekstrim. Ini sering dikaitkan dengan ekstremisme dan terorisme. Di Indonesia , radikalisme sering dikait-kaitkan dengan keyakinan agama, meski pendukungnya bisa berasal dari latar belakang apa saja. Istilah "radikalisme" pertama kali digunakan pada akhir abad ke-18 untuk menggambarkan para pendukung Gerakan Radikal. Munculnya radikalisme dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah ideologi agama. Di Indonesia, radikalisme mendapatkan momentum setelah negara merdeka dan era reformasi. Ada berbagai faktor yang berkontribusi terhadap munculnya radikalisme. Ini termasuk iman yang lemah, kurangnya pendidikan, dan rasa superioritas atas orang lain. Faktor lain yang dapat menyebabkan radikalisme termasuk keluhan politik dan ekonomi, pengucilan sosial, dan keinginan untuk kekuasaan dan kontrol.
Di Indonesia , faktor-faktor seperti ideologi agama, ketidakstabilan politik, dan ketimpangan ekonomi menjadi penyebab munculnya radikalisme. Selain itu, penggunaan media sosial dan internet telah mempermudah penyebaran ide-ide radikal dan mendapatkan dukungan. Contoh organisasi yang berpaham radikal adalah Hizbut-Tahrir Indonesia, merupakan cabang dari gerakan Hizb ut-Tahrir transnasional, yang bertujuan untuk memobilisasi populasi Muslim menuju pemulihan Khilafah. Pemerintah Indonesia mencabut status hukum Hizbut Tahrir pada tahun 2017, dengan alasan ketidaksesuaian dengan peraturan pemerintah tentang ekstremisme dan ideologi nasional. Grup ini telah dilarang di beberapa negara, termasuk Bangladesh , Cina , Jerman , Rusia , Turki , dan semua negara Arab kecuali Lebanon , Yaman , dan UEA. Ada perdebatan tentang apakah Hizbut Tahrir Indonesia menimbulkan ancaman bagi negara, namun sudah jelas dan terbukti organisasi ini berpaham radikal yang bertujuan mendirikan dan menggantikan pemerintahan yang sah menjadi pemerintahan khilafah.
Sedangkan menggulingkan pemerintahan yang sah adalah haram/tidak dibolehkan menurut Islam sendiri. Paham radikalisme merupakan ancaman yang mengancam generasi muda dan menjadi isu yang sering dibicarakan. Anak muda berisiko terpapar paham radikalisme dan terorisme , sehingga perlu dilakukan upaya untuk menangkalnya. Generasi milenial harus memiliki benteng diri yang kokoh agar mampu menangkal paham ideologi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh bangsa Indonesia. Ada beberapa tanda radikalisasi pada anak muda yang harus diwaspadai oleh orang tua dan pengasuh. Tanda-tanda tersebut antara lain perubahan perilaku, seperti menjadi lebih terisolasi, mengekspresikan pandangan ekstrim, dan menjadi lebih merahasiakan aktivitas online. Tanda-tanda lain mungkin termasuk perubahan penampilan yang tiba-tiba, kehilangan minat pada hobi atau aktivitas, dan kurangnya minat pada sekolah atau pekerjaan. Penting untuk dicatat bahwa tanda-tanda ini tidak selalu berarti bahwa seseorang sedang diradikalisasi, tetapi mungkin menunjukkan bahwa diperlukan penyelidikan lebih lanjut.
Untuk mencegah paham radikal pada generasi muda , beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain :
1. Melakukan edukasi dan penanaman nilai kebangsaan kepada mereka secara terus menerus
2. Membuat konten toleransi, perdamaian, dan cinta tanah air dalam membedung propaganda radikal
3. Memberikan pendidikan yang baik dan benar tentang agama
4. Mengajarkan berpikir kritis dan memahami informasi dengan baik
5. Meningkatkan peran orang tua dan keluarga dalam mengawasi dan membimbing anak-anak mereka
Sektor pendidikan dianggap sebagai mitra utama dalam mencegah dan memerangi radikalisasi anak muda. Selain itu, beberapa kelompok ekstrimis menganggap lingkungan sekolah sebagai tempat perekrutan yang menarik, sehingga pendidikan dapat digunakan untuk melawan propaganda mereka. Para sarjana juga telah mengamati bahwa pemolisian kontra-radikalisasi dalam pendidikan merupakan ancaman terhadap kebebasan manusia, hak asasi manusia, dan lingkungan belajar yang aman. Oleh karena itu, pendidikan harus fokus pada pengajaran berpikir kritis, toleransi, dan menghargai perbedaan untuk mencegah radikalisasi. Pendidikan dapat digunakan untuk mencegah radikalisasi dengan meningkatkan proses komitmen sosial dan mencegah ekstremisme kekerasan. Ada beberapa program pendidikan yang berhasil mencegah radikalisasi. Di Belanda , " Jaringan Kesadaran Radikalisasi " memberikan pelatihan dan bimbingan kepada para guru untuk mengenali dan mencegah radikalisasi di sekolah. Program " Manifesto for Education " memberdayakan pendidik dan sekolah untuk mencegah radikalisasi. Ada beberapa contoh pendekatan yang berhasil menggunakan pendidikan untuk mencegah radikalisasi. Menurut sebuah penelitian, pendidikan dapat digunakan untuk mencegah radikalisasi dan ekstremisme kekerasan di negara berkembang.
Di Belanda , "Jaringan Kesadaran Radikalisasi" memberikan pelatihan dan bimbingan kepada para guru untuk mengenali dan mencegah radikalisasi di sekolah.. Program " Manifesto for Education " memberdayakan pendidik dan sekolah untuk mencegah radikalisasi. Di Montenegro , sebuah program dikembangkan untuk mengajar guru sekolah dasar dan menengah bagaimana mengenali dan mencegah radikalisasi di kalangan siswa. Radikalisasi di kalangan anak muda semakin memprihatinkan, dan pendidikan dapat memainkan peran penting dalam mencegahnya. Menurut beberapa sumber, beberapa kelompok ekstrimis menganggap lingkungan sekolah sebagai tempat rekrutmen yang menarik. Oleh karena itu, penting untuk mengenali radikalisasi remaja di sekolah dan menyediakan lingkungan belajar yang aman. Pendidikan dapat digunakan untuk meningkatkan proses komitmen sosial dan mencegah ekstremisme kekerasan. Program-program pendidikan yang berhasil mencegah radikalisasi termasuk " Jaringan Kesadaran Radikalisasi " di Belanda , program " Manifesto for Education ", dan program di Montenegro yang mengajarkan guru bagaimana mengenali dan mencegah radikalisasi di kalangan siswa. Selain itu, program " Mencegah Ekstremisme Kekerasan di Sekolah" di Amerika Serikat menyediakan sumber daya dan pelatihan ke sekolah-sekolah untuk mencegah radikalisasi dan pusat perekrutan ekstremis kekerasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H