15 tahun lalu, saya termasuk orang  yang memiliki persepsi bahwa Bank adalah satu-satunya produk keuangan. Anggapan tersebut mulai berubah sejak saya mengenal financial technology (fintech) dan jenis-jenisnya. Fintech yang bisa digunakan sebagai alat pembayaran digital (digital payment) dengan cakupan yang sangat luas dan lebih fleksibel: bisa digunakan untuk pembayaran berbagai tagihan (listrik, PDAM, telepon ), untuk pembayaran tiket perjalanan (transportasi), untuk belanja online, bahkan bisa untuk donasi dan pembelian investasi (reksadana, logam mulia atau koin emas).
Setelah mengikuti acara Nangkring Webinar  dengan tema " " yang disenggarakan oleh Kompasiana bekerja sama dengan  Bank Indonesia, saya mendapatkan informasi tentang produk keuangan secara lebih jelas. Ternyata ada 7 jenis produk keuangan yang ada di Indonesia yaitu:  Bank, Perusahaan pembiayaan, Pasar Modal, Koperasi simpan pinjam, Perusahaan Asuransi,  Dana Pensiun, dan Fintech.
7 jenis produk keuangan yang sebenarnya sudah sangat akrab bagi saya dan mayoritas generasi milenial atau gen Z. Semua produk keuangan yang  digunakan sesuai kebutuhan dan kemampuan keuangan kita, akan berdampak positif pada stabilitas sistem keuangan dan stabilitas perekonomian secara nasional. Salah satu contoh terdekat, uang yang kita tabung di bank akan lebih aman dan bermanfaat bagi diri kita sendiri, sekaligus bisa menjadi sumber modal bagi pelaku usaha yang membutuhkan bantuan pinjaman.
MENGGUNAKAN PRODUK KEUANGAN SECARA AMANAH, AKTIVITAS KEUANGAN LEBIH AMAN DAN MENGUNTUNGKAN
Dengan mengenali resiko produk keuangan, kita bisa menggunakannya secara amanah, selain membuat aktivitas keuangan kita lebih aman tapi juga kita akan mendapatkan banyak manfaat untuk kesejahteraan saat ini dan masa depan. Afirmasi saya ini berdasarkan pengalaman menggunakan produk keuangan selama ini. Sampai dengan hari ini, saya sudah menggunakan 6 produk keuangan, yaitu:
1.B A N K
Sedikit kilas balik ke masa kecil, menabung merupakan kebiasaan pertama yang saya akrabi sejak kecil. Jauh sebelum mengenal institusi perbankan, Emak dan Bapak sudah mengenalkan saya agar suka menabung menggunakan celengan bambu sejak mulai masuk SD. Dengan menyimpan uang di dalam celengan, menjadi cara yang jitu untuk mencegah saya sering membeli jajanan atau mainan. Â Saat kuliah, mulailah saya beralih menggunakan rekening bank untuk menabung. Pada awalnya, buka rekening di bank sebagai media untuk menerima uang kiriman bulanan dan honor jadi guru les privat. Seperti halnya fungsi celengan, menggunakan rekening di bank menjadi filter alami untuk mencegah saya bertindak konsumtif dan boros hingga sekarang. Salah satu pesan Emak yang menjadi pedoman saya hingga sekarang ," Seberapa pun penghasilanmu, jangan dihabiskan karena kita tidak tahu ada kebutuhan yang lebih penting dan butuh dana lebih ". Intinya, dengan memiliki tabungan di bank ini menjadi sarana pengendalian untuk mengatur pengeluaran: membeli barang yang dibutuhkan dan sesuai kemampuan.
Selain tabungan, saya juga menggunakan kartu kredit untuk keperluan verifikasi akun Paypal dan  saya berkomitmen tidak menggunakannya untuk belanja atau transaksi keuangan lainnya. Agar tidak menambah pos pengeluaran, saya cari kartu kredit yang bebas biaya administrasi,  Alhamdulillah kok ya pas ada penawaran promo gratis biaya administrasi lagi.Â
2. PERUSAHAAN PEMBIAYAANÂ
Saya menggunakan jasa pembiayaan ini ketika di awal-awal kerja "memberanikan" diri untuk membeli rumah. Meski pun rumah dengan tipe sederhana, tapi jika menunggu memiliki uang yang cukup untuk membeli rumah secara tunai, akan butuh waktu yang sangat lama. Apalagi kenaikan harga property yang selalu naik berkali lipat, jika dana yang saya tabung terkumpul dalam jumlah tertentu, harga rumah impian saya tentu sudah melambung tinggi lagi. Karena itulah, waktu saya memberanikan diri untuk beli rumah dengan pembiayaan melalui KPR. Dengan masa cicilan 10 tahun, demi menghindari telat bayar saya memilih metode potong gaji setiap bulan.
3. KOPERASI SIMPAN PINJAM
Saya mulai ikut jadi anggota KSP ini sejak sekitar 5 tahun lalu. Kenapa kok ikut Koperasi simpan pinjam? Alasan pertama, dengan ikut KSP ini bisa menambah networking karena anggotanya lintas instansi kantor. Yang kedua, sebagai sarana menabung (simpanan wajib dan suka rela), dan bisa saya manfaatkan untuk emergency exit  bila butuh dana mendadak dan harus cepat. Tentu saja semua metode pembayarannya menggunakan cara potong gaji juga demi kelancaran pembayaran dan kedisiplinan menabung.Â
4. PERUSAHAAN ASURANSIÂ
Untuk produk asuransi, ada dua jenis asuransi yang saya gunakan yaitu asuransi kesehatan dan asuransi untuk investasi. Awalnya saya hanya memiliki 1 jenis asuransi yaitu asuransi single premi dengan alokasi dana premi 100% untuk investasi. Sebenarnya pilihan tersebut terbilang nekat. Tabungan yang mengendap selama 3 tahun kerja, Â saya gunakan untuk membuka polis asuransi tersebut. Di luar dugaan saya, setelah 6 tahun hasilnya sangat significant (100% lebih). Setelah itu saya pun tertarik untuk membuka jenis asuransi lainnya dengan modal pembayaran premi saya ambil dari hasil investasi pertama saya tersebut.
Melihat prospek asuransi investasi yang pertama, akhirnya saya memantapkan hati untuk  memfungsikan asuransi investasi tersebut sebagai emergency fund. Saya melakukan top up premi kalau ada dana lebih atau menerima uang "kejutan" seperti gaji ke-13 atau THR. Dan manakala sewaktu-waktu membutuhkan dana terduga seperti membeli laptop, tambahan modal usaha suami, atau pengeluaran tak terduga lainnya, saya mengambil sebagian dari hasil investasinya dari asuransi ini.
5. DANA PENSIUN
Dana Pensiun karena saya ingin dan berharap di masa purna kerja (saat tidak produktif lagi) memiliki kemerdekaan secara finansial dan tidak menjadi beban bagi anak-anak. Â Dengan setiap Rupiah yang kita peroleh, kita memiliki kesempatan untuk memilih hari tua (masa depan) kita untuk menjadi kaya, miskin atau kelas menengah.
6. FINTECH ATAU FINANCIAL TECHNOLOGY
Financial technology atau Fintech atau bahasa yang lebih membumi dikenal dengan istilah dompet digital. Dari sekian banyak produk fintech, saya memilah dan memilih dompet digital yang menurut saya mudah saya gunakan, bisa dipakai  untuk multi transaksi  dan memberikan kemanfaatkan maksimal (maksudnya ada nilai tambahnya). Dompet digital yang saya gunakan antara lain QRIS, DANA, OVO dan GOPAY Cara pemakaiannya pun saya siasati dengan top up saldo saat akan saya gunakan bertransaksi. Tentu saja, penggunaannya saya sesuaikan penawaran promo atau diskon yang sedang berlangsung. Â
Secara keseluruhan, dengan menggunaan produk --produk keuangan tersebut membuat aktivitas keuangan lebih  aman, mudah dan  menguntungkan. Pertanyaan yang kemudian muncul  adalah bagaimana mengajarkan pada anak-anak agar amanah juga dalam memanfaatkan produk keuangan?
Ini merupakan PR besar bagi Emak milenial seperti saya, terlebih karena melihat trend budaya cashless society pada generasi milenial saat ini, hanya dengan one way click menggunakan dompet digital bisa melakukan beragam aktivitas transaksi keuangan. Memesan makanan, belanja online, beli tiket transportasi, order item game online, bayar ini dan itu, semua bisa dilakukan secara cepat, praktis, mudah dan banyak cashback, ala milenial banget ! Aneka layanan yang menggunakan system fintech hampir setiap hari memberikan promo yang menggiurkan. Tak ayal lagi, hal ini bisa memicu budaya konsumtif dan boros kan?
Hal tersebut menjadi perhatian tersendiri bagi saya sebagai emak milneal yang memiliki 3 anak generasi gen Z.  Saya melihat magnet fintech yang sangat kuat, yang rentan membuat anak -- anak tergoda untuk berbelanja menggunakan dompet digital untuk makanan, perawatan wajah, beli baju-baju serta pernik fashion. Menyadari hal tersebut, menyadarkan saya untuk mengajari anak-anak sedini mungkin agar amanah menggunakan produk keuangan. Saya melihat peluang yang relative lebih bisa diterima anak-anak adalah dengan mengikuti arus kesukaan mereka yaitu melalui produk keuangan fintech juga.
Bukankah generasi milenial suka mempelajari hal-hal baru, mudah beradaptasi dengan teknologi, terutama yang berbasis internet? Dengan menggunakan akun fintech mereka, saya mulai memberikan penetrasi bagaimana menariknya bisa berinvestasi reksadana, emas, hingga memiliki asuransi sendiri, yang dengan mudah bisa mereka mulai bahkan saat mereka belum bekerja.
Bukankah anak-anak lebih suka jatah bulanan mereka ditransfer ke akun OVO, Gopay, LinkAja, Jenius dan sebagainya? Dengan berbagai fitur investasi yang tersedia, saya contohkan bagaimana saya  melakukan setting auto debet  untuk membeli reksadana setiap bulan, bisa dimulai dengan nominal 10 ribu. Dengan memberikan contoh tersebut, meskipun secara nominal terbilang tidak besar, yang penting mereka mau memulainya dulu dengan suka rela. Saya yakin, mereka akan semakin tertarik dan memiliki inisiatif untuk melakukan diversifikasi investasi ketika sudah melihat hasil investasinya.
Saya optimis dengan mengggunakan produk fintech ini, anak-anak milenial seperti anak kami akan lebih mudah menerapkan gaya hidup menabung untuk kesejahteraan di masa depan. Seperti nasehat Emak saya yang digaungkan sejak saya masih belum sekolah," Kelak kalau sudah punya penghasilan, jangan lupa menabung Nduk. Tidak perlu menunggu punya gaji banyak atau menunggu ada sisa gaji, baru menabung ".
Oia, selain mengenalkan cara milenial berinvestasi dengan one way click melalui akun dompet digital, saya juga concern menjelaskan pada anak-anak agar tidak menggampangkan berbelanja dengan pembayaran kemudian ( pay later). Sekiranya barang yang mau dibeli tidak urgent, lebih baik ditunda dulu. Pay later memang solutif saat kita tidak dana TAPI HARUS dipertimbangkan bahwa pembayaran kemudian adalah HUTANG. Kalau tidak di brain storming, anak-anak bisa kecanduan belanja mengikuti keinginan menggunakan pembayaran pay later dan jatuhnya menumpuk hutang untuk pengeluaran yang sebenarnya tidak penting banget.
Intinya sekekinian apapun produk teknologi keuangan, kami memegang pedoman bahwa pemilihan dan penggunaannya tetap harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan seberapa besar kemanfaatan serta kemaslahatannya bagi kami dan orang banyak. Karena dengan Amanah Memanfaatkan produk keuangan, akan berkontribusi terhadap makroprudensial yang aman terjaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H