Pengalaman Pribadi
Hari itu, tanggal 28 Oktober 2018, lebih-kurang pukul 18.35 WIB, saya masih di ruangan kantor di daerah Sunter, Jakarta Utara. Telepon genggam berbunyi, dan saya melihat ada panggilan dari Palu.Â
Saya angkat, dan dari ujung telepon di Palu, saya mendengar: "Pak, ada gempa, kantor berantakan, kami...", lalu terputus begitu saja. Saya coba menghubungi balik, tetapi tidak tersambung.Â
Beberapa saat kemudian saya mencoba melakukan panggilan, berkali-kali, namun hasilnya sama, tidak tersambung. Saya lalu kontak dengan seorang perwakilan perusahaan di Makassar, menanyakan kondisi Palu dan meminta yang bersangkutan untuk mencoba menghubungi Palu. Tapi saya mendapat berita bahwa nomor di Palu tetap tidak dapat dihubungi.
"Ini pasti gempa besar", batin saya dalam hati. Sebab hanya gempa besar yang mampu mengakibatkan putusnya komunikasi seperti ini. Saya hubungi kembali perwakilan Makassar: "Pak Syaiful, jika malam ini tidak ada kabar dari Palu, agar dipikirkan untuk segera cek kondisi di sana melalui jalur darat dari Makassar". Saya bereskan meja dan bergegas pulang.Â
Di rumah, lewat siaran televisi saya melihat gelombang tsunami melanda pantai Talise, dan gambaran kerusakan yang terjadi. Ini mengerikan, bayangan nasib pimpinan cabang kami di Palu dan karyawan langsung melintas di kepala.Â
Mereka pasti butuh bantuan segera. Sepanjang malam saya tetap mencoba menghubungi Palu, dengan hasil nihil. Saya kemudian mencoba mencari tiket penerbangan ke Palu, ternyata penerbangan ke Palu ditutup, karena keretakan di runway. Saya hubungi kembali perwakilan Makassar agar melanjutkan rencana untuk menempuh jalan darat ke Palu.
Tim dari Makassar berangkat pada pagi tanggal 29 Oktober 2018, dan pada tanggal 30 Oktober 2018, pukul 03.00 waktu Palu, tim dari Makassar tiba di Palu, dalam kondisi hujan dan gelap total, dan mulai melakukan pencarian terhadap pimpinan cabang dan karyawan di sana. Tim Makassar mungkin termasuk salah satu tim bantuan luar yang pertama-tama mencapai Palu.Â
Ternyata betul, kondisi sangat memprihatinkan, bantuan makanan dan kebutuhan pokok sangat dibutuhkan. Mobil yang digunakan oleh tim kami dari Makassar hanya mengangkut sedikit kebutuhan logistik, langsung habis terbagi.Â
Kami segera menggorganisir pengiriman bantuan secara mandiri. Beruntung kita juga memiliki perwakilan di Mamuju, Sulawesi Barat. Semua kebutuhan kami beli di Mamuju, untuk kemudian dikirimkan ke Palu. Jarak tempuh Mamuju-Palu lebih kurang 10 jam.
Saya berada di Palu dari tanggal 2 hingga 8 Oktober 2018. Selama 6 hari itu, saya melihat dan mendengar langsung dari korban bencana, sebagian besar mengeluhkan kondisi rumah yang sudah hancur, hilang karena likuifaksi, atau sudah tidak aman lagi untuk dihuni. Saya membatin, butuh bantuan besar untuk memulihkan kondisi Palu pasca bencana, terutama bantuan untuk hunian para korban, setelah bantuan awal berupa kebutuhan sandang dan pangan ini dipenuhi.
Target yang dicanangkan juga terbilang ambisius, 1.000 Huntara. Yayasan Allianz Peduli bekerjasama dengan Habitat For Humanity, sebuah LSM kemanusiaan akan mewujudkan kepedulian tersebut.
Saya masih menyaksikan cukup banyak pengungsi yang tinggal di tenda-tenda sementara. Memang sudah jauh berkurang dibandingkan dengan kunjungan pertama saya ke sana. Tapi kebutuhan hunian sementara jelas sekali terlihat.
Apa yang dilakukan Allianz, semoga juga diikuti oleh perusahaan-perusahaan lainnya. Semoga makin banyak pihak yang terinspirasi dengan langkah Allianz ini, sehingga penderitaan saudara-saudara kita yang mengalami bencana dapat diringankan.Â
Tentu tidak hanya di Palu, Sigi dan Donggala, tapi juga di Lombok. Semoga langkah tanggap dari Allianz ini juga menjadi salah satu role model bagi pihak lain di luar pemerintah, untuk ikut mengatasi persoalaan kemanusiaan di tanah air, untuk sekarang dan ke depannya.
Mari kita ikut aktif dalam acara ini maupun acara serupa di masa mendatang, bantuan dari kita akan membawa banyak perubahan, memberikan sedikit senyuman di wajah-wajah saudara kita yang mengalami penderitaan. Terimakasih, tabik!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI