Mohon tunggu...
Suripman
Suripman Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Pekerja biasa, menulis alakadarnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Selamat Jalan

8 Desember 2016   10:41 Diperbarui: 8 Desember 2016   10:52 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belaianmu melekat, kuat tak lepas dalam rasa

Bijak lembutmu merelung dalam, terpahat di ngarai jiwa.

Sentuhan telapakmu, hangat dekapan kasihmu, menjahit ingatan sendu dalam senyap malam kota.

Semua yang tak bisa kulupa.

Kau kandung sembilan anugerah

Lahirkan dalam sakit raga, di kamar tengah rumah

Satu-satu tumbuh dalam pelukan jiwa indah sempurna

Diisi akhlak, pekerti dan cinta

Kau pergi pagi-pagi, diantar bunga-bunga wangi, tepat saat cucumu berhari jadi

Rumah abadi yang selalu kau ceritakan mengantarku bermimpi,

Ke sanalah engkau kini kembali

Bersemayamlah, bersemayam dalam jiwa dan hati kami

Sengat surya dipayungi sang mendung

Berkas bilur tetap menyeruak, tak mampu terbendung

Luka ini, nyeri yang menganga tertutup raut wajah

Duka ini, membias dalam gerak dan rona, tak mampu tersembunyi mata

Pusara tanah pertiwi di tengah hari, tepat aku ini berhari jadi

Duhai bumi, duhai Sang Damai, ampuni jiwa suci ini

Wahai langit, wahai Sang Pemberi, terima jiwa ini dalam kasih karunia sejati

Aku bersujud, memohon berpenuh hati, dalam pedih di malam pekat kelam sepi

Kenangan terus mengisi ingatan, terjebak dalam, terjebak tak terlepaskan

Tak mampu tertepis, mengalir berjalan pelan tak tertahan, terus berjalan

Pada setiap bening embun bunga dan rumput padang ilalang

Pada segenap terang dan malam nan bertingkah bintang

Wahai Semesta, penjaga langit dan  penjuru bumi,

Ajarkan pasrah dan ikhlas hati kepada raga fana ini,

Duhai Sang Damai, bersujudku memohon berpenuh hati

Jika sampai waktunya nanti, kekal satukanlah jiwa-jiwa kami dalam rumah surgawi.

Belaianmu tetap melekat, kuat tak lepas dalam rasa

Bijak lembutmu merelung dalam, terpahat makin kuat di ngarai jiwa.

Sentuhan telapakmu, hangat dekapan kasihmu, menjahit ingatan sendu dalam senyap malam kota.

Semua yang tak ingin kulupa, selamat jalan Ma.

Jakarta, 8 Desember 2016

In memoriam Mama, Rip 2 Desember 2016, dipusarakan 4 Desember 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun