Mohon tunggu...
Ripan
Ripan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia

Di tengah dunia yang berputar cepat, saya adalah penjelajah kata dan perasaan. Saya menulis untuk menghidupkan kembali kenangan indah dan menciptakan pelangi dari kata-kata. Bergabunglah dengan saya dalam perjalanan menemukan keindahan dalam setiap detik dan momen kehidupan. 📖✍️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sinar di Seberang Kelabu

2 Agustus 2024   23:37 Diperbarui: 3 Agustus 2024   00:05 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hutan pagi itu diselimuti kabut tebal, menjadikan setiap pohon seperti siluet misterius yang berdiri dalam diam. Ardi, dengan kamera di tangan, berjalan perlahan menyusuri jalan setapak yang hampir tak terlihat. Ia mencari momen-momen tersembunyi di alam, saat cahaya matahari mulai menembus kabut, menciptakan pemandangan yang luar biasa. Kegigihan dan dedikasinya sebagai seorang fotografer alam sering membawanya ke tempat-tempat terpencil, dan hutan ini adalah salah satunya.

Di kejauhan, di balik tirai kabut, ia melihat sosok seorang wanita. Ardi mendekat dengan hati-hati, ingin memastikan apakah ia hanya bayangan yang dibentuk oleh pikirannya sendiri atau memang ada seseorang di sana. Semakin dekat, semakin jelaslah wujud wanita itu. Maya, dengan rambut panjang terurai dan pakaian sederhana, sedang berdiri di tengah jalan setapak, tampak sedang menikmati keheningan pagi.

"Selamat pagi," sapa Ardi dengan suara lembut, mencoba tidak mengagetkan Maya.

Maya menoleh dan tersenyum. "Selamat pagi. Apa yang membawamu ke sini pagi-pagi begini?"

"Aku mencari objek foto. Kabut pagi seperti ini memberikan nuansa yang berbeda pada gambar," jawab Ardi, sambil mengangkat kameranya sedikit sebagai penjelasan.

Maya mengangguk, matanya berkilauan. "Aku juga sering datang ke sini untuk mencari inspirasi menulis. Kabut memberikan sentuhan magis pada segalanya."

Pertemuan pertama mereka itu membawa percakapan panjang tentang fotografi, menulis, dan keindahan alam. Ardi dan Maya saling mengagumi passion masing-masing. Mereka sering bertemu di hutan itu, berbagi cerita, dan inspirasi. Maya menemukan kebahagiaan dan kebebasan dalam percakapan mereka, sesuatu yang telah hilang dari kehidupannya bersama Danu.

Maya adalah seorang penulis berbakat, namun kehidupannya bersama Danu terasa semakin hampa. Danu adalah seorang pengusaha sukses, tetapi kesibukannya membuatnya sering mengabaikan kebutuhan emosional Maya. Setiap pertemuan dengan Ardi membuat Maya merasa hidup kembali. Ardi, di sisi lain, mulai menyadari bahwa perasaannya terhadap Maya lebih dari sekedar kekaguman.

"Maya, aku... aku merasa ada sesuatu yang lebih dari sekedar pertemanan di antara kita," kata Ardi suatu hari, suaranya penuh kegelisahan.

Maya terdiam, menatap mata Ardi dengan sorot mata yang penuh perasaan. "Ardi, aku juga merasakan hal yang sama. Tapi aku sudah menikah dengan Danu. Aku tidak bisa meninggalkannya."

Ardi terperangkap dalam dilema moral. Ia mencintai Maya, namun ia tahu bahwa cinta itu tidak boleh merusak kehidupan Maya. Di tengah kebingungannya, ia memutuskan untuk menjauh, demi kebaikan mereka berdua.

Beberapa bulan berlalu, dan Maya merasa semakin terperangkap dalam kehidupannya dengan Danu. Ia berusaha memperbaiki hubungan mereka, tetapi kesibukan Danu dan ketidakpekaan emosionalnya membuat usaha Maya sia-sia. Di sisi lain, Ardi berusaha fokus pada pekerjaannya sebagai fotografer, meski bayangan Maya selalu menghantuinya.

Suatu hari, Ardi mendapat kabar bahwa hasil karyanya akan dipamerkan di sebuah galeri ternama. Ini adalah kesempatan besar baginya untuk mendapatkan pengakuan atas dedikasinya. Ketika hari pameran tiba, galeri itu dipenuhi oleh orang-orang yang kagum akan keindahan foto-foto Ardi.

Di antara kerumunan, Ardi melihat sosok yang sangat dikenalnya. Maya datang, dan saat mata mereka bertemu, waktu seolah berhenti. Mereka mendekat, berdiri di depan sebuah foto yang menunjukkan kabut pagi di hutan, tempat mereka pertama kali bertemu.

"Ini indah sekali, Ardi," bisik Maya, suaranya penuh emosi.

"Terima kasih, Maya. Kehadiranmu di sini berarti banyak bagiku," jawab Ardi dengan lembut.

Mereka berbicara dengan hati yang terbuka, mengingat kenangan indah yang pernah mereka miliki. Meski perasaan cinta itu masih ada, keduanya telah menerima kenyataan bahwa mereka tidak bisa bersama. Maya harus kembali ke kehidupannya dengan Danu, dan Ardi harus melanjutkan hidupnya.

Namun, di dalam hati mereka, cahaya cinta itu masih menyala, tersimpan rapi di balik kabut masa lalu.

Maya kembali ke rumah dengan hati yang lebih tenang. Ia menyadari bahwa meski hubungannya dengan Danu tidak sempurna, ada tanggung jawab dan komitmen yang harus dijaga. Ia memutuskan untuk lebih terbuka dengan Danu tentang perasaannya, berharap bisa memperbaiki hubungan mereka.

Danu, meski awalnya terkejut, akhirnya mulai mengerti bahwa ia perlu lebih hadir dalam kehidupan Maya. Mereka berusaha bersama untuk menemukan kembali cinta yang pernah menyatukan mereka.

Di sisi lain, Ardi melanjutkan kariernya dengan semangat baru. Pameran itu membawanya ke banyak kesempatan baru, dan ia menjadi semakin terkenal sebagai fotografer alam. Namun, setiap kali ia melihat kabut pagi, ia selalu teringat pada Maya, dan bagaimana cinta mereka, meski tak bisa bersatu, telah memberi warna pada hidupnya.

Kisah Ardi dan Maya bukanlah tentang akhir yang bahagia atau sedih. Ini adalah kisah tentang menemukan makna dalam setiap pertemuan, tentang cinta yang tak bisa dimiliki namun tetap memberikan cahaya dalam hidup. Mereka belajar bahwa meski jalan mereka berbeda, kenangan indah itu akan selalu menjadi bagian dari mereka.

Kabut mungkin telah memisahkan mereka, namun di balik kabut itu, ada cahaya yang abadi. Cahaya cinta yang mereka temukan di tengah hutan, yang akan selalu menyinari jalan mereka, meski dalam bentuk yang berbeda.

Cerita ini berakhir di sini, namun hidup mereka terus berjalan, dengan harapan dan cinta yang tersimpan rapi di balik kabut masa lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun