Mohon tunggu...
Ripan
Ripan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia

Di tengah dunia yang berputar cepat, saya adalah penjelajah kata dan perasaan. Saya menulis untuk menghidupkan kembali kenangan indah dan menciptakan pelangi dari kata-kata. Bergabunglah dengan saya dalam perjalanan menemukan keindahan dalam setiap detik dan momen kehidupan. 📖✍️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Merangkai Kata

2 Agustus 2024   21:11 Diperbarui: 1 September 2024   12:03 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buku-buku kuno | Pixabay (pixabay.com/jarmoluk)

Di sebuah loteng yang berdebu, Alya mengaduk-aduk tumpukan barang peninggalan neneknya. Berkas-berkas kuno dan mainan masa kecil menggelar kenangan lama di hadapannya. 

Mata Alya berhenti pada sebuah kotak kayu tua yang tergeletak di sudut ruangan. Kotak tersebut tertutup rapat, dihiasi ukiran-ukiran rumit yang tampak usang. 

Rasa penasaran memaksa Alya untuk membuka kotak itu. Di dalamnya, terdapat sebuah papan permainan yang tampak seperti mainan biasa, namun ada sesuatu yang berbeda—aturan-aturan yang tertulis dengan tinta merah di tepi papan.

Alya mengerutkan kening saat membaca aturan permainan. “Selamat datang di Merangkai Kata,” tulisnya, “Jika Anda berani memasuki permainan ini, bersiaplah untuk menantang kecerdasan dan keberanian Anda. Kegagalan berarti selamanya terjebak dalam dunia yang Anda ciptakan.”

Dengan senyuman sinis, Alya berpikir, Ini pasti lelucon dari nenek. Namun, ada sesuatu dalam permainan itu yang mengisap rasa penasarannya. Dia memutuskan untuk menunjukkan temuan ini kepada temannya, Raka.

Raka, seorang mahasiswa yang lebih sering bersikap skeptis, menerima undangan Alya dengan nada tidak terlalu antusias. 

“Jadi, apa yang kau temukan kali ini? Permainan papan kuno? Ini seperti pengisi waktu yang menjemukan,” ujarnya, sambil memeriksa papan permainan yang tergeletak di meja.

“Coba lihat,” Alya mendorong papan permainan ke arahnya. “Ada aturan-aturan aneh di sini. Aku rasa ini bukan permainan biasa.”

Mata Raka berkelip skeptis. “Baiklah, kita coba saja. Tapi jika ini terlalu gila, aku akan meninggalkanmu sendirian.”

Mereka duduk di meja dan mulai memainkan permainan. Setiap giliran mereka harus menghadapi teka-teki dan tantangan yang semakin sulit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun