Tiba-tiba, suasana di sekitar mereka terasa berbeda—seperti ada sesuatu yang mengubah atmosfer ruangan. Ketika Alya memutar dadu, papan permainan berguncang, dan layar kaca tiba-tiba menyala.
Kehidupan mereka tiba-tiba terjebak dalam dunia yang sama sekali berbeda, dunia di luar imajinasi mereka. Mereka berdiri di tengah hutan gelap dengan langit berwarna darah dan kabut tebal yang menggantung di udara.
Suara-suara misterius menggema di antara pepohonan yang membungkuk, seolah-olah dunia tersebut sendiri sedang berbisik kepada mereka.
Di tengah kebingungan dan ketegangan, mereka melihat sosok wanita tua yang muncul dari dalam kabut. Wanita tersebut mengenakan pakaian kuno dan memiliki aura yang penuh misteri.
Dia memperkenalkan dirinya sebagai Ibu Laras, penjaga permainan. “Selamat datang di dunia Merangkai Kata,” suaranya lembut namun menakutkan.
“Hanya dengan menyelesaikan permainan ini kalian akan bisa kembali ke dunia nyata. Jika tidak, kalian akan terjebak di sini selamanya.”
Alya menatap Ibu Laras dengan mata yang penuh tekad. “Kami akan menyelesaikannya. Kami tidak akan terjebak di sini.”
“Berhati-hatilah,” Ibu Laras memperingatkan, “Setiap langkah kalian akan menentukan nasib. Dalam permainan ini, ketakutan terbesar kalian akan menjadi lawan terkuat.”
Saat mereka melanjutkan permainan, mereka menghadapi berbagai tantangan yang menguji ketajaman pikiran dan keberanian mereka.
Dari teka-teki yang rumit hingga situasi yang mencekam, mereka merasa tertekan. Setiap tantangan membuat mereka semakin dekat dengan batas kemampuan mereka.
Ketika malam tiba, mereka menemukan sebuah rumah tua yang tampak seperti tempat perlindungan. Mereka memutuskan untuk beristirahat dan mencari petunjuk.