Mohon tunggu...
Rio Wibi Sumiyarno
Rio Wibi Sumiyarno Mohon Tunggu... Guru - Saya berprofesi sebagai guru

saya memiliki hobi menulis dengan konten bertemakan pendidikan, sejarah, wisata, atau tentang pengalaman pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

INS Kayu Tanam Sekolah Yang Didirikan Oleh Mohammad Syafi'i

22 Januari 2025   23:30 Diperbarui: 22 Januari 2025   23:24 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sekolah era Hindia Belanda. Sumber : Koleksi pribadi

 

Mohammad Syafi'i adalah teman seperjuangan Ki Hajar Dewantara. Sama dengan Ki Hajar Dewantara, Mohammad Syafi'i juga tidak puas dengan sistem pendidikan dan pengajaran yang diselenggarakan oleh pemerintah Kolonial Belanda yang ternyata hanya mengutamakan kecerdasan saja. Pada masa itu sekolah kurang memperhatikan bahkan tidak memperhatikan sama sekali perkembangan rasa, kecakapan, serta ketangkasan. Keadaan seperti itulah yang pada akhirnya mendorong Mohammad Syafi'i untuk menciptakan sebuah sistem pendidikan dan pengajaran yang menuju kepada harmoni yang tentunya disesuaikan dengan dasar potensi anak dan kondisi masyarakat di sekitarnya. Sistem pendidikan yang diciptakan oleh Mohammad Syafi'i mengutamakan pelajaran "ekspresi" yaitu menggambar, menyanyi, dan pekerjaan tangan. Anak-anak mendapatkan banyak latihan dengan menggunakan tanganya untuk menciptakan barang-barang yang berguna bagi kehidupan mereka sehari-hari.

 

Sekolah yang didirkan oleh Mohammad Syafi'i adalah sebagi bentuk reaksi terhadap sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah Kolonial Belanda. Sekolah yang didirkan oleh Mohammad Syafi'i pada masa itu bernama INS yang merupakan singkatan dari Indonesische National School di Kayu Tanam Provinsi Sumatera Barat. Sekolah ini tidak seperti sekolah-sekolah Muhammadiyah atau Sekolah Taman Siswa karena tidak memiliki cabang sehingga kurang terkenal. Dasar yang diterapkanya pun berbeda, sekolah-sekolah Taman Siswa dan Muhammadiyah menambahkan pengajaran-pengajaran yang kurang diperhatikan atau tidak diterapkan di sekolah-sekolah yang didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Akan tetapi keduanya baik sekolah Muhammadiyah atau Taman Siswa memiliki rencana pembelajaran yang mendekati dengan rencana pembelajaran yang diterapkan di sekolah-sekolah pemerintah. Tentunya hal ini berbeda dengan INS Kayu Tanam yang memiliki rencana pembelajaran sendiri dengan metode pembelajaran tersendiri pula. Rencana pembelajaran yang diterapkan di INS Kayu Tanam hampir mendekati rancangan pembelajaran Dewey dan Korschensteiner.

 

Mohammad Syafi'i memiliki ijazah musik, menggambar, dan pekerjaan tangan selama menempuh pendidikan di negeri Belanda. Pada tahun 1926 Mohammad Syafi'i mulai memimpin sekolah milik pegawai kereta api di Kayu Tanam. Sekolah yang ia pimpin itu pada mulanya sangat sederhana. Hingga pada akhirnya berkembang menjadi sangat luas dan memiliki fasilitas untuk bertukang, bertonil, berolahraga, memiliki fasilitas kolam renang sendiri, dan juga toko koperasi. Semua bangunan dan fasilitas-fasilitas yang diperoleh tersebut merupakan buah tangan dan hasil kerja keras siswa-siswa sendiri. Mereka mengumpulkan uang dengan cara membuat pertunjukan dan pameran barang-barang buatan mereka sendiri. Mereka berbondong-bondong mencari batu, bertukang, dan mendirikan bangunan serta fasilitas itu dengan bergotong-rotong.

 

Mohammad Syafi'i sangat setuju dengan pendapat Dewey dan memiliki anggapan bahwa dengan metode belajar yang diterapkanya akan membentuk karakter siswa, rasa sosial, dan saling menolong. Jadi, tidak hanya menghafal saja di sekolah. Menurut Mohammad Syafi'i sistem pengajaran yang diterapkan disekolah kita itu terlalu banyak menghafal mulai dari zaman Hindu hingga zaman Islam. Dengan ini maka anak-anak Indonesia perlu diajar untuk banyak bekerja, pandai dalam menggunakan anggota badanya disamping pandai otaknya. Dengan begini kekayaan alam Indonesia dapat dicari dan dikumpulkan, diusahakan dipakai, dan dijual sendiri.

 

Jangan selalu bergantung kepada bangsa asing. Maka dari itu siswa-siswa yang bersekolah di INS Kayu Tanam selalu diajarkan suatu pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan minatnya untuk kehidupanya di suatu hari nanti. Ini sebagai reaksi atas sistem pengajaran yang diterapkan oleh pemerintah Kolonial Belanda yang hanya mempersiapkan siswa untuk memenuhi kebutuhan buruh di kantor pemerintah. Dengan sistem pengajaran yang diterapkan di sekolahnya, Mohammad Syafi'i membentuk karakter para pemuda yang berani tegak sendiri, mandiri, bebas, dan tidak bergantung kepada pemerintah. Sekolah yang dirikan oleh Mohammad Syafi'i merupakan bagian kecil dari masyarakat dan semuanya diselenggarakan oleh murid-murid itu sendiri. Kegiatan sekolah dilakukan pada pagi dan sore hari. Olahraga dan kesenian sangat dipentingkan di sekolah ini.

Baca juga: Sejarah Candi Asu

 

Mohammad Syafi'i selalu menolak pemberian subsidi dari pemerintah, hal ini dimaksudkan agar ia dapat menerapkan sistem pendidikanya secara terus menerus dengan bebas untuk mencapai cita-cita pendidikanya. Jika sekolah tersebut menerima bantuan atau subsidi dari pemerintah maka harus ada syarat-syarat yang dipenuhinya. Hal inilah yang nantinya akan mengubah dan membunuh cita-citanya. Mohammad Syafi'i adalah salah satu tokoh perintis pendidikan di Indonesia. Mohammad Syafi'i berpendapat bahwa sistem pengajaran lama yang dibentuk oleh orang asing tidaklah mungkin bantuan bagi perkembangan nasional di Indonesia dan inisiatif perseorangan dan perasaan tanggung jawab adalah karakter yang perlu dikembangkan.

 

Menurut Mohammad Syafi'i cara terbaik untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan memberikan kesempatan kepada siswa-siswa untuk bekerja secara mandiri dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Selain itu Syafi'i juga berpendapat bahwa perkembangan anak sejak awal harus ditunjukan kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan gotong royong di Indonesia sudah berlangsung sejak lama dan telah menjadi asa kemasyarakat, oleh karena itu jangan sampai gotong royong berubah menjadi nafsu persaingan. Di sekolah-sekolah Eropa, terutama sekolah yang menjadi favorit anak-anak orang kaya bisa membiayai pengajaran yang istimewa tersebut. Akan tetapi di sekolah yang dimpimpin oleh Mohammad Syafi'i pengajaran yang istimewa itu disediakan terutama bagi anak-abak pegawai dinas Kereta Api di Padang dan anak-anak petani yang miskin.

 

Akan tetapi sayangnya, sekolah yang didirikan oleh Mohammad Syafi'i habis terbakar dan sampai sekarang belum dibangun kembali. Akan tetapi oleh kementerian P.O. dan K Republik Indonesia telah mendirikan SGB dan untuk selanjutnya kepemimpinan diserahkan kepada Mohammad Syafi'i. Dia memiliki tugas yakni memberi latihan kepada para guru sekolah dasar dan memprektikan mata pelajaran yang telah dipelajarinya seperti menggambar, menyanyi, dan pekerjaan tangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun