Â
Mohammad Syafi'i selalu menolak pemberian subsidi dari pemerintah, hal ini dimaksudkan agar ia dapat menerapkan sistem pendidikanya secara terus menerus dengan bebas untuk mencapai cita-cita pendidikanya. Jika sekolah tersebut menerima bantuan atau subsidi dari pemerintah maka harus ada syarat-syarat yang dipenuhinya. Hal inilah yang nantinya akan mengubah dan membunuh cita-citanya. Mohammad Syafi'i adalah salah satu tokoh perintis pendidikan di Indonesia. Mohammad Syafi'i berpendapat bahwa sistem pengajaran lama yang dibentuk oleh orang asing tidaklah mungkin bantuan bagi perkembangan nasional di Indonesia dan inisiatif perseorangan dan perasaan tanggung jawab adalah karakter yang perlu dikembangkan.
Â
Menurut Mohammad Syafi'i cara terbaik untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan memberikan kesempatan kepada siswa-siswa untuk bekerja secara mandiri dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Selain itu Syafi'i juga berpendapat bahwa perkembangan anak sejak awal harus ditunjukan kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan gotong royong di Indonesia sudah berlangsung sejak lama dan telah menjadi asa kemasyarakat, oleh karena itu jangan sampai gotong royong berubah menjadi nafsu persaingan. Di sekolah-sekolah Eropa, terutama sekolah yang menjadi favorit anak-anak orang kaya bisa membiayai pengajaran yang istimewa tersebut. Akan tetapi di sekolah yang dimpimpin oleh Mohammad Syafi'i pengajaran yang istimewa itu disediakan terutama bagi anak-abak pegawai dinas Kereta Api di Padang dan anak-anak petani yang miskin.
Â
Akan tetapi sayangnya, sekolah yang didirikan oleh Mohammad Syafi'i habis terbakar dan sampai sekarang belum dibangun kembali. Akan tetapi oleh kementerian P.O. dan K Republik Indonesia telah mendirikan SGB dan untuk selanjutnya kepemimpinan diserahkan kepada Mohammad Syafi'i. Dia memiliki tugas yakni memberi latihan kepada para guru sekolah dasar dan memprektikan mata pelajaran yang telah dipelajarinya seperti menggambar, menyanyi, dan pekerjaan tangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H