[caption id="attachment_11385" align="aligncenter" width="448" caption="Haruskah ada peringatan semacam ini?"][/caption] Kita sudah baca berita bagaimana para calon profesor tega melakukan plagiat karya ilmiah orang lain untuk keuntungan sendiri meraih gelar keprofesorannya. Kelewatan sekali. Profesor, simbol tertinggi dunia keilmuan diperoleh dari nyontek? Macam-macam caranya malah pakai joki segala. Mahasiswa, lagi.Eksploitasi manusia atas manusia, 'huh sungguh memalukan! Guru kencing berdiri, murid kencing berlari! "Penyakit" pun menurun ke generasi berikutnya. Lihatlah gambar deretan spanduk di atas. Sangat kontras dengan spanduk tepat di bawahnya dan di atasnya yang memuliakan ilmu pengetahuan, dan spanduk paling bawah yang mengamalkan ilmu menjadi kegiatan ekonomi melalui entrepreneur. Menjadi "tangan yang di atas" mulia lho! Namun ada saja dan tidak pernah jera mencari enak dengan cara mudah. Dia tidak mengerti dan mencoba melawan hukum alam, yang mengajari kita untuk meraih semua yang kita inginkan itu, adalah proses yang makan waktu. Pintar mendadak dan kaya instan tidak dikenal dalam kamus kehidupan. Kasihan, bodoh sekali mereka itu ya. Berangkat dari fakta ini, produk yang dikembangkan dari limbah handphone di posting sebelumnya, dapat dimanfaatkan menekan tingkat kecurangan ujian. Segala jenis ujian, ujian nasional 'kek, ujian saringan masuk perguruan tinggi 'kek, ujian pegawai negeri sipil 'kek, adalagi? Teknologi nyontek memanfaatkan semua jenis sinyal handphone termasuk bluetooth dihabisi produk ini. Habis, bis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H