Mohon tunggu...
Riorenaldi saputra
Riorenaldi saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Literasi emperan cerdas

Hobi saya bermain bola, saya orangnya lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep Pendidikan dalam Eksistensialisme Martin Heidegger

11 Juli 2024   16:18 Diperbarui: 11 Juli 2024   16:33 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

pendidikan yang dilakukan manusia berusaha mengasah dan mengolah potensi yang ada dalam diri 

manusia agar berada. Akan tetapi, kaum eksistensialis berpandangan bahwa pendidikan yang ada 

selama ini hanya berupa propaganda untuk memikat manusia. Pendidikan digunakan sebagai alat untuk memproduksi manusia yang terampil sebagai penggerak dalam mesin industrial dan birokrasi modern. Pendidikan dianggap telah memusnahkan sifat-sifat kemanusiaannya.

Bertolak dari eksistensialisme Heidegger, pendidikan seharusnya menjadi media manusia untuk 

membuka diri terhadap dunianya. Pendidikan adalah media untuk mengada bagi manusia yang setiap 

individu pasti ada perbedaan. Oleh karenanya, pendidikan seharunya mampu mengakomodir setiap perbedaan dari masing-masing individu. Penyeragaman adalah bentuk dari penindasan dan pendistorsian subjektivitas manusia. Pendidikan seharusnya memberikan kebebasan manusia untuk memilih secara sadar dan bertanggung jawab atas kecenderungan yang diminatinya.

Berangkat dari asumsi eksistensialisme tersebut terkait pendidikan, maka pendidikan harus merumuskan ulang tentang tujuan pendidikan, makna guru, makna peserta didik, kurikulum, dan materi pembelajaran. Pertama, tujuan pendidikan harus dirubah arahnya untuk membantu peserta didik dalam mengeluarkan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Kedua, seorang guru harus membantu peserta didiknya untuk mampu menyadari eksistensi dirinya. Setelah itu, seorang guru harus mendorong peserta didik untuk mampu bertindak sesuai pillihannya secara sadar dan bertanggung jawab. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai fasilitator, tidak lagi bertindak sebagai satu- satunya sumber pengetahuan peserta didik. Ketiga, peserta didik dalam pandangan eksistensialisme  diberi kebebasan untuk menentukan pilihan minat dan bakatnya. Peserta didik juga diberi kebebasan untuk memilih apa yang akan dipelajarinya secara sadar. Peserta didik dituntut aktif dalam mencari pengetahuan dari berbagai sumber. Keempat, kurikulum dalam pandangan eksistensialisme tidak  boleh diberlakukan untuk semua peserta didik. Alasannya karena setiap individu dipandang memiliki  keunikan berdasarkan pengalaman eksistensinya. Kurikulum yang tepat untuk peserta didik adalah  kurikulum yang mengarahkan manusia memiliki kebebasan dalam mewujudkan potensi yang dimilikinya. Dan kelima, materi pembelajaran dengan kondisi peserta didik. Materi pembelajaran bukan sesuatu yang asing bagi peserta didik, tetapi ia adalah aspek dari kondisinya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun