Seiring berjalannya waktu saya merasa kesusahan mencari pemuda yang gemar menulis secara digital dengan konsisten diberbagai platform, kebanyakan orang konsisten menulis secara digital yang saya jumpai umurnya lebih tua dari saya, mungkin kebanyakan lagi sudah berumur 40 tahunan keatas.
Blog, artikel online, media sosial, hingga platform self-publishing telah menciptakan ruang tanpa batas bagi siapa saja untuk menulis dan berbagi ide.Â
Namun, ada satu pertanyaan besar yang mengusik: kemana penulis digital dari kalangan pemuda? Mengapa di tengah melimpahnya akses dan peluang, generasi muda yang seharusnya menjadi motor penggerak kreativitas ini justru semakin sulit ditemukan dalam dunia tulis-menulis digital?Â
Jika kita melihat beberapa dekade lalu, menulis adalah salah satu cara utama untuk menyuarakan opini dan membangun narasi. Namun, saat ini tren menunjukkan bahwa minat menulis di kalangan pemuda terus menurun, baik di media cetak ataupun digital.
Penulis muda yang mampu mengupas isu-isu mendalam melalui artikel digital semakin jarang terlihat. Jujur saja saya merasa susah mencari teman menulis yang usianya sepantaran dengan saya, kadang saya juga merasa kesepian dengan hal itu.
Apa yang terjadi pada pemuda penulis digital sekarang pastinya saya kurang tahu, namun ada beberapa faktor yang saya rasakan yang dapat menjelaskan hilangnya minat pemuda terhadap menulis digital diantaranya:
1. Kesibukan di Dunia Nyata yang Sangat Padat
Ini memang sudah menjadi hal yang sangat lumrah memang, bahwa kesibukan di dunia nyata memang begitu banyaknya, sampai-sampai tidak terpikiran lagi untuk terjun kembali menulis di dunia digital.Â
Terkadang diantara mereka mungkin sudah memikirkan sesuatu untuk dibagikan, namun apa daya, karena kesibukan dan kewajiban semuanya harus direlakan.
Banyak pemuda merasa bahwa menulis tidak memberikan imbalan finansial yang sepadan dengan usaha yang dikeluarkan. Mereka lebih memilih pekerjaan atau aktivitas lain yang dianggap lebih menguntungkan secara ekonomi dibanding menulis digital yang sering kali kurang dihargai secara materi.
2. Berubahnya Tren Dunia Digital Menjadi Serba Instan
Banyak orang lebih memilih informasi yang langsung ke inti. Artikel mendalam atau esai panjang sering kali diabaikan karena dianggap memakan waktu.Â
Penulis muda sekarang lebih suka yang singkat-singkat. Contohnya adalah, mereka lebih suka menuliskan dan membaca takarir daripada membaca artikel atau jurnal yang panjang dan lengkap.
3. Minimnya Apresiasi
Penulis digital, terutama yang masih muda, sering kali merasa kurang diapresiasi. Di era ini, konten viral lebih sering dihargai daripada karya tulis berkualitas yang.Â
Pemuda yang berusaha menulis artikel serius atau mendalam sering kali merasa kalah bersaing dengan mereka yang membuat konten ringan namun cepat menarik perhatian.
Minimnya apresiasi terjadi juga di lingkungan para pemuda yang suka menulis, terkadang saat sudah selesai menulis kemudian hasilnya di share, kemungkinan ada saja yang masih sinis "nih orang ngapain sih nulis panjang-panjang gak jelas" atau bahkan tidak dibaca sama sekali.
Walaupun itu sudah biasa, faktor ini terkadang juga masih dikeluhkan penulis muda yang saya temui.
4. Peralihan ke Konten Visual
Memang konten visual lebih banyak dikonsumsi saat ono oleh kalangan masyarakat dunia. Ya itu memang karena kita hidup di zaman ramainya konten visual.
Generasi muda saat ini tumbuh di era media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube, yang lebih menonjolkan konten visual. Video pendek, foto estetik, dan infografis dianggap lebih menarik dan mudah dikonsumsi dibandingkan artikel panjang. Kebiasaan ini membuat menulis terasa kurang relevan di mata banyak pemuda.
5. Kurangnya Role Model dan Tantangan Algoritma
 Minimnya figur publik atau influencer yang mempromosikan dunia menulis membuat pemuda merasa bahwa aktivitas ini kurang "keren" dibandingkan profesi kreatif lain seperti content creator visual atau vlogger.
Padahal, peran model inspiratif sangat penting dalam memotivasi generasi muda untuk mengejar minat mereka.
Ditambah lagi Platform digital menggunakan algoritma untuk menampilkan konten yang dianggap menarik berdasarkan preferensi pengguna. Sayangnya, artikel panjang atau tulisan mendalam sering kali tidak mendapat tempat di algoritma yang memprioritaskan engagement cepat, seperti likes atau komentar singkat.
Padahal menulis secara digital bukan hanya tentang menyusun kata-kata, tetapi juga tentang menyuarakan pikiran, menggugah perubahan, dan meninggalkan jejak intelektual.Â
Artikel atau tulisan mendalam mampu menjadi referensi yang relevan selama bertahun-tahun, berbeda dengan konten visual yang umumnya memiliki umur pendek.
Selain itu menulis juga membatu mengasah pemikiran kritis dan membangun identitas diri.
Yang dibutuhkan para penulis muda di Indonesia saat ini adalah komunitas penulis digital yang kuat dan saling mendukung serta sedikit apresiasi dari lingkungan.
Tambah lagi pendidikan tentang pentingnya menulis digital dan dampaknya perlu ditanamkan sejak dini. Pemuda harus memahami bahwa menulis adalah keterampilan yang bisa membuka banyak peluang, baik secara personal maupun profesional.
Walaupun jumlahnya semakin berkurang tapi tetap masih ada pemuda yang menulis secara digital, entah itu di blog pribadi, platform media online, atau self publishing buku digital seperti Wattpad.
Penutup
Kemana pergimu, penulis digital muda? Kembalilah, dunia membutuhkan suara-suara segar, ide-ide brilian, dan narasi yang mampu menggugah.
Meski tantangan menulis di era digital semakin besar, potensi yang dimiliki pemuda tak boleh disia-siakan. Ini bukan hanya tentang menulis, tetapi tentang menciptakan masa depan yang kaya akan pemikiran dan wawasan.
Tulisan adalah jembatan antara pikiran dan keabadian. Saat pena digital dihidupkan kembali, generasi muda memiliki kesempatan untuk mengukir sejarah mereka sendiri. Dunia digital tidak akan lengkap tanpa kehadiran pena kreatif dari generasi muda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H