Padahal menulis secara digital bukan hanya tentang menyusun kata-kata, tetapi juga tentang menyuarakan pikiran, menggugah perubahan, dan meninggalkan jejak intelektual.Â
Artikel atau tulisan mendalam mampu menjadi referensi yang relevan selama bertahun-tahun, berbeda dengan konten visual yang umumnya memiliki umur pendek.
Selain itu menulis juga membatu mengasah pemikiran kritis dan membangun identitas diri.
Yang dibutuhkan para penulis muda di Indonesia saat ini adalah komunitas penulis digital yang kuat dan saling mendukung serta sedikit apresiasi dari lingkungan.
Tambah lagi pendidikan tentang pentingnya menulis digital dan dampaknya perlu ditanamkan sejak dini. Pemuda harus memahami bahwa menulis adalah keterampilan yang bisa membuka banyak peluang, baik secara personal maupun profesional.
Walaupun jumlahnya semakin berkurang tapi tetap masih ada pemuda yang menulis secara digital, entah itu di blog pribadi, platform media online, atau self publishing buku digital seperti Wattpad.
Penutup
Kemana pergimu, penulis digital muda? Kembalilah, dunia membutuhkan suara-suara segar, ide-ide brilian, dan narasi yang mampu menggugah.
Meski tantangan menulis di era digital semakin besar, potensi yang dimiliki pemuda tak boleh disia-siakan. Ini bukan hanya tentang menulis, tetapi tentang menciptakan masa depan yang kaya akan pemikiran dan wawasan.
Tulisan adalah jembatan antara pikiran dan keabadian. Saat pena digital dihidupkan kembali, generasi muda memiliki kesempatan untuk mengukir sejarah mereka sendiri. Dunia digital tidak akan lengkap tanpa kehadiran pena kreatif dari generasi muda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H