Sebenarnya bisa saja membuat meme secara pribadi kemudian membagikannya lewat akun sosial media yang kita punya, tanpa harus menunggu antrian publikasi dari komunitas, tapi hal itu memiliki kepuasaan rasa yang berbeda.
2. Menyebarluaskan Karya Tanpa Memberikan Kredit yang Pantas
Pembuat meme akan merasa senang jika meme yang dibuatnya disebarluaskan, apalagi meme tersebut berbau dengan dakwah dan ajakan suatu keaikan.
Namun terkadang terdapat beberapa orang yang menyebarkan sebuah meme malah memberikan kredit yang kurang pantas dan membuat pembuat meme aslinya menjadi kecewa.
Sebagai contoh, didalam meme biasanya seseorang memberikan sebuah tanda atau water mark yang menunjukan bahwa meme tersebut telah dibuat dan sudah memiliki identitas. water mark atau mudahnya hampir sama dengan tanda tangan.
Tapi terkadang masih ada beberapa orang yang menghapus atau mengganti water mark saat membagikan kembali meme tersebut, agar terlihat bahwa meme tersebut adalah buatannya, atau hanya sekedar ingin agar meme tersebut enak dipandang.
Mungkin hal ini hampir sama saat seseorang membagikan sebuah karya melalui cerita Instagramnya berupa musik, quotes, tips, atau gambar menarik,tapi orang tersebut malah menghapus identitas atau nama akun instagram pembuatnya yang semestinya tertera.
Hal itu mungkin bisa dibilang sakit tapi tidak berdarah bagi sebagian pembuat konten apapun itu.Â
Kejadian semacam itu dapat menjadi frustrasi karena kehormatan dan pengakuan atas karya kreatif yang telah dibuat menjadi terabaikan.
3. Â Perbedaan Konteks Pemahaman dengan Warganet
Ketika sebuah meme dibuat, bisa jadi meme tersebut diinterpretasikan atau diberikan konteks yang berbeda oleh pengguna lain. Walaupun ini hal yang wajar terkadang juga dapat menimbulkan rasa campur aduk. karena humor dan makna sebuah meme dapat sangat subjektif.Â
Terkadang, makna asli atau niat pembuat meme bisa hilang atau berubah ketika meme itu tersebar luas dan digunakan oleh orang lain.