Lazimnya mengumumkan perang terhadap pelaku kriminal adalah tindakan terakhir yang ditempuh saking buntunya. Maka menjadi pertanyaan, selama ini ngapain Bobby dia sampai berlarut-larut kriminalitas di kota ini?
Sebagai insan pemerintahan yang dimuliakan, Bobby seharusnya berlaku bijak dan adil kepada seluruh warganya ketimbang berselancar di atas emosi rerata warga yang tengah membubung.Â
Saya tidak salah mengatakan "berlaku adil", karena biar bagaimanapun, pelaku kejahatan adalah warga dia juga. Orang yang berpendidikan pasti tahu bahwa hukum tidak pernah melegitimasi perlakuan main hakim sendiri, perlakuan semena-mena, pun perlakuan balas dendam.
Jadi, meskipun pelaku kejahatan merampas hak orang lain---hak untuk hidup bahkan---mereka juga masih memiliki hak untuk membela diri di hadapan hakim. Itu, sih, menurut hukum yang diadopsi oleh orang-orang yang berpendidikan.Â
Pak Hakim juga butuh kerjaan, bukan? Mereka ingin tahu kenapa si begal melakukannya. Jangan-jangan para pembegal itu terpaksa berbuat keji demi sesuap nasi. Jika benar demikian, maka mereka layak mendapat keringanan hukuman, karena ini seharusnya menjadi tanggung jawab Bobby sebagai walikota: dia harus memperhatikan kesejahteraan seluruh warganya.Â
Namun jika pembegal memang buat foya-foya hasil rampokannya, beli sabu misalnya, maka hakim pun dengan senang hati memberatkan hukumannya. Tidak susah, bukan?
Bobby pun seperti tidak sadar akan ucapannya, ketika memberi lampu hijau menembak di tempat terduga pelaku. Karena, beberapa hari setelah ucapan itu, 10 Juli lalu, polisi menembak mati terduga pelaku kriminal yang sebelumnya merampok di kawasan Jalan Flamboyan, Medan Tuntungan.Â
Berita yang muncul pun dramatis, mencap para terduga sebagai orang bengis nan sadis. Padahal kalau dipikir-pikir apa bedanya aparat jika main tembak begitu. Bobby bahkan mengapresiasi tindakan aparatnya ini.
Bobby harusnya sadar bahwa dia baru saja menambah catatan extrajudicial killing di Kota Medan. Bagi orang berpendidikan, kalau kotanya mencatatkan kasus extrajudicial killing, itu tandanya kota tersebut buruk sekali!
Klaim polisi, terduga pelaku melawan saat hendak diringkus di sebuah rumah kos. Tetapi bagaimana mau dipercaya? Propam sekalipun yang mengatakan bahwa polisi memang terpaksa menembak, rasanya masih sulit percaya mengingat apa yang terjadi terhadap divisi ini tak lama sebelumnya. Kalau ada kamera badan, seperti yang sedang dicanangkan untuk setiap petugas saat melakukan operasi penangkapan, barulah bisa dipercaya.
Alih-alih demikian, yang mencuat justru dugaan bahwa polisi ini jadi agak enteng menekan pemicu pistolnya setelah dibekingin Bobby dan para warga yang sedang berapi-api. Karena bagi sebagian orang, kejantanan itu perlu diasah. Sementara menembak dan membunuh tentu akan meningkatkan kejantanan. Lucu saja jika punya pistol tapi jarang dipakai, bukan?