Mohon tunggu...
Rio Mastri
Rio Mastri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger dan pembelajar

Seorang blogger yang sedang mendalami niche dunia digital

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Perjalanan Panjang Meruntuhkan Optimisme Naif

20 Februari 2022   11:00 Diperbarui: 20 Februari 2022   11:04 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenaifan itu disebabkan karena ia tak pernah merasakan kesengsaraan sampai titik yang tak tertahankan. Demikianlah akunya ketika ditanyai oleh Ivan Dmitrich, seorang pengidap paranoid yang tanpa disadarinya sering ia rendahkan dalam persoalan pandangan hidup.

Namun, setelah melalui bergabai peristiwa dalam hidupnya ia mulai menanggalkan stoikisme sebagai pedoman hidup. Hal serupa ditemukan pada Candide, yang menjalani hidupnya sampai usia muda di dalam cangkang mewah istana seorang Baron, yang secara bertahap juga kehilangan pijakan pada keyakinannya.

Novel Candide, karya Francois-Marie Arouet, yang kemudian masyhur dengan nama pena Voltaire, pertama kali terbit di Jenewa, Swiss, dalam bahasa Prancis pada 1759. Judul asli novel ini adalah Candide Ou I’Optimisme. Seperti karya Voltaire lainnya, Candide pun di sini kentara dengan unsur satire. Melalui karya ini, ia menyerang prinsip dalam pemikiran seorang filsuf Jerman, Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716), seperti principium rationis sufficientis (prinsip cukup alasan). Bahwa, segala hal pasti memiliki suatu alasan yang mencukupi.

Itulah prinsip yang diyakini oleh Cunegonde. Ia merupakan putri dari Tuan Baron Thunder-ten-tronckh di wilayah Westfalia. Prinsip itu berkaitan dengan hubungannya dengan pemuda berjiwa mulia lagi bersahaja dan berbudi pekerti amat baik, yang menjadikannya mampu menimbang segala persoalan dengan adil: Candide.

Pada beberapa bagian, Voltaire juga menyindir unsur klenik jimat yang dipercayai umumnya oleh masyarakat budak yang mencari keselamatan sia-sia darinya. Kemudian, watak khas bangsa dan golongan seperti, bahwa Belanda terkenal pelit dan mengejar kekayaan duniawi.

Sindirannya juga menyentuh topik politik: gubernur sebagai representasi kelas elite yang angkuh dan status kebangsawanan yang dapat menggagalkan pernikahan apabila ternyata terbukti salah satu pasangan bukan dari golongan bangsawan. 

Bagi saya, yang paling penting di sini adalah Voltaire mendorong para filsuf untuk tidak sebatas berpikir dan berdiskusi, melainkan aktif dalam mewujudkan dunia yang lebih baik.

Dalam spektrum filsafat, Leibniz–di sini diwakili oleh tokoh Pangloss, seorang guru istana–dikenal sebagai pengusung aliran optimisme. Aliran inilah yang sepanjang cerita diporak-porandakan oleh Voltaire. Dimulai dengan peristiwa ciuman polos yang dilancarkan Candide terhadap Cunegonde, yang disaksikan langsung oleh Tuan Baron, dan berakibat diusirnya Candide dari istana dengan tendangan di bokong oleh Tuan Baron sendiri. 

Setelah diusir dari istana, Candide mulai menyaksikan dengan matanya sendiri tentang bagaimana dunia yang digambarkan oleh Pangloss, bahwa “… segala hal di dunia ini adalah yang sebaik-baiknya” (hal. 10), berlainan sama sekali dengan yang ia jalani. Bukan hanya menyaksikan wajah dunia yang kejam, Candide sendiri menjumpai dirinya diperlakukan secara kejam. Kekejaman pertamanya diperoleh dari prajurit Bulgaria.

Di Bulgaria, Candide bertemu kembali dengan gurunya yang hidup terlunta-lunta mengenakan pakaian lusuh dan mengemis. Dari gurunya ia tahu bahwa istana Thunder-ten-tronckh telah diserang pasukan Bulgaria dan Tuan Baron berserta istri, juga Cunegonde dan kakak laki-lakinya ikut terbunuh. Optimisme Candide sempat redup, namun ketika ia bertemu kembali dengan Cunegonde di Belanda, ia tak lagi pesimis.

Runtuhnya optimisme Candide secara tragis dimulai sejak ia melakukan perjalanan bersama pelayannya, Cacambo. Mereka bertemu seorang budak kulit hitam bercelana biru pendek yang kaki kiri dan tangan kanannya telah dipotong majikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun