Mohon tunggu...
Rio Mastri
Rio Mastri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger dan pembelajar

Seorang blogger yang sedang mendalami niche dunia digital

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ketiadaan Daya Manusia Tanpa Penglihatan

18 Februari 2022   02:02 Diperbarui: 18 Februari 2022   02:06 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Blindness (https://imnothinginparticular.tumblr.com/)

Dalam kasus penyakit putih, para penderitanya malah melihat dunia serba bersih, seolah mata mereka dibanjiri susu--putih pekat dan begitu benderang. "... Kegelapan yang dialami orang buta tidak lebih daripada ketiadaan cahaya belaka, bahwa apa yang kita sebut kebutaan adalah sesuatu yang sekadar menutupi penampakan hal-ihwal dan benda-benda, meninggalkan mereka bulat-bulat di balik cadar hitam mereka" (12-13). Siapa pun yang menderita penyakit kebutaan yang pertama, berpeluang memperoleh keuntungan dalam kerumunan manusia buta 'pemula' ini.

Penderita buta normal satu-satunya di sini terdaftar sebagai penghuni Bangsal Tiga. Ia diangkat menjadi juru catat pemimpin Bangsal Tiga, seorang pemegang satu-satunya senjata api di seantero karantina. 

Si penderita buta normal berpengalaman menjalani hidup sebagai orang buta, memiliki pengetahuan penggunaan tulisan braile, sehingga ia dipercaya sebagai orang yang mencatat daftar barang-barang yang disetorkan oleh Bangsal Satu dan Bangsal Dua sebagai syarat barter untuk jatah makanan mereka yang dimonopoli.

Adapun status Bangsal Tiga sebagai penyalur makanan tunggal tidak terlepas dari keberadaan senjata api sebagai representasi tongkat raja. Dalam sejarah kolonialisme, status Bangsal Tiga dapat disamakan dengan keberadaan penjajah di tanah jajahannya.

 Di sini, bagi siapapun yang memegang senjata api, dengan sendirinya dapat menunjuk dirinya sebagai pemimpin. Survival of the fittest, kalimat yang pertama kali dicetuskan oleh Herbert Spencer, yang diajukan dalam rangka menanggapi teori evolusi Charles Darwin, kiranya sangat jelas di sini. 

Bagi siapa saja yang ingin mendapat perlindungan dan rasa aman dari kelaparan, dengan hanya mengakui dirinya berada di bawah kepemimpinan pemimpin Bangsal Tiga, maka jaminan tersebut akan ia dapatkan.

Untuk meyakinkan sidang pembaca, Saramago memunculkan satu bukti yang dapat menjawab keraguan pembaca melalui rangkaian konflik yang berawal dari salah seorang penghuni Bangsal Satu, isteri dokter, satu-satunya yang selamat dari wabah penyakit putih, membatukan niat untuk menghabisi pemimpin Bangsal Tiga. 

Permulaan konflik digambarkan secara tragis. Setelah tak ada lagi barang berharga untuk ditukarkan dengan makanan, Bangsal Tiga memberi 'solusi alternatif' dengan menukar perempuan dengan makanan.

Mendengar pengumuman--yang lebih cocok disebut ultimatum itu-- menjadikan dendam yang membatu dari isteri dokter semakin mengeras. Setelah pada kesempatan pertama rencana pembunuhannya gagal, pada kesempatan berikutnya--ketika para perempuan dari Bangsal Dua sedang mengupayakan terpenuhinya jatah perut semua penghuni bangsalnya--isteri dokter menyelinap dengan bermodalkan sebuah gunting yang memang sengaja dipersiapkannya untuk melunasi dendamnya.

Setelah menunggu dengan sabar hingga si pemimpin Bangsal Tiga mencapai orgasme, orgasme terakhirnya, isteri dokter lalu menghunjamkan gunting tepat pada tenggorokan lelaki itu. 

Karena panik, perempuan yang sedang menunaikan kewajibannya di selangkangan lelaki malang itu dengan spontan menggigit penisnya hingga putus--kematian yang sangat tragis memang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun