Kita mengakui bahwa kesetaraan gender telah mengalami kemajuan pesat dalam beberapa dasawarsa terakhir. Karena itu emansipasi wanita sekarang ini tidak lagi menitikberatkan transformasi budaya dan hukum yang di masa lalu menjadi sumber rintangan bagi perempuan untuk mengakses pendidikan, pekerjaan dan bidang-bidang lain. Emansipasi wanita sekarang lebih relevan ditujukan untuk penguatan hukum yang melindungi perempuan dari kekerasan dan pelecehan.
Tanpa tindakan tegas terhadap para pelaku kekerasan dan pelecahan terhadap wanita, akan semakin banyak perempuan merasa terbelengu atau tidak bebas untuk menempuh pendidikan, meniti karier dan berkarya di berbagai bidang. Apalagi akhir-akhir ini kasus-kasus pelecehan seksual justru marak terjadi di lembaga-lembaga pendidikan yang semestinya tempat lebih aman bagi perempuan.
Selanjutnya, emansipasi wanita perlu juga diterjemahkan menjadi pendidikan karakter bagi laki-laki untuk menghapus pola pikir yang disebut para pejuang hak-hak wanita sebagai "pola pikir predatoris". Pola pikir seperti itu cenderung menyalahkan perempuan sebagai faktor terjadinya pelecehan dan kekerasan, misalnya dengan menggunakan alasan tidak berpakian pantas, tidak bisa menjaga diri, tidak bijak memilih pergaulan dan sebagainya. Ini adalah buah dari rendahnya penghormatan kepada perempuan sehingga selalu menempatkan laki-laki sebagai sosok yang selalu benar dan berkuasa.
Maka Hari Ibu yang kita peringati hari ini semestinya lebih memampukan kita untuk menunjukkan keberpihakan penuh simpatik kepada semua perempuan terutama yang menjadi korban pelecehan dan kekerasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H