Mobil sudah melaju keluar dari kantor, setelah belok di suatu persimpangan, saya melihat ada satu warung yang masih buka. Lalu saya berhenti di sana dan memesan makanan.
()
Piring sudah bersih menyisakan minyak yang masih menempel, lalu saya merogoh kantong, dan membebaskan sebatang rokok dari kardus, lalu membakarnya. Hembusan pertama, perasaan yang tak dapat saya gambarkan, terasa lega begitu saja.
Begitu pun asap yang keluar dari mulut saya, beterbangan memenuhi sudut warung kecil itu; kemudian keluar dari jendela. Bebas!
Mobil melaju lagi, saya harus segera kembali ke apartemen. Sudah terbayangkan bagaimana empuk dan nyaman kasur di sana. Rasanya ingin cepat saya rebahkan badan ini, karena besok pagi-pagi sekali harus buka toko.
Ya.... besok hari minggu. Mungkin bakal banyak orang yang beli baju. Dan tabungan saya segera terkumpul buat meminang pujaan hati yang telah lama menunggu.
Tapi perjalanan ini terasa begitu lama. Dari persimpangan ke persimpangan, membawa saya ke sebuah lamunan.
Teringat pada ucapan seorang teman tadi, tentang "papan pengumuman".
Di dunia ini, konon semuanya sudah terjadwal, dari mulai kelahiran, begitu pun sesuatu yang dekat pada kehidupan manusia---kematian.
Semuanya terpampang di papan pengumuman itu, terdapat nama, dan tanggal.
Tapi saya tak pernah percaya, tak sudi pula membacanya, karena rasanya tak masuk diakal.
Ah, untuk apa melamunkan itu. Lebih baik membayangkan wajahnya---gadis yang akan segera saya lamar dua minggu lagi, dan bisa jadi lebih cepat kalau toko ramai orang pesan.
Barangkali kau sedang nyaman tidur nyenyak di ranjangmu yang nyaman, sementara saya masih di sini, perjalanan di tengahnya malam.
Setelah beberapa kelokan, sampailah saya di persimpangan kota, simpang lima yang terdapat tugu jam di tengah-tengahnya.
Saya lihat, sekarang sudah pukul dua belas malam. Detik-detik pergantian hari.
Sementara mobil masih saya pacu. Tanpa sadar.... kendaraan menderu dari arah samping, bunyi klaksonnya kencang! Memekakkan telinga; itu sebuah truk malam yang besar.
Saya merasa seperti asap di hembusan pertama yang melayang keluar dari jendela warung itu, menuju langit malam dan gelap. Bebas!