Mohon tunggu...
Jari Bicara
Jari Bicara Mohon Tunggu... Jurnalis - Salam literasi!

Channel ini beragam isinya, karena yang punya penghayal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tertawa dalam Senyap

3 Agustus 2024   20:23 Diperbarui: 3 Agustus 2024   20:23 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walau, di sisi lain ada juga penggemar yang masih setia serta memberi dukungan padanya. Setidaknya karena mereka ini lah dapat Arya menjadi semangat dan termotivasi untuk terus berjuang.

Waktu demi waktu berlalu begitu cepat.

Setelah menjalani rehabilitasi, Arya kembali ke dunia hiburan. Namun, kali ini dia tidak lagi menjadi badut yang menyembunyikan kesedihannya. Dia tampil dengan lebih jujur dan terbuka. Dia membuat stand up show di berbagai kota. Sekali lagi, dunia hiburan menyambutnya dengan tangan terbuka. Ternyata masih banyak penggemarnya yang setia dan menanti kembalinya sang idola.

Di atas panggung, Arya menceritakan kisah hidupnya, tentang perjuangannya melawan ketergantungan, dan tentang pentingnya kesehatan mental. Penonton terharu mendengar cerita Arya. Mereka tidak hanya melihatnya sebagai seorang komedian, tetapi juga sebagai seorang manusia yang berjuang. Arya menyadari bahwa dengan berbagi cerita, dia tidak hanya membantu dirinya sendiri, tetapi juga menginspirasi orang lain yang sedang mengalami kesulitan yang sama.

Kemudian, setelah sekian lama tidak pulang, ia datang menemui ibunya. Melepas semua kerinduan, dan meminta maaf atas segala kesalahan yang telah diperbuatnya. Dan layaknya seorang ibu, selalu saja kasih sayangnya melebihi apa pun, mengalahkan rasa kecewa yang dimiliki. Ibu memeluk erat Arya seraya berkata, "Ibu bangga sama kamu, Nak."

Dengan sendirinya air mata Arya mengalir begitu saja. Ia merasakan perasaan yang tidak bisa digambarkan.

Arya akhirnya menemukan kedamaian yang selama ini dia cari. Dia menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak bisa dibeli dengan uang atau ketenaran. Kebahagiaan sejati datang dari dalam diri.

"Kehidupan setiap individu, dilihat secara keseluruhan dan secara umum, dan jika hanya ciri-cirinya yang paling penting saja yang ditekankan, sebenarnya adalah sebuah tragedi, tetapi jika ditelusuri secara mendetail, ia bersifat komedi."
~Arthur Schopenhauer

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun