Mohon tunggu...
Jari Bicara
Jari Bicara Mohon Tunggu... Jurnalis - Salam literasi!

Channel ini beragam isinya, karena yang punya penghayal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tertawa dalam Senyap

3 Agustus 2024   20:23 Diperbarui: 3 Agustus 2024   20:23 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai komedian, Arya selalu dituntut untuk lucu. Tidak peduli perasaan pribadinya sedang bagaimana, dia seakan orang yang tidak bisa sedih. Orang yang harus menghibur kapan pun dan di mana pun.

Arya memiliki seorang manajer yang sangat ambisius. Manajer yang selalu membuatkan konsep komedi setiap dia tampil. Manajer itu, selalu mendorong Arya untuk tampil lebih keras dan lebih lama. "Kau adalah mesin uang, Arya," kata manajernya suatu kali. "Jangan biarkan penonton kecewa."

Arya merasa terjebak dalam sebuah mesin. Dia tidak bisa menolak permintaan manajernya. Dia takut kehilangan popularitasnya. Dia takut kembali menjadi orang yang tidak berarti. Juga di sisi lain, Arya tak mau terus berada di bawah bayang-bayang candu yang perlahan merusak tubuhnya.

Hingga suatu malam, setelah pertunjukan yang sangat melelahkan, Arya pulang ke apartemennya. Dia merasa sangat lelah, baik fisik maupun mental. Dia membuka lemari es dan mengambil sebotol minuman keras. Tangannya gemetar saat menuangkan minuman itu ke dalam gelas.

Tiba-tiba, teleponnya berdering. Itu adalah ibunya. Suara ibunya yang lembut menanyakan kabar, dan kapan Arya akan pulang, karena kesibukannya belakangan ini membuat Arya tidak bisa menemui ibunya di sana. Serta, layaknya seorang ibu, tidak lupa memberi nasehat-nasehat pada anaknya. "Ibu tahu kamu orang baik Nak, jaga diri baik-baik ya di kota." Perkataan itu sontak saja membuat Arya sadar. Dia menyadari bahwa dia tidak bisa terus-menerus hidup di bawah bayang-bayang candu. Dia membutuhkan bantuan.

Saru-satunya orang yang bisa dia ajak diskusi masalah ini hanyalah sang manajer. Arya menanyakan bagaimana pendapatnya jika dia ingin menjalani rehabilitasi. "Bodoh! Kau sedang naik daun Arya. Jangan kacaukan hal itu." Semprot sang manajer yang tidak mau kehilangan mesin uangnya.

Setelah merenung, dan menimbang-nimbang. Dengan berat hati, Arya memutuskan untuk menjalani rehabilitasi. Dia tidak peduli kariernya hancur, asalkan bisa lepat dari adiksi yang terus merusak badannya.

Proses rehabilitasi tidak mudah. Dia harus berjuang melawan kecanduannya, menghadapi masa lalunya, dan belajar untuk mencintai dirinya sendiri. Dia juga harus siap menerima segala konsekuensinya. Tidak terbayang dalam benak Arya bagaimana perasaan sang ibu ketika mengetahui hal ini.

Cerita tentang Arya adalah seorang pecandu menyebar luas, media-media gencar memberitakan isu ini.

Sehingga Arya menjadi buah bibir di masyarakat, banyak orang yang mencaci dan mengolok-oloknya. Seperti itulah manusia, lebih mudah menghakimi daripada memahami.

Mereka tidak mau tahu mengapa Arya melakukan ini, memahami kehidupannya yang berat bagaimana pun mereka tidak peduli. Begitu pula sang manajernya, dia menganggap penghasil uangnya sudah tidak berfungsi, lalu meninggalkannya begitu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun