Sepanjang usia bangsa sejak kekuasaan Orde Baru hingga saat ini, kita kita diberika Pendidikan Moral Pancasila dengan menghafal sila dalam simbol garuda dan butir-butirnya. MENGHAFAL nilai-nilai Pancasila dan dalam kehidupan dilatih MENJALANKAN nilai-nilai sebaliknya, menjalankan nilai-nilai APancasila. Ibarat orang tua yang mengasuh anaknya, pemerintahan pada masa itu justru menerapkan pola kehidupan bagi rakyatnya dengan ajaran hidup monopoli kekuasaan, dilatih hidup memuaskan nafsu kerakusan dan keserakahan, membeli keadilan karena tidak mungkin mampu bertanggung jawab. Bahkan menyumbat kreativitas dan kemandirian, menutup pintu kebebasan bahkan untuk bersuara, petani hanya boleh menanam dan menjual padi C4 dst. Inilah  pembentukan  sikap,  karakter  mentalj sebenarnpya, hanya saja yang diajarkan adalah APancasila. Persis seperti kita para orang tua mendidik anak-anak kita, membentuk POLA PERILAKU, bermoral atau tidak bermoral.Â
Hafal nilai-nilai Pancasila, terampil bersikap dan bertindak APancasila. Manusia-manusia yang lain dimulut lain dalam tindakan. Inilah kenyataan hidup yang dihadapi Bangsa ini, bukan hanya persoalan pendidikan tapi persoalan Bangsa. Persoalan Kesatuan dan Persatuan Bangsa. Ditegaskan dalam buku Bung Karno dan Pancasila, Pancasila adalah pemerasan kesatuan jiwa Indonesia. Pancasila adalah manifestasi persatuan bangsa dan wilayah Indonesia. Pancasila sebagai weltanschauuung Bangsa Indonesia dalam Penghidupan Nasional dan Internasional. Bagaimana ini bisa (menjadi mungkin) terjadi? Weltanschauuung_Â Pandangan Dunia (baca : Nusantara njedul sak Oyot-oyote) kesatuan jiwa Bangsa, yang seharusnya hidup dalam sanubari sehingga menggerakkan segala tindakan yang mencerminkan keluhurannya, hanyalah menjadi hafalan semata.Â
LALU  APA YANG BISA KITA LAKUKAN, untuk memiliki kembali ISI (ruh) nilai-nilai luhur Pancasila dan memiliki cara mengajarkannya, melatihkannya, menghidupkannya dalam-jiwa-jiwa generasi bangsa. Pancasila, weltanschauuung yang diwujudkan Soekarno Pemimpin Bangsa sebagai landasan mendirikan negara Indonesia hasil memeras tradisi, budaya, sejarah Bangsa. Mau mencari kemana ruh Pancasila, ruh Moral keluhuran kehidupan Bangsa?  Mengkaji kembali penjelasan Soekarno atas Pancasila adalah tindakan paling sederhana. Jika kita cermat dan faham hidup, maka kita akan menyadari bahwa tindakan cerdas adalah mengkaji bagaimana Soekarno menjalankan Pancasila baik dalam kehidupan Nasional maupun Internasional sebelum 65. Sebelum Soekarno menyerah, sebelum Soekarno mendukung kudeta Soeharto dengan pembantaian terbirik di dunia. Pembantaian rakyat oleh tentara Bangsa Negaranya. Maka kita akan menemukan pola perilaku, pola tindakan POLA SIKAP MENTAL MORAL PANCASILA. Percayakah kita, dibumi pertiwi ini ada ksatria-ksatria Bangsa yang telah melakukannya, menemukannya dan menerapkannya. Melandasi jiwanya, menjadi manusia merdeka, bebas dari segala beban tanggung jawab konsekuensi APancasila, Adharma.
... dan, jalan paling cerdas adalah mengkaji, memeras kembali tradisi, budaya, sejarah Bangsa seperti yang telah dilakukan Soekarno. Menelusuri perjalanan Soekarno mewujudkan Pancasila. Tanyakan pada Kejawen Jawa, tanyakan pada Sunda Wiwitan, tanyakan pada Kaharingan Dayak di Kalimantan, tanyakan pada Parmalim Batak, tanyakan pada Thirta Bali, apa landasan Moral Manusia, Â apa landasan Cinta Kasih sesama dan seluruh makhluk alam semesta. Apa landasan hidup menyatu dengan Tuhan, hingga segala tindakan dalam hidup selaras dengan seluruh alam semesta berikut isinya, tanpa pamrih secuil kenikmatan surga alam benda.Â
Inilah jalan keluar dari persoalan bangsa yang kita tanggung saat ini. Pertahanan Bangsa, Pendidikan &Kebudayaan serta Pembangunan Manusia&Kebudayaan semoga sadar dan bergerak membuka jalan kebangkitan Bangsa amanah sang Pencipta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H