Sebenarnya ingin menjumpai secara langsung sosok ini, soalnya disamping rumahnya tidak jauh dari dimana aku tinggal, tidak tahu apakah sosok yang sempat viral di tahun 2017 lalu ini masih tetap kuat sampai sekarang atau sudah dipanggil?Â
Ingin membuktikan bagaimana kisahnya yang menjadi berita baik di media sosial, berita online ataupun media cetak, bahkan namanya dan prestasinya telah dibukukan dalam satu buku monografi yang ditulis oleh Anthony Tumimomor di tahun 2017 lalu.
Kemarin tertarik, dan langsung menemukan buku monografi beliau, saat berkunjung ke Perpustakaan Pusat Kota Salatiga hari Minggu lalu, saat menemani ketiga anakku yang kini sudah doyan pergi ke Perpustakaan.Â
Buku monografi beliau-pun berada di tempat rak khusus dan bisa kita langsung dapatkan saat  baru masuk di lantai satu gedung perpustakaan dimana foto-foto para wali dan wakil Walikota terpampang hampir mengelilingi dan menghiasi seluruh dinding-dinding perpustakaan Salatiga.
Namanya Bapak Darmiyanto, yang sering dipanggil dengan Panggilan Bapak Dar oleh rekan-rekan sejawatnya. Prestasinya lumayan membawa kota Salatiga harum namanya di berbagai kota bahkan negara, karena prestasi beliau sering menjadi juara hanya dari satu cabang olah raga, yakni lari.
 Total medali yang diperolehnya sampai 171 medali, 19 piala dan puluhan piagam penghargaan yang terus disimpan beliau dalam rumahnya yang reyot.
Prestasinya yang gemilang dan membuat harum Kota yang diusungnya ternyata tidak sebanding dengan kondisi rumah dan perekonomiannya sehari-hari. Tetapi sedikitpun tidak ada kata mengeluh keluar dari bibirnya, tetap ramah dan tekun menjalani profesinya sebagai tukang becak.Â
Bahkan tak segan menolong mengantar barang-barang pelanggan sampai ke tujuan mereka, meskipun tanpa bayaran yang setimpal.
Pernah suatu ketika ditawarkan hidup yang lebih mapan dengan menghadiahi sebuah rumah yang lebih layak dari pemerintah Kabupaten Semarang, tapi beliau menolak dengan halus.Â
Karena kota yang diusungnya adalah Kota Salatiga, dan membawa nama Salatiga kemanapun dia pergi untuk bertanding. Baik itu perlombaan antar kota, kementerian, Nasional bahkan tingkat Internasional. Â
Sementara penghargaan yang diberikan oleh Pemkot boleh dibilang masih minim dan belum berbuat banyak untuk perubahan secara ekonomi bagi keluarga Bapak Dar. Â
Meskipun demikian, dia tetap mensyukuri bisa hidup dengan menarik becak di pusat Kota Salatiga. Sebab becak hanya menjadi alat untuk menghidupi visi sebenarnya yaitu menjadi seorang atlet lari, meskipun kini sudah masuk usia senja.
Sementara untuk menempuh dari rumahnya ke pusat kota Salatiga, Pak Darmiyanto memang sengaja pulang pergi berlari dengan total jarak tempuhnya mencapai 24 km. Itu untuk melatih otot-otot tuanya tidak segera mengendur dan lemah. Setelah itu menarik becak dengan sepeda yang dia dapat dari dosen luar yang pernah mengajar di UKSW, salah satu universitas Kristen terkenal asal Salatiga, beberapa puluh tahun yang lalu.
Tapi bagaimana penghargaan pemerintah kita terhadap prestasi olah raga yang telah ditorehkan oleh anak bangsa. Tak jauh baru berselang bagaimana anak bangsa menorehkan prestasi terbesar, dari ajang lomba dunia, olimpiade maupun paralimpiade. Peraih medali langsung mendapatkan apresiasi hingga miliaran rupiah diberikan secara langsung, bahkan pelatih, hingga para oficial pendamping-pun turut serta dapat.
Tentu tidak mencoba untuk membandingkan, apa yang didapat. Baik masanya Par Dar yang juga pernah membawa prestasi level internasional, maupun masa sekarang, perhatian pemerintah kepada dunia olah raga semakin lebih baik dari pada sebelum-sebelumnya.
Kembali, ke topik utama, yang penulis sampaikan, ketika sudah tua, berprestasi dan bukan hanya sekali tapi ratusan medali telah diperoleh, bagaimana dengan kita saat ini, yang boleh dibilang masih muda, generasi Z ataupun generasi sebelumnya, milenial?
Data dari IDN Research Institute, tentang Indonesia Gen Z Report 2024, menunjukkan seberapa sering mereka berolah raga. Tidak lebih dari 35 persen dari hasil penelitian tersebut menunjukkan, gen-Z maupun milenial melakukan kegiatan olah raga, baik setiap hari, setiap minggu, bahkan beberapa kali dalam satu bulan.
Dan itu baru melakukan kegiatan olah raganya, bagaimana dengan upaya untuk mencapai prestasi terbaik, mungkinkah? Apalagi jika sudah masuk usia tua, akankah tetap punya motivasi untuk tetap berolah raga seperti Pak Dar?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H