Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan sudah Magister S2 dari Kota Yogya, kini berharap lanjut sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menemukan Sosok Tua, Tukang Becak, Tapi Atlet Berprestasi, Bagaimana Kita?

1 Oktober 2024   22:52 Diperbarui: 2 Oktober 2024   00:57 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshoot dari Buku Monografi-Dinas Perpustakaan & Kearsipan Kota Salatiga

Pernah suatu ketika ditawarkan hidup yang lebih mapan dengan menghadiahi sebuah rumah yang lebih layak dari pemerintah Kabupaten Semarang, tapi beliau menolak dengan halus. 

Karena kota yang diusungnya adalah Kota Salatiga, dan membawa nama Salatiga kemanapun dia pergi untuk bertanding. Baik itu perlombaan antar kota, kementerian, Nasional bahkan tingkat Internasional.  

Sementara penghargaan yang diberikan oleh Pemkot boleh dibilang masih minim dan belum berbuat banyak untuk perubahan secara ekonomi bagi keluarga Bapak Dar.  

sumber gambar : detik.com 
sumber gambar : detik.com 

Meskipun demikian, dia tetap mensyukuri bisa hidup dengan menarik becak di pusat Kota Salatiga. Sebab becak hanya menjadi alat untuk menghidupi visi sebenarnya yaitu menjadi seorang atlet lari, meskipun kini sudah masuk usia senja.

Sementara untuk menempuh dari rumahnya ke pusat kota Salatiga, Pak Darmiyanto memang sengaja pulang pergi berlari dengan total jarak tempuhnya mencapai 24 km. Itu untuk melatih otot-otot tuanya tidak segera mengendur dan lemah. Setelah itu menarik becak dengan sepeda yang dia dapat dari dosen luar yang pernah mengajar di UKSW, salah satu universitas Kristen terkenal asal Salatiga, beberapa puluh tahun yang lalu.

Tapi bagaimana penghargaan pemerintah kita terhadap prestasi olah raga yang telah ditorehkan oleh anak bangsa. Tak jauh baru berselang bagaimana anak bangsa menorehkan prestasi terbesar, dari ajang lomba dunia, olimpiade maupun paralimpiade. Peraih medali langsung mendapatkan apresiasi hingga miliaran rupiah diberikan secara langsung, bahkan pelatih, hingga para oficial pendamping-pun turut serta dapat.

Tentu tidak mencoba untuk membandingkan, apa yang didapat. Baik masanya Par Dar yang juga pernah membawa prestasi level internasional, maupun masa sekarang, perhatian pemerintah kepada dunia olah raga semakin lebih baik dari pada sebelum-sebelumnya.

Kembali, ke topik utama, yang penulis sampaikan, ketika sudah tua, berprestasi dan bukan hanya sekali tapi ratusan medali telah diperoleh, bagaimana dengan kita saat ini, yang boleh dibilang masih muda, generasi Z ataupun generasi sebelumnya, milenial?

sumber gambar : goodstats.id
sumber gambar : goodstats.id

Data dari IDN Research Institute, tentang Indonesia Gen Z Report 2024, menunjukkan seberapa sering mereka berolah raga. Tidak lebih dari 35 persen dari hasil penelitian tersebut menunjukkan, gen-Z maupun milenial melakukan kegiatan olah raga, baik setiap hari, setiap minggu, bahkan beberapa kali dalam satu bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun