Tak pernah menduga bahwa corona akan terjadi di tahun ini. Dimana tahun lalu yang penuh dengan gejolak gara-gara politik dan pilpres, di tahun ini pun kita kembali bergejolak gara-gara corona.Â
Khususnya dalam dunia pendidikan kita, sejak dipimpin oleh menteri yang baru dari kalangan milenial, ada sejumlah perubahan yang sangat membuat kita bisa tercengang. Dan ada harapan bahwa di tangan sang menteri baru kita ini, pendidikan kita kian lebih baik.
Meskipun di tengah-tengah banyak tantangan dan keraguan sejumlah pihak terhadap setiap gagasan-gagasan yang digulirkan oleh mas Menteri Nadiem Makariem, seperti merdeka belajar maupun merdeka kampus.Â
Tapi lagi-lagi perubahan itu tak akan pernah cepat atau terealisasi. Dan hal itu pun membutuhkan kolaborasi yang utuh di seluruh para pemangku maupun penanggungjawab pendidikan di tanah air ini.
Sekolah mulai bertindak sebagai agen transformasi, guru-guru-pun ambil bagian di dalamnya. Para siswa ataupun para mahasiswa diminta untuk giat dan tekun belajar dan senantiasa selalu mencari solusi dalam tiap-tiap tantangan belajar yang ditemukannya di sekolah, maupun di lingkungannya dimana dia berada.
Apalagi di tengah-tengah tantangan virus corona mendesak ataupun mengubah banyak hal di seluruh aspek kehidupan kita. Mulai dari pemerintah kita yang harus merealokasi APBN maupun APBD-nya masing-masing demi pencegahan maupun pengobatan kasus demi kasus corona yang kini kian merata di seluruh provinsi Indonesia. Juga berdampak dalam segi pendidikan kita.
Belajar di rumah menjadi pilihan satu-satunya yang harus segera diambil dan dilakukan oleh hampir di seluruh sekolah-sekolah yang ada di Indonesia. Dan untuk membuktikan para guru meminta sejumlah foto sebagai bukti telah terjadinya proses belajar bersama orang tua di rumah.Â
Tugas-tugas-pun banyak dititipkan lewat online. Dan bersyukurnya ada WA grup yang bisa menjadi tempat monitoring seluruh pembelajaran-pembelajaran yang sedang terjadi tersebut di setiap paginya hingga 14 hari ke depan.
Kemudian di tengah-tengah upaya penghapusan Ujian Nasional yang kemudian digantikan dengan asesmen kompetensi mininal (AKM), terjadi percepatan penghapusan akan UN tersebut.Â
Yang seyogyanya tetap di adakan di tahun 2020 dan menjadi UN terakhir yang akan dilaksanakan, tapi akhirnya tahun 2019-lah yang menjadi UN terakhir yang pernah dihadapi oleh para peserta didik dari jenjang SD hingga SMA/SMK.
Hal tersebut diambil dan sudah diputuskan oleh pemerintah seperti yang dilansir oleh  kompas.com (25/3/2020), sebagai upaya untuk melindungi dan mengurangi dampak virus corona bagi seluruh anak-anak Indonesia yang juga adalah para peserta didik.
Rencana Nadiem Makarimen mengalami percepatan 1 tahun. Dimana seharusnya resmi peniadaan UN Â tersebut di tahun 2021 kini terjadi di tahun 2020. Sehingga boleh dikatakan akibat dari virus corona tidak melulu selalu berdampak negatif atau menyebabkan banyak kekuatiran.Â
Tapi ada banyak hal juga yang berdampak ke sisi positifnya. Khususnya dalam dunia pendidikan kita. Yakni disamping terjadinya percepatan rencana peniadaan UN, hal tersebut juga mengajarkan sekaligus menyadarkan kita bersama, bahwa penanggungjawab utama pendidikan tersebut sebenarnya adalah orang tua.Â
Melalui virus corona orang tua diperhadapkan untuk ambil alih fungsi guru-guru yang ada di sekolah. Apakah orang tua mau mengambil peran tersebut atau tidak? Atau justru memilih karena hari-hari tersebut adalah hari libur malah justru memilih untuk jalan-jalan ke mall atau tempat hiburan?
Akhirnya pandemi corona ini, telah membuat pendidikan bukan lagi berpusat di gedung-gedung sekolah, tapi di rumah-rumah. Dan gurunya adalah orang tua itu sendiri.Â
Kedua, UN yang semula dihentikan di tahun yang akan datang, tapi terjadi di tahun ini, tahun 2020. Ketiga dunia pendidikan-pun mengambil perannya di dalam memberantas pandemi 100 tahunan ini.Â
Lewat kebijakan sang menteri, para calon-calon medis diminta untuk ikut ambil bagian bergerak di garis depan di dalam menangani virus corona tersebut. Sebagai bagian dari kepedulian dunia pendidikan khususnya di bidang kesehatan dalam memenuhi kekurangan tenaga medis.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H