Dalam catatanku tulisan-tulisan yang sudah kutorehkan sepanjang aku menulis selama kurang lebih tiga tahun yang lalu, bisa dibilang masih menyentuh angka ratusan jumlahbya. Dan kuakui sejak bersama dengan kompasiana tepatnya pada tanggal 20 Mei 2016 yang lalu, kompasiana adalah cinta pertamaku. Artinya diriku bisa menjadi seperti sekarang ini tak lepas dari andil kompasiana yang terus menginspirasi bahkan menghantui diriku, jauh sebelum diriku akhirnya memutuskan untuk menulis di blog yang satu ini.
Dimulai dari yang namanya coba-coba untuk mulai tulis apa saja, baik itu pengalaman, buku-buku yang baru dibaca hingga menggambarkan situasi sosial, ekonomi dan politik bangsa kita yang kekinian, semuanya itu adalah proses yang menolongku untuk terus bertumbuh dan bertumbuh dalam menulis.
Di tahun 2019 ini bisa dibilang tahun mulai menikmati yang namanya bonus-bonus setelah tulisan-ku ternyata mendapatkan hati di mata para pembaca. Khususnya di Kompasiana. Dan baru tahun lalu diriku sepertinya baru mendapatkan centang hijau. Setelah baru ngeh dengan aturan-aturan yang disebutkan oleh Kompasiana.
Dan berjalan seiringnya waktu, dan setelah melalui permenungan juga sih, maka ini alasanku tak bisa berpaling dari Kompasiana. Artinya 5 hal ini yang membuat aku semakin sayang sama Kompasiana.
Alasan pertama, Kompasiana adalah cinta pertamaku atau cinta mula-mula yang sering menghantuiku.
Sebab seperti yang sudah saya kemukakan di awal, jatuh hati kepada Kompasiana karena termotivasi oleh para penulis-penulis kompasiana. Dimana terus memperhatikan para penulis-penulis itu sebelum akhirnya memutuskan untuk menulis juga di media yang sama di tahun 2016 lalu.
Termotivasi karena bisa terkenal hanya lewat sebuah tulisan. Dimana waktu itu meskipun belum dapatkan keuntungan secara finansial, asal sudah terkenal saja, artinya tulisan-tulisan kita banyak dinantikan, adalah sebuah kebanggaan tersendiri.
Disamping termotivasi, dengan munculnya tulisan-tulisan di kompasiana apalagi saat-saat membuka gawai ataupun di depan komputer yang terkoneksi dengan internet, kompasiana seakan menghantui ku dan bertanya, kapan mulai nulis bung?Akhirnya karena gak tahan lagi, maka mulai mencoba menulis.
Kedua, karena Kompasiana selalu di hati, meskipun banyak media-media yang lain yang mungkin sama dan sejenis, kompasiana sebuah media yang tak tertinggalkan oleh jari-jariku ataupun pikiranku. Â Â Â
Kuakui bahwa bukan hanya media kompasiana saja yang kuikuti. Ada sejumlah media-media yang lain, seperti Seword, Geotimes,Qureta hingga terakhir UC Media dari Alibaba. Bahkan media cetak seperti Harian Analisa yang menerima opini para pembaca, tak bisa membuatku untuk berpaling dan meninggalkan kompasiana. Karena memang nempel dan bahkan mungkin seperti lagu yang berjudul, Â Salah Apa Aku, dengan liriknya, entah apa yang merasuki-mu? Maka jawabannya adalah Kompasiana.
Sehingga hampir setiap pagi dibangun tidurku, bisa dipastikan langsung mengecek dan mengakses kompasiana selalu. Artinya tak ada hari tanpa melihat Kompasiana.
![panitia dari Kompasiana dan Semen Padang serta pembicara Bicara Baik (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/11/07/img-20181219-142841-5dc41556d541df11797950b2.jpg?t=o&v=770)
Hal ini jarang dilakukan oleh media-media lain, bahkan bisa dibilang hampir tak ada media yang mau bersedia menolong para penulisnya bertumbuh lewat komunitas.Â
Padahal dengan gerakan lewat komunitas, maka sesungguhnya perubahan sosial masyarakat kita dari pesimis ke optimis akan bisa terealisasi. Sebab kekuatan satu orang tentu tak akan terasa jika dibandingkan dengan kekuatan sesama komunitas melakukan sebuah gebrakan terjadi di masyarakat kita.
![dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/11/07/img-20181219-132940-5dc416e3097f36171e4de9c2.jpg?t=o&v=770)
Sebab berita-berita hoaks dan negatif kerap lebih dominan menghiasi media sosial kita.Maka dengan hadirnya Kompasiana dan Sement Padang waktu itu, berharap para peserta yang hadir bisa menularkan atau berbicara baik dengan semua orang yang bisa kita jumpai dan semua orang yang mungkin bisa kita jangkau lewat sebuah tulisan ataupun postingan kita.
Setelah event itu selesai akhirnya bisa bergabung dengan Komed (Kompasianer Medan). Bahkan sampai sekarang terus komunikasi, bahkan sekali-kali ngopi bareng di rumah teman yang sedang ada hajatan atau di waktu-waktu tertentu.
![kolase screenshot Event dari Kemensos (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/11/07/kompasiana-5dc4164fd541df5e640d2a62.png?t=o&v=770)
Apalagi kalau menang, alhamdullilah pasti akan melompat-lompat kegirangan dan juga sujud syukur. Â Dan khusus di tahun ini ternyata aku bisa merasakan apa itu arti sebuah kemenangan yang sesungguhnya.Â
Setelah melalui banyak proses serta persiapan ketika akan menulis untuk ikutan lomba tersebut, ternyata akhirnya bisa terbayar seluruh keringat dan pengorbanan yang sudah keluar. Â
Untuk event Kompasiana, diriku sudah dua kali di daulat sebagai pemenang. Pertama dari event lomba BCA sebagai finalis terbaik. Kedua dari Kemensos dalam program Harapan Kita sebagai juara pertama.
![Gajian dari Kompasiana (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/11/07/kompasiana1-5dc4168cd541df11797950b5.jpg?t=o&v=770)
Imbas dari tulisan saat ikut lomba atau event dari Kompasiana juga, yaitu tentang Milenial dan Pertanian Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Pertanian waktu itu.Â
Diriku memang tidak menang, tapi gara-gara tulisan itu, diriku akhirnya menemukan sebuah solusi atau cara bagaimana memajukan pertanian Indonesia, bagaimana mencukupi pangan Indonesia, dan bagaimana para milenial terlibat di dalamnya? Â
![Hasil Pertanian secara hidroponik (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/11/07/kompasiana2-5dc41754d541df6a2c469752.png?t=o&v=770)
Sehingga ada kurang lebih tiga bulan vakum menulis karena sedang fokus mengembangkan pertanian secara hidroponik. Mulai dari merancang sistem pengairannya, memulung barang-barang bekas dan membersihkannya, hingga membeli bibit-bibitnya dan akhirnya menanam.Â
Semuanya itu memakan waktu yang tak sedikit. Pikiran, tenaga, perasaan bahkan uang-pun terkuras gara-gara mau mengeksekusi hasil tulisanku dalam bidang pertanian tersebut.
![panen kankung (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/11/07/kompasiana3-5dc4179ed541df1173078532.png?t=o&v=770)
Alasan kelima, kompasiana punya event spesial di tiap tahun-nya yakni konvasianaval. Event tersebut merupakan event akbar dimana memungkinkan para ribuan blogger bisa berkumpul bersama.Â
Menghadiri acara tersebut akan ada banyak inspirasi yanga akan didapatkan, karena memang mengundang atau menghadirkan para pembicara atau tokoh-tokoh nasional yang penuh dengan segudang pengalaman dan solusi. Maka ketika sudah pulang dari sana akan ada sebuah api semangat baru  untuk bisa berkarya lebih.
Pengennya untuk tahun ini bisa pergi ke sana, tapi sepertinya masih terkendala diongkos. Padahal sudah regristrasi online dan sudah dapatkan QR code sebagai tiket bahwa kita sudah terdaftar.Â
Untuk tahun ini sepertinya hanya bisa berharap saja, dan hanya satu doa ku, semoga ada donatur yang bisa talangin transportnya saja. Pasti akan sangat berterimakasih sekali dan bersyukur bangat.
![screeshot dari email Kompasiana (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/11/07/whatsapp-image-2019-11-07-at-00-48-58-5dc417d0d541df04b33ad712.jpeg?t=o&v=770)
Dan ketika aku boleh mendapatkan itu, entah di tahun berapa-pun itu, tapi harapannya paling lama lima tahun lagi, maka itu adalah pencapaian terbesarku di dalam dunia kepenulisan. Semoga.
Terakhir, tak lupa untuk mengucapkan selamat ulang tahun di #11TahunKompasiana. Sungguh kompasiana menjadi satu-satunya flatform blogging yang #BeyondBlogging . Â Â
    Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI