Menjadi seorang usahawan itu tentu tak ada yang dadakan. Semuanya dipastikan punya proses atau tahap demi tahapan yang harus dilalui dan dikerjakan. Meskipun terkadang sering jatuh dan gagal, tapi tak pernah mengenal kata menyerah.
Hari ini aku sebenarnya bisa belajar banyak hal dari teman-temanku yang tetap eksis dalam bisnis yang sedang mereka geluti. Tentu hal yang utama yang aku pelajari dari hidup mereka adalah keyakinan dan keteguhan hati mereka untuk tetap eksis dan bertahan dalam satu bisnis usaha kuliner. Meskipun sudah lama mengenal mereka dan bisnis yang mereka kerjakan, tapi baru hari ini mencoba untuk bertanya tentang usaha yang mereka geluti saat ini.
Artinya dengan pesan beliau menyatakan baik dengan flatform Alibaba atau bukan, prinsipnya masyarakat dimudahkan untuk bisa mendapatkan barang kebutuhannya, tanpa harus repot ke pusat-pusat perbelanjaan yang ada.
MieLevelWik
Dua orang foundernya yakni Simon dan Dewi (nama panggilan). Mereka membuat satu stand tempat mereka berjualan di seputar Medan Marelan.Tak besar stand mereka, tapi membuka kuliner di waktu sore hingga di malam harinya , para pengunjung lumayan tertarik untuk berburu satu tempat kuliner ini.
Berdiri sejak Desember 2018 lalu, itu artinya sudah sekitar lebih dari setengah tahun mereka sudah berdiri. Buka sejak pukul 17.00 WIB hingga pukul 01.00 WIB. Waktu yang pas untuk orang-orang berbuka puasa.
Bisa bergetar itu bibir bila mengkonsumsi mie level 10, tapi ternyata banyak juga orang yang suka. Dan memang ciri orang Indonesia adalah pecinta pedas.
Awal usaha mereka bisa dibilang minim modal. Sebab memang bersyukur mereka tak bayar tempat. Sebab pemilik warkop ternyata berbaik hati menyiapkan mereka tempat dan standnya. Jadinya mereka hanya persiapan untuk beli peralatan masak secukupnya bersama dengan bahan-bahan makanan untuk produksi mie tersebut.
Ketika kutanya pernah mengajukan pinjaman lewat aplikasi fintech atau pinjaaman berbasis aplikasi teknologi? Ternyata tidak, sebab mereka sudah punya modal sendiri. Tapi satu hal yang mungkin kutangkap dari perbincangan kami tentang pinjaman berbasis fintech tersebut, yakni kekurang pahaman tentang bagaimana sistem pengajuan dan pembayaran modal lewat pinjaman berbasis aplikasi.
Jadi tak heran juga banyak orang yang urung mengajukan pinjaman lewat apps tersebut. Apalagi ditambah dengan cerita-cerita dari banyak media yang menyatakan, sudah banyak orang yang terjebak karena ulah para aplikator bodong yang menawarkan pinjaman-pinjaman illegal dan tidak terdaftar di OJK. Sehingga mengurungkan niat untuk mengajukan pinjaman ke situ. Â
Bandrek Solihin
Lanjut kedua, usaha kuliner dari salah seorang seniorku, yakni 'Bandrek Solihin'. Foundernya Bang Herutomo Tobing. Dia membuka usaha ini juga sejak di pertengahan tahun 2018 lalu. Adapun sistem pemasarannya menggunakan Gojek atau Grab sebagai penyedia layanan antar. Buka sejak sore hingga malam juga dari Senin sampai Sabtu.
Sama sistem pemasarannya dengan MielevelWik punya Simon. Mengandalkan Wagrup juga dengan media sosial seperti Instagram juga.
Jika melihat modal yang dikeluarkan oleh Bang Herutomo tentu tidak besar-besar amat. Sebab menggunakan peralatan dapur di rumah. Tinggal menyiapkan bahan-bahan yang akan diracik tapi untungnya lumayan di dapatkan mereka.
Terakhir apa yang bisa disimpulkan dari dua usaha teman ini. Pertama, mereka tetap memulai setiap ide-ide bisnis yang ada di depan mata. Sebab banyak orang yang punya ide tapi merealisasikannya belum berani, termasuk diriku yang juga pengen punya bisnis kuliner tapi sampai sekarang hal tersebut belum terwujud, karena banyak takutnya duluan.
Kedua, belajar dari sikap optimisme mereka. Tetap jalankan saja dan tentu harus banyak melakukan inovasi bisnis di dalamnya, supaya usaha kita kian lancar dan semakin menguntungkan. Ketiga. Perlu lebih dalam lagi tentang dunia fintech berbasis aplikasi. Bagaimana tentang syarat-syarat pengajuannya, dan pembayaran serta bunganya.
Keempat, tetap berkreasi dan terus lah berjuang. Sebab langkah pertama sudah sekarang tinggal melanjutkan ke langkah-langkah berikutnya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H