Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan sudah Magister S2 dari Kota Yogya, kini berharap lanjut sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Kurma

2 Usaha Anak Muda Medan, Menembus Batas dan Masih Berjuang

19 Mei 2019   23:50 Diperbarui: 19 Mei 2019   23:57 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pembicara pojok literasi medan (dokpri)

Menjadi seorang usahawan itu tentu tak ada yang dadakan. Semuanya dipastikan punya proses atau tahap demi tahapan yang harus dilalui dan dikerjakan. Meskipun terkadang sering jatuh dan gagal, tapi tak pernah mengenal kata menyerah.

Hari ini aku sebenarnya bisa belajar banyak hal dari teman-temanku yang tetap eksis dalam bisnis yang sedang mereka geluti. Tentu hal yang utama yang aku pelajari dari hidup mereka adalah keyakinan dan keteguhan hati mereka untuk tetap eksis dan bertahan dalam satu bisnis usaha kuliner. Meskipun sudah lama mengenal mereka dan bisnis yang mereka kerjakan, tapi baru hari ini mencoba untuk bertanya tentang usaha yang mereka geluti saat ini.

liputan6.com
liputan6.com
Sehingga teringat apa yang pernah diucapkan oleh Jack Ma dalam bisnisnya di Alibaba. Yakni pernah berkata bahwa ia sebenarnya tidak peduli tentang menguasai pasar dunia. Dan memang Alibaba sekarang bisa menguasai pasar mancanegara. Tapi yang ia perdulikan adalah seluruh masyarakat atau orang-orang  di seluruh dunia bisa menerima barang pesanannya meskipun dari rumah.

Artinya dengan pesan beliau menyatakan baik dengan flatform Alibaba atau bukan, prinsipnya masyarakat dimudahkan untuk bisa mendapatkan barang kebutuhannya, tanpa harus repot ke pusat-pusat perbelanjaan yang ada.

MieLevelWik

kolase foto (dokpri)
kolase foto (dokpri)
Usaha teman yang satu ini cukup populer di salah satu pojok di Kota Medan. Meskipun tidak sepopuler usahanya milik salah satu artis terkenal Irwasyah, Napoleon. Tapi melihat rekam jejaknya yang tetap ada sampai saat ini, hal ini cukup kuat di dalam mengarungi banyaknya bisnis kuliner yang menjamur di Kota Medan.

Dua orang foundernya yakni Simon dan Dewi (nama panggilan). Mereka membuat satu stand tempat mereka berjualan di seputar Medan Marelan.Tak besar stand mereka, tapi membuka kuliner di waktu sore hingga di malam harinya , para pengunjung lumayan tertarik untuk berburu satu tempat kuliner ini.

Berdiri sejak Desember 2018 lalu, itu artinya sudah sekitar lebih dari setengah tahun mereka sudah berdiri. Buka sejak pukul 17.00 WIB hingga pukul 01.00 WIB. Waktu yang pas untuk orang-orang berbuka puasa.

promo ramadhan (sumber IG Mielevelwik)
promo ramadhan (sumber IG Mielevelwik)
Menyediakan menu mie sebagai andalan produk mereka. Dimana menyediakan level-level kepedasan sesuai selera pembeli. Mulai dari level 1 hingga level 10. Berdasarkan wawancara singkat meskipun lewat HP, dia buka kunci untuk tiap levelnya. Jika level 1 cabe rawitnya sekitar 2 biji. Dan level terakhir cabe rawitnya bisa sampai 25 biji.

Bisa bergetar itu bibir bila mengkonsumsi mie level 10, tapi ternyata banyak juga orang yang suka. Dan memang ciri orang Indonesia adalah pecinta pedas.

Awal usaha mereka bisa dibilang minim modal. Sebab memang bersyukur mereka tak bayar tempat. Sebab pemilik warkop ternyata berbaik hati menyiapkan mereka tempat dan standnya. Jadinya mereka hanya persiapan untuk beli peralatan masak secukupnya bersama dengan bahan-bahan makanan untuk produksi mie tersebut.

Ketika kutanya pernah mengajukan pinjaman lewat aplikasi fintech atau pinjaaman berbasis aplikasi teknologi? Ternyata tidak, sebab mereka sudah punya modal sendiri. Tapi satu hal yang mungkin kutangkap dari perbincangan kami tentang pinjaman berbasis fintech tersebut, yakni kekurang pahaman tentang bagaimana sistem pengajuan dan pembayaran modal lewat pinjaman berbasis aplikasi.

pembicara pojok literasi medan (dokpri)
pembicara pojok literasi medan (dokpri)
Penulis sendiripun baru mengerti setelah kemarin OJK bersama Kemkominfo membuat seminar literasi pinjaman berbasis fintech di Medan baru-baru ini. Menghadirkan para pakar-pakar keuangan, baik dari BI, OJK serta praktisi langsung yang sudah terjun di dalamnya. Salah satunya Bapak Melvin Mumpuni dari aplikasi Finansialku.

Jadi tak heran juga banyak orang yang urung mengajukan pinjaman lewat apps tersebut. Apalagi ditambah dengan cerita-cerita dari banyak media yang menyatakan, sudah banyak orang yang terjebak karena ulah para aplikator bodong yang menawarkan pinjaman-pinjaman illegal dan tidak terdaftar di OJK. Sehingga mengurungkan niat untuk mengajukan pinjaman ke situ.  

Bandrek Solihin

Lanjut kedua, usaha kuliner dari salah seorang seniorku, yakni 'Bandrek Solihin'. Foundernya Bang Herutomo Tobing. Dia membuka usaha ini juga sejak di pertengahan tahun 2018 lalu. Adapun sistem pemasarannya menggunakan Gojek atau Grab sebagai penyedia layanan antar. Buka sejak sore hingga malam juga dari Senin sampai Sabtu.

screenshot WAG (dokpri)
screenshot WAG (dokpri)
Melihat tetap eksis usaha Bandrek Solihinnya sampai sekarang, berarti ada pemasukan yang cukup lumayan yang di dapatkan. Sebab tak perlu buat stand khusus, cukup dari rumah saja dan tinggal membuat plakat di depan rumah saja. Menampilkan menu-menu bandrek serta bubur yang ditawarkan lewat WA Grup maupun media sosial lainnya.

Sama sistem pemasarannya dengan MielevelWik punya Simon. Mengandalkan Wagrup juga dengan media sosial seperti Instagram juga.

Jika melihat modal yang dikeluarkan oleh Bang Herutomo tentu tidak besar-besar amat. Sebab menggunakan peralatan dapur di rumah. Tinggal menyiapkan bahan-bahan yang akan diracik tapi untungnya lumayan di dapatkan mereka.

Terakhir apa yang bisa disimpulkan dari dua usaha teman ini. Pertama, mereka tetap memulai setiap ide-ide bisnis yang ada di depan mata. Sebab banyak orang yang punya ide tapi merealisasikannya belum berani, termasuk diriku yang juga pengen punya bisnis kuliner tapi sampai sekarang hal tersebut belum terwujud, karena banyak takutnya duluan.

Kedua, belajar dari sikap optimisme mereka. Tetap jalankan saja dan tentu harus banyak melakukan inovasi bisnis di dalamnya, supaya usaha kita kian lancar dan semakin menguntungkan. Ketiga. Perlu lebih dalam lagi tentang dunia fintech berbasis aplikasi. Bagaimana tentang syarat-syarat pengajuannya, dan pembayaran serta bunganya.

Keempat, tetap berkreasi dan terus lah berjuang. Sebab langkah pertama sudah sekarang tinggal melanjutkan ke langkah-langkah berikutnya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun