Penyakit atau sakit pada persepakbolaan kita bisa dibilang sudah akut. Dan harus ada keseriusan dari pihak kepolisian. Sebab memang awalnya keseriusan ini kurang sekali dari pihak kepolisian, karena memang isunya waktu lalu belum seviral sekarang.
Baru karena program Mata Najwa yang sudah mengangkat bahkan dalam beberapa seri di programnya tentang PSSI bisa apa, mata seluruh Indonesia bisa terbuka dan akhirnya ngeh, bahwa memang ini penyakit sudah akut. Yang awalnya oleh anggota exco PSSI Â pada tayangan pertama PSSI Bisa Apa, membantah sama sekali tentang adanya mafia-mafia bola. Tidak benar adanya mafia bola.
Kemudian baru pada tayangan ke dua, 'PSSI Bisa Apa 2' Mata Najwa langsung mengundang Kapolri dan Menpora Imam Nahrawi, dan merekapun turut hadir pada saat itu. Dan langsung saat itu Kapolri menyatakan bahwa dia akan segera membentuk satgas mafia bola, yang mana Bapak Kapolri sendiri langsung mengepalai tim satgas antimafia bola tersebut.
Dan hasilnya, seperti yang dilansir oleh sindoweekly.com (3/2/2019), sudah ada 11 tersangka sebelumnya yang terlibat di dalam kasus mafia bola. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Brigjen) Polisi Dedi Prasetyo menjelaskan bahwa mereka sudah menetapkan enam orang tersangka dan dilakukan penahanan. Sedang empat masih ditetapkan sebagai tersangka dan jika pemeriksaan sudah selesai, akan dilakukan upaya paksa penahanan
Adapun penetapaan empat tersangka baru tersebut dari peristiwa pertandingan Persibara dan PS Pasuruan (Persekabpas). Dimana VW menjadi tersangka ke-11 pada kasus pengaturan skor di Indonesia. Dia dan DI (tersangka kasus Persibara) diduga mengatur agar PSMP Mojokerto lolos ke Liga 1 Indonesia. Dimana dari VW didapatkan barang bukti uang puluhan juta yang ditransfernya ke DI.
Tersangka ke-12, dalam kasus terbaru langsung menetapkan sang Plt Ketua Umum PSSI. Joko Driyono atau sering dipanggil dengan Jokdri, ditetapkan karena terduga sudah merusakkan barang bukti yang ada di kantor PSSI. Menyuruh 3 orang untuk mencuri ataupun merusak barang-barang bukti tersebut.
Melihat hal tersebut, jika para exco-nya PSSI serta beberapa orang lainnya, terlibat dalam mafia bola, maka ini menjadi indikasi bahwa sengkarut penyakit bola di tanah air kita sudah darurat. Perlu totalitas untuk bersih-bersih sebab kalau tidak, maka jangan harap untuk bisa melihat sepak bola kita bisa bersinar ke tingkat dunia.
Kerinduan yang begitu besar bagi publik Indonesia, melihat nama Timnas Indonesia bisa ada dalam 32 tim negara-negara yang tergabung dalam Piala Dunia. Â Â
Entah apa mungkin yang ada dalam pemikiran sang pengganti dari Edy Rahmayadi yang telah mengundurkan diri sebagai ketua umum dari PSSI waktu lalu di Bali. Bapak Joko Driyono kok masih bisa tersenyum manis di depan kamera usai dirinya diperiksa sebagai saksi oleh Tim Anti Mafia Bola, Bareskrim.
Seakan tiada merasa bersalah dan sudah menyakitkan masyarakat pecinta bola di tanah air ini. Dimana seperti yang dilansir oleh kompas.com (16/2/2019), Joko Driyono kuat keterlibatanya di dalam mengatur skor bola tiap kali pertandingan dalam liga-liga yang diadakan di Indonesia ini. Dan menjadi mafia bola untuk bisa mengeruk untung sebanyak-banyaknya dalam bisnis gelap persepakbolaan kita. Â
Kini Joko Driyono sudah ditetapkan sebagai tersangka karena keterlibatannya di dalam pengrusakan dan pencurian alat  bukti tentang adanya dugaan pengaturan skor bola. Dimana sebelumnya kasus pengaturan skor tersebut telah diadukan Manajer Persibara Banjarnegara Lasmi Indriyani.