Memang betul apa yang kita perbuat kepada anak, hal itulah yang akan membentuk karakter dan kepribadiannya. Ketika kita selalu mencoba menyelesaikan setiap masalah yang sedang dihadapi anak, tentunya si anak akan terus berharap kepada pertolongan kita.Â
Untuk selanjutnya mereka akan selalu bergantung kepada kita. Namun ketika kita mencoba membiarkan dia, menghadapi persoalan tersebut, ternyata hal itulah yang akan membuatnya tumbuh semakin mandiri.
Hal inilah yang sedang kuhadapi di dalam mengurus anak-anakku. Mencoba membuktikan apa yang orang-orang yang sering katakan tentang kemandirian. Dan sedang kupraktekkan.
Contohnya dalam hal jajan untuk makanan. Kebetulan di sekitar rumah kami, ada begitu banyak pohon-pohon buah-buahan. Kemudian warung-warung untuk makanan ringan, atau snack jauh dari rumah. Memang dalam kesehariannya tidak pernah untuk membiasakan dirinya jajan makanan kecil ketika sedang berpergian.
Jadi tiap kali ketika mulut ingin mengunyah atau mengecap suatu hal, kedua anakku akan pergi mencari buah-buahan yang ada di sekitar rumah kami. Entah itu buah sejenis cheri, jambu air, bahkan buah markisa yang setiap hari pasti selalu ada.Â
Tapi khusus jambu berbuah selalu pada musimnya. Pas ketika berbuah saja, anak-anakku akan meminta diriku untuk mengambilkannya bagi mereka.
Pas ketika diriku sibuk, anak si paling kecil, akan mencoba mengambil galah. Dengan penuh rasa percaya diri yang tinggi kemudian dia berusaha untuk menjungkit buah tersebut. Meskipun tidak sampai-sampai, dia terus mencoba dan mencoba. Seringnya pemandangan ini kusaksikan, terkadang menjadi suatu hal yang lucu, dan tak jarang kudokumentasikan.
Kemudian dalam hal dimulainya ketertarikan terhadap gadget. Karena memang dalam perkembangannya maupun ketertarikannya, tentu akan sulit untuk melepaskan anak dari nikmatnya bermain gadget atau gawai tersebut.
Tak jarang diriku melihatnya mulai mengambil secara diam-diam Handphoneku yang terletak di meja yang memang sedang tercharger. Bahkan dia sudah tahu dan punya  timing atau waktu yang tepat untuk mengambil HP tersebut. Yakni ketika diriku sedang akan mandi.
Hal itu bisa diketahuinya karena dia selalu mengamati tiap gerak gerik kami sehari-hari. Karena lamanya diriku berada di kamar mandi, dan tidak ada orang yang akan melarangnya untuk bermain gadget. Hal itu baginya menjadi suatu kesempatan.
Kemudian istriku, memberikan solusi yang tak pernah kupikirkan sebelumnya. Dia berpesan, "nak, kalau kamu mau pakai HP ngomong saja ke Bapak. Bapak akan kasih kok. Gak bagus kalau ambil diam-diam tanpa permisi.Â
Tapi kalau sudah diminta Bapak, jangan nangis yah. Kalau nangis lain kali tidak akan diberi lagi HP-nya,." Ternyata dia akhirnya bisa berubah. Ketika diriku akan mandi, dia langsung ngomong demikian.
Pada prinsipnya anak adalah seorang peniru yang ulung. Tentunya dengan meniru menjadi pintu awal baginya belajar satu hal. Setelah meniru dan melakukan apa yang kami lakukan, seperti aktivitas menyapu rumah, tak jarang anak-anakku, khususnya untuk anakku yang masih baru setahun lebih, akan turut melakukannya. Menirukan aktivitas yang demikian.
Disamping karena memang ada unsur kesenangannya, tak jarang diriku menjadi merasa terganggu. Meskipun demikian mencoba bersabar. Sebab tentunya dengan hal itu akan menjadi suatu pembelajaran yang baginya, terkhusus untuk perkembangan otaknya.
Terakhir, mari menjadi orang tua yang bijak di dalam mendorong secara utuh perkembangan anak secara maksimal. Dengan pengamatan mereka, peniruan mereka, dan mencoba melakukan apa yang disaksikan tersebut, menjadi pintu awal bagi mereka di dalam belajar dan berkembang secara maksimal.Â
Sampai pada akhirnya mereka bisa menemukan solusi-solusi kreatif ketika sedang menemukan suatu permasalahan. Dan menjadi mandiri karena-nya.
Be a smart parent...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H