Tapi yang paling efektif untuk momen ini, adalah dengan menjadikan diri kita teladan yang baik dulu. Sebab anak-anak kita lebih banyak belajar dari apa yang kita perbuat, dibandingkan dengan apa yang kita katakan.
Ketiga, selalu melakukan evaluasi. Baik terhadap segala tindakan, ucapan, dan kalau bisa pikiran kita. Bersama-sama dengan istri dan anak-anak. Kalau bisa jangan terlalu kaku momen evaluasinya, supaya tidak merasa terintimidasi apalagi menjadi tambahan beban baru. Cari suasana atau tempat yang santai. Mungkin bisa kita lakukan setiap hari, seminggu sekali dan bahkan sebulan sekali.
Fungsi evaluasi tersebut yakni untuk bisa menilai apakah kita sudah berada di jalur atau track yang benar tentang nilai-nilai yang sudah kita tetapkan sebelumnya bersama dengan anak.
Keempat, yang mungkin tak kalah pentingnya adalah miliki mentor atau keluarga yang bisa menegor, atau menilai keluarga kita sudah sampai sejauh mana perjalanan keluarga kita. Ini penting sebab ketika seandainya suami dan istri cekcok atau berselisih, maka keluarga inilah tentunya yang akan bisa menolong kita. Sehingga permasalahannya tidak tambah semakin runyam, tapi bisa terselesaikan dengan baik.
Caranya cari orang atau keluarga yang bisa memontori keluarga kita. Cirinya adalah tentunya keluarganya juga merupakan keluarga dengan kondisi dan memiliki jiwa, kerohanian, maupun pikirannya yang jauh berada diatas kita. Dan kita menyerahkan kontrol yang penuh bagi mereka untuk menilai dan menolong kita.
Demikianlah sedikit tips praktis yang boleh kita cermati bersama. Meskipun sedikit, semoga bisa bermanfaat bagi kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H