Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan sudah Magister S2 dari Kota Yogya, kini berharap lanjut sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kegamangan Dunia Kesehatan dalam Tindakan Medis

10 Juni 2016   20:38 Diperbarui: 10 Juni 2016   20:43 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sungguh miris memang, dimana seorang dokter yang seharusnya bisa membawa kehidupan malah bertindak sebaliknya. Yang seharusnya bisa membawa kesembuhan, eh, pada akhirnya semakin parah dan berujung kematian. Dan di negeri ini memang sudah banyak terjadi kasus-kasus malpraktek. Yang menurut anggapan sang dokter, bidan dan pengerja kesehatan lainnya bahwa ia sudah bertindak sesuai dengan aturan dan prosedur yang pas. Tapi pada akhirnya tindakan medis yang mereka kerjakan berkata lain, tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Dari perspektif dalam kutip “Korban” dari tindakan medis tersebut, sungguh sedih memang, jika itu terjadi dalam keluarga kita. Kita mungkin tidak menerima dan bahkan menghujat sang Pelaku Malpraktek tersebut

. Dua hari yang lalu tepatnya ditanggal 8 Juni, seorang remaja putri yang tiba-tiba mengalami demam tinggi akibat yang menurut dianogsis dokter bahwa itu adalah usus buntu akut. Yang menurut perkiraan mereka harus segera melakukan operasi besar. Dan pihak keluarga akhirnya mengiyakan untuk melakukan operasi tersebut.

Tepat dihari Seninnya sudah dilakukan operasi tersebut, dan mungkin karena dianggap masih belum maksimal pengoperasiannya dilanjutkan kembali dengan operasi kedua dihari berikutnya.  Tapi apa yang terjadi, esoknya si anak tersebut akhirnya pergi untuk selamanya. Dan setelah dilihat pasca pengoperasiannya, terdapat sekitar  hampir 50 cm atau setengah meter bekas sayatan dokter tersebut diperut anak itu. Kok bisa sampai sepanjang itu sayatannya. 

Akhirnya pihak keluarga tidak menerima hal tersebut, dan segera membuat pengaduan kepada pihak polsek pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, untuk memidanakan sang oknum dokter tersebut. Dan segera pihak kepolisian langsung memproses laporan tersebut dan untuk melengkapi proses penyelidikannya, si anak tersebut langsung dibawa ke Rumah sakit bayangkara Medan untuk diotopsi. Hasilnya belum diketahui penyebab kematiannya. (http://suaratapanuli.com/3234/ngeri-pasien-rsud-pandan-ini-meninggal-dengan-belahan-operasi-sepanjang-50-cm)

Dan pernah juga kegamangan pihak medis terjadi di daerah Tebing Tinggi. Berupa tiindakan medis yang dilakukan oleh seorang bidan kepada seorang ibu yang hendak melahirkan. Akibat tindakan medis yang dilakukan oleh sang Bidan tersebut, mengakibatkan kepala sang bayi terlepas dari badannya. 

Kejadiannya juga terjadi belum lama ini sekitar Februari 2016 yang lalu. Dan memang menurut beritanya bahwa sang sianak tersebut sudah meninggal didalam kandungan ibunya, diakibatkan keterlambatan pihak medis dalam meolong proses persalinan. Dan untuk bisa menyelamatkan sang ibu, dibuatlah tindakan medis tersebut dengan menarik langsung kepala sianak. Pihak keluarga juga tidak bisa menerima itu dan akhirnya juga membuat laporan kepada pihak yang berwajib.

Kegamangan lainnya yang dilakukan oleh petugas kesehatan adalah ketika masih kuliah dulu beberapa tahun yang lalu di Medan. Kejadian ini dialamai oleh kakak seniorku. Yang menurut diagnosis sang dokter bahwa itu adalah gejala demam berdarah, malah memberikan obat yang mengakibatkan sang pasien tersebut mengalami kaki gajah. 

Setelah melihat hal itu sang medis mendianogsis lagi bahwa ada penyakit lainnya bukan hanya gejala demam berdarah. Yang seharusnya penanganan untuk kesembuhannya bisa cepat, eh ternyata malah memakan waktu berbulan-bulan untuk kesembuhannya.

 Obat yang seharusnya bisa menyembuhkan, malah terbalik membuat semakin parah penyakitnya dan bahkan menimbulkan penyakit-penyakit lainnya. Sungguh aneh memang. Tapi sekarang sang kakak itu sudah sehat.

Melihat banyaknya fenomena-fenomena penanganan dunia medis yang berujung kepada tindakan malpraktek, ada suatu pertanyaan yang muncul, Kok bisa seperti itu. Sebab para dokter, bidan, perawat dan petugas-petugas kesehatan itu bukannya tidak mendapatkan pendidikan yang baik, secara teori maupun praktek langsung. Bahkan mungkin sudah berpengalaman sebelumnya. Masih bisa saja membuat suatu kesalahan tindakan medis.

Memang ketika ada gejala penyakit yang muncul, sang petugas kesehatan harus segera memutuskan tindakan medis apa yang tepat dalam proses penyembuhannya. Dibutuhkan kecepatan waktu, kejelian, bahkan semua tenaga dan pikiran untuk bisa memutuskan bahwa tindakan ini merupakan tindakan medis yang tepat. 

Jika muncul masalah lainnya akibat tindakan medis yang pertama, juga dibutuhkan pengambilan keputusan tindakan medis yang tepat dalam mengatasi masalah tersebut. Jadi, pekerjaan sebagai tenaga medis bukanlah pekerjaan yang ringan atau mudah. Ketika sembuh akan dipuji tapi ketika semakin parah akan mendapatkan cercaan atau hinaan.

Kegamangan-kegamangan seperti dalam mengatasi masalah kesehatan sebenarnya tidaklah diperlukan. Asal sang petugas medis tersebut sudah melakukan tindakan yang paling baik dan benar dalam mengatasi masalah kesehatan tersebut. Tapi jika akhirnya tindakah tersebut semakin memarahkan penyakit yang sebelumnya, padahal tindakan medis yang dilakukan sudah yang paling baik dan benar, perlu penjelasan yang tepat dan baik kepada keluarga sang pasien yang sedang berobat. Jangan menjadi lempar batu sembunyi tangan. Harus ada komunikasi yang baik kepada keluarga. 

Seperti kasus Usus buntu akut tersebut, masakan tindakan medis yang dilakukan harus mencapai pembedahan hingga kurang lebih setengah meter diperut sang anak tersebut. Itu sudah sangat tidak benar. Dan kalaupun itu sudah terjadi, seharusnya pihak sang dokter tersebut menjelaskan semua kronologinya dengan benar kepada sang keluarga mengapa diperlukan tindakan seperti itu. Supaya pihak keluarga bisa mengerti dan memahami. Bukannya menjadi diam membisu dan menyerahkan kepada pihak manajemen Rumah sakit untuk menjelaskan semuanya. Itu bisa memperburuk citra dari Rumah Sakit tersebut.

Diakhir tulisan ini, marilah kita menjaga kesehatan kita masing-masing. Mencegah lebih baik daripada mengobati. Dan mendoakan supaya para medis bisa berpikir dengan jernih,  bertindak dengan baik dan melakukan komunikasi yang baik kepada para pasien.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun