Memang ketika ada gejala penyakit yang muncul, sang petugas kesehatan harus segera memutuskan tindakan medis apa yang tepat dalam proses penyembuhannya. Dibutuhkan kecepatan waktu, kejelian, bahkan semua tenaga dan pikiran untuk bisa memutuskan bahwa tindakan ini merupakan tindakan medis yang tepat.Â
Jika muncul masalah lainnya akibat tindakan medis yang pertama, juga dibutuhkan pengambilan keputusan tindakan medis yang tepat dalam mengatasi masalah tersebut. Jadi, pekerjaan sebagai tenaga medis bukanlah pekerjaan yang ringan atau mudah. Ketika sembuh akan dipuji tapi ketika semakin parah akan mendapatkan cercaan atau hinaan.
Kegamangan-kegamangan seperti dalam mengatasi masalah kesehatan sebenarnya tidaklah diperlukan. Asal sang petugas medis tersebut sudah melakukan tindakan yang paling baik dan benar dalam mengatasi masalah kesehatan tersebut. Tapi jika akhirnya tindakah tersebut semakin memarahkan penyakit yang sebelumnya, padahal tindakan medis yang dilakukan sudah yang paling baik dan benar, perlu penjelasan yang tepat dan baik kepada keluarga sang pasien yang sedang berobat. Jangan menjadi lempar batu sembunyi tangan. Harus ada komunikasi yang baik kepada keluarga.Â
Seperti kasus Usus buntu akut tersebut, masakan tindakan medis yang dilakukan harus mencapai pembedahan hingga kurang lebih setengah meter diperut sang anak tersebut. Itu sudah sangat tidak benar. Dan kalaupun itu sudah terjadi, seharusnya pihak sang dokter tersebut menjelaskan semua kronologinya dengan benar kepada sang keluarga mengapa diperlukan tindakan seperti itu. Supaya pihak keluarga bisa mengerti dan memahami. Bukannya menjadi diam membisu dan menyerahkan kepada pihak manajemen Rumah sakit untuk menjelaskan semuanya. Itu bisa memperburuk citra dari Rumah Sakit tersebut.
Diakhir tulisan ini, marilah kita menjaga kesehatan kita masing-masing. Mencegah lebih baik daripada mengobati. Dan mendoakan supaya para medis bisa berpikir dengan jernih, Â bertindak dengan baik dan melakukan komunikasi yang baik kepada para pasien.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H