Mohon tunggu...
Rintis Salsabilla Icha Sahara
Rintis Salsabilla Icha Sahara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Mahasiswi Psikologi di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, saat ini berada di semester 7 dengan minat mendalam pada Psikologi Sosial dan Psikologi Industri. Saya memiliki ketertarikan khusus pada pendidikan dan kajian gender, serta senang menganalisis kasus atau permasalahan secara kritis. Dalam mengemukakan pendapat, saya cukup kritis dan mempertimbangkan berbagai perspektif sebelum menyimpulkan. Selain itu, saya dikenal sebagai pribadi yang analitis, berpikiran terbuka, dan teliti dalam mengevaluasi informasi. Sikap reflektif dan antusias dalam belajar membantu saya untuk terus menggali pengetahuan dan memperdalam pemahaman saya dalam bidang yang saya tekuni.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengubah Limbah Menjadi Peluang: Kardus Bekas Sebagai Pengembangan Motorik Anak

16 Januari 2025   20:47 Diperbarui: 16 Januari 2025   20:47 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

Dalam kehidupan sehari-hari, limbah seperti kardus bekas sering dianggap sebagai sesuatu yang tidak berguna.

Padahal, jika diolah dengan cara yang kreatif, kardus bekas dapat menjadi solusi inovatif untuk berbagai permasalahan, termasuk di dunia pendidikan anak usia dini. Salah satu buktinya adalah program pengabdian masyarakat yang kami lakukan di RA Thariqul Ulum, Dusun Treceh, Desa Sajen, Mojokerto. Melalui kegiatan ini, kami berusaha untuk memanfaatkan barang bekas seperti kardus yang sudah tidak terpakai untuk mendukung pengembangan keterampilan motorik halus anak.

Mengapa Motorik Halus Penting? 

Motorik halus adalah kemampuan anak untuk menggunakan otot-otot kecil, terutama di tangan dan jari, dalam berbagai aktivitas seperti menulis, menggambar, atau melipat.

Menurut Diamond (2013), keterampilan motorik halus berubungan erat dengan fungsi eksekutif anak, seperti kemampuan merencanakan, mengontrol diri, dan memecahkan masalah. Anak yang memiliki motorik halus yang baik cenderung lebih siap secara akademis dan sosial.

Namun, realitasnya pada RA Thoriqul Ulum menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan lebih baik jika lebih bervariasi, karena anak-anak menyukai setiap pertemuan dan permainan dengan orang baru.  

Aktivitas monoton membuat anak-anak mudah bosaan dan kurang tertarik. Hal ini mendorong kami untuk untuk mencari solusi kreatif, salah satunya dengan memanfaatkan kardus bekas sebagai Alat Permainan Edukatif (APE).

Dari Limbah Menjadi Alat Edukatif

Mengapa kardus bekas? Selain murah dan mudah didapatkan, kardus bekas memiliki potensi besar sebagai media pembelajaran.

Dengan sedikit kreativitas, bahan ini bisa diubah menjadi macam-macam APE yang mendukung perkembangan motorik halus anak. Contohnya, kardus bekas dapat diolah menjadi permainan mencocokkan warna atau amgka, serta alat peraga yang berbentuk es krim yang melatih kefokuasan anak dan kemampuan anak menyelesaikan sebuah permasalahan berupa penjumlahan.

Melalui pelatihan yang kami berikan kepada guru di RA Thariqul Ulum, mereka diajarkan cara membuat APE dari kardus berkas. Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan keterampilan guru, tetapi juga memberikan penglaman baru yang menyenangkan bagi anak-anak. Anak-anak diajak untuk aktif melibatkan diri dalam proses belajar sambil bermain, sehingga suasana kelas menjadi interaktif dan menarik.

Manfaat untuk Anak dan Lingkungan 

Program ini memberikan dua manfaat utama. Pertama, bagi anak-anak, kegiatan ini membantu meningkatkan keterampilan motorik halus, melatih konsentrasi, dan meningkatkan rasa percaya diri. Saat anak berhasil menyelesaikan sebuah tugas, seperti mencocokkan warna atau mencocokkan es krim sesuai angka penjumlahan.

Kedua, program ini turut mendukung kampanye pengelolaan limbah. Dengan memanfaatkan kardus bekas sebagai bahan utama, program ini mengajarkan anak-anak pentingnya menjaga lingkungan sejak dini. Mereka belajar bahwa sesuatu yang tampak kurang berguna sebenarnya bisa memiliki nilai baru jika diolah dengan baik.

Kolaborasi Guru dan Orang Tua 

Dalam pelaksanaannya, keterlibatan guru dan orang tua sangat penting. Guru dilatih untuk merancang kegiatan yang kreatif, sementara orang tua diajak untuk mendukung kegiatan mendukung dan berkelanjutan, baik di sekolah maupun di rumah.

Guru-guru di RA Thariqul Ulum menyambut tim pelaksana engan sangat baik. “Ini sangat membantu mbak, anak-anak sangat antusias, mereka seneng, main sama kita kayaknya sudah bosen mbak hehehe” Ucap Bu Ria selaku Kepala RA.

Rekomendasi untuk Masa Depan

Program ini menunjukkan bahwa solusi sederhana seperti memanfaatkan kardus bekas dapat membawa perubahan besar. Oleh karena itu, kami merekomendasikan:

  • Guru-guru terus mengembangkan kreativitas mereka dalam menciptakan APE berbasis daur ulang.
  • Sekolah-sekolah lain mengadopsi konsep ini sebagai bagian dari metode pembelajaran mereka.
  • Pemerintah atau pihak terkait mendukung kegiatan semacam ini melalui pelatihan atau penyediaan bahan daur ulang.

Penutup

Limbah bukanlah akhir, tetapi menjadi awal dari sebuah peluang baru. Kardus bekas yang sering dianggap remeh ternyata mampu menjadi media edukatif yang bermanfaat bagi anak-anak. Melalui kegiatan ini, kami tim pelaksana berharap dapat memberikan kontribusi positif, tidak hanya bagi perkembangan anak-anak tetapi juga untuk lingkungan sekitar.  

 

Anggota Pelaksanaan:

  • Efrem Yosepha De Debran, selaku ketua dari prodi Teknik Mesin.
  • Fahmi Januar Fahrezy, selaku anggota dari prodi Ilmu Komunikasi.
  • Rintis Salsabilla Icha Sahara, selaku anggota dan penulis dari prodi Psikologi.
  • Nur Yunita Sari, selaku anggota dari prodi Administrasi Negara.
  • Lutfiya Hendra S. P., selaku anggota dari prodi Hukum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun