[caption caption="sumber: news.fimadani.com"][/caption]
Minggu, 13 September 2015
Pagi itu kami berkumpul di Masjid Islamic Centre Rajabasa. Disana ada kajian pagi.. sengan ustad yang baru ku kenal namanya. Kebetulan waktu iru beberapa hari lalu, Kak Shinta mengajakku ikut kajian ustad Fadzlan. Tadinya aku gatau, siapa beliau.. “Itu loh dek, ustad yang dari Papua...”. Ustad dari Papua? Waktu itu aku belum tau seperti apa beliau. Namun entah kenapa, kebetulan, beberapa hari kemudian aku menonton siatan Trans TV , acara ‘Beriman’. Nah saat itu sedang membahas.. “Dakwah Ustad Sabun”. Nah disana tersebutlah nama Fadzlan dari Papua yang berhasil dakwah dan mengislamkan ratusan ribu masyarakat Papua. Dengan caranya sendiri. Nah di acara itu lebih menunjukkan cara dakwah beliau dengan Thaharah-membersihkan.
Tepatnya Pukul 9, akhirnya aku dan Kak Shinta memutuskan jajan di depan ruangan. banyak jajanan disana, yaah karena memang acaranya belum mulai-mulai. Ternyata dokter satu ini memang belum sarapan.. padahal pasti sering kasih nasehat sama pasiennya.. “Pak jangan lupa sarapan ya..” dokternya sendiri yang gak sarapan =__=
Jajanannya dari akhwat semua, pedagang yang berpakaian Syar’i. Ah ini mah dijamin, makanannya sehat dan thoyyib : ) Setelah makan, sambil mendengar cerita Kak Shinta yang menginspirasi *eh aku tu ga nyangka ternyata kak Shinta banyak cerita keren yang menggugah, padahal kalo pas Liqo, kalo kak Shinta udah kumpul sama ka Nora, ka Hani, ka Aqsha, kak Elis.. jadiii, Kak Shinta paling rame dan sering bikin ngakak :D*
Setelah kami makan.. waah ternyata sudah rameee banget di dalam ruangan. Lalu kami lihat tas kami yang sudah di pinggirkan para peserta yang datang. hiks.. sediih :”) akhirnya kami mengambil tas, dan duduk ditempat lain. Pukul setengah 10 acara dimulai, seperti biasa ada sambutan dari penyelenggara.
Kemudian ustad Fadzlan Garamatan mulai menyampaikan ceramahnya. Sebelumnya aku sudah menonton video ceramahnya dari youtube, kurang lebih sama. Namun karena ini mendengarnya secara langsung, pesannya mengena deh.. Ustad Fadzlan menceritakan bagaimana onak duri yang ia rasakan, tantangannya mengerjakan pekerjaan bergengsi ini. ustad Fadzlan adalah lulusan Universitas negeri di Makasar, beliau juga pernah menjadi pegawai negeri sipil, namun hanya 1,5 tahun. “Saya keluar karena pernah dipaksa melakukan hal yang tak sesuai di hati saya. Saya keluar dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) lalu memutuskan jadi PNS, Pegawai Nabi Shallallah Alaihi Wassalam. Kantor saya Masjid, pekerjaan saya berdakwah..” ucap Ustad dengan pakaian serba putih dengan wajah khas ala penduduk bumi Cendrawasih.
Ustad Fadzlan juga menceritakan, bagaimana ia dulu saat berkuliah sering di rendahkan karena wajahnya dan badan besarnya ala masyarakat papua. Ia disuruh keluar dari kelas, karena akan ada pelajaran agama islam. Ia diusir secara tegas oleh dosen agar segera keluar. Ustad Fadzlan tidak keluar, melainkan maju kedepan kelas, dan bertanya tiga hal pada sang dosen.. “Pak Dosen, sebelum saya keluar dari ruangan ini, ada 3 pertanyaan dari saya... pertama, apakah agama islam hanya untuk orang arab dan orang bugis makasar saja? ataukah untuk seluruh alam Rahmatan Lil Alamin? Kedua siapakah sahabat nabi yang rambutnya keriting, badannya hitam keling dan suaranya merdu? ketiga, tolong bagikan Mushab Al-Quran, dan saya minta teman-teman baca.. pertanyaan satu dan dua tak dijawab oleh dosen. Si dosen langsung membagikan Al-Quran ke 46 mahasiswa, Fadzlan tidak dibagikan Al-Quran tersebut, lalu saya rampas Al-Quran ke 47 itu dari si dosen... ternyata dari 47 mahasiswa yang ada di dalam kelas, hanya 7 orang yang dapat membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Termasuk salah satunya mahasiswa yang diusir, dan punya rambut seperti beringin ini...” diikuti tawa audiens.
[caption caption="dok.pribadi. suasana bagian perempuan.. semua khusyuk memperhatikan :)"]
Ustadz Fadzlan juga bercerita, tentang kisahnya yang baru datang ke sebuah kota. Ia mengucapkan salam, namun tak ada yang menjawab. Ia sholat subuh, sholat maghrib dan sholat lainnya di dalam masjid selalu dipantau ketat oleh warga. Karena mereka takut jika ternyata ustad Fadzlan adalah misionaris yang sedang menyamar. Penampak wajah beliau yang khas, membuat beliau menjadi mencurigakan. Padahal ustad tersebut adalah muslim yang ingin berdakwah.
Ustad Fadzlan bercerita ketika ia berdakwah, berdakwah yang sangat tekun. Ia pernah di penjara, di tombak racun kakinya. Namun ia tetap ingin berdakwah. Karena beliau menyadari bahwa Nabi Muhammad SAW, mendapatkan cobaan lebih besar daripada dirinya. Ustad Fadzlan pernah mengislamkan seorang kepala suku dan keluarganya. Kemudian ustadz Fadzlan dipenjara 3 bulan. Namun ustad Fadzlan tetap bersyukur. “Alhamdulillah saya hadapi dengan bersyukur riang gembira dan bersemangat...” tuturnya lantang. Lalu ustadz Fadzlan juga bercerita saat si penangkap dirinya membuka kunci penjara, lalu mencemoohnya,
“Bapak ini tak bosan! Tidak ada orang yang betah disini! Kenapa bapak betah sekali disini! Ditempat yang tak enak ini!”
“Abaang, saya ini bukan penjahat, bukan pencuri, bukan pemberontak. Saya tak apa tinggal disini. Tapi ingat, Bang! Esok lusa Allah akan menangkap Abang dan menyiksa abang habis-habisan..”
“Jangan kamu takuti saya..” ucap si Sipir Penjara.
Wah ketakutan pula ia. “Lalu ia mengajak saya kerumahnya.. dan diajaklah saya berdiskusi.. dan saya mendakwahi tentang islam, rahmat dari Allah SWT. selama 8 jam lebih kami berdiskusi tentang agama, lalu sipir penjara itu dan keluarganya meyakinkan diri, dan memeluk agama islam... sejak saat itu saya tak dipenjara lagi..” ucap Ustd. Fadzlan diikuti tawa audiens.
"itulah dakwah, resikonya adalah pengusiran, penjara, pembunuhan. namun dakwah adalah pekerjaan bergengsi bagi kita".
DAKWAH KE WAMENA
Saat itu ustad Fadzlan dan dai lainnya ingin berdakwah ke wamena. Perjalanan ke Wamena memakan waktu 3 bulan dengan berjalan kaki. 19 ustad berjalan kaki selama satu bulan. “Bersyukur kami jalan kaki di wilayah yang banyak kandungan air, apalagi makanan. Perjalanan Rosul lebih sulit karena di gurun pasir. Lalu setelah satu bulan perjalanan, para dai mulai kehabisan tenaga. Ada yang bilang ‘sebaiknya kita pulang saja, karena jika sudah begini, kita bisa mati dijalan karena kehabisan tenaga, dan kemungkinan bisa dibunuh..” tutur ustad dengan jenggot khasnya. Kemudian beliau melanjutkan, sekumpulan pendakwah itu akhirnya pulang ketempat asal. Lama perjalanan satu bulan lagi, jadi total dua bulan hanya perjalanan, tidak ada berdakwah. Akhirnya para pendakwah itu mencari solusi, dengan menyewa pesawat misionaris. Dengan cara mengganti nama.. Ibrahim diganti dengan nama Abraham. Ismail dengan nama Marcus, Fadzlan di ganti dengan Leo dan seterusnya. Akhirnya mereka bisa sewa pesawat misionaris. Persiapan membawa berkarung sabun, pakaian. “Sesampainya kami disana, betapa kagetnya melihat saudara-saudara kita di Wamena.
Mereka semua bertelanjang bulat. Baunya semerbak... jadi kami memutuskan untuk satu minggu pertama tidak berdakwah. Kami melakukan sosialisasi dan pendekatan terlebih dahulu dengan masyarakat..” ungkap Ustad Fadzlan bersemangat. “Setelah kami cukup dekat pada masyarakat, akhrnya kami bertanya pada mereka.. ‘Kenapa kalian seperti ini? kenapa kalian tak berpakaian? Dan mereka menjawab, bahwa mereka tidak diperbolehkan pakai pakaian, atas nama kebudayaan. Lalu mereka dilarang mandi dengan air, melainkan harus dengan minyak babi, dengan alasan menghindari gigitan nyamuk dan membuat tubuh hangat. Mereka bilang hal itu disuruh misionaris.. Hal ini sudah membunuh karakter manusia,”ujar ustad Fadzlan. Yang membuat aku dan semua audiens tambah miris adalah, masyarakat Wamena saat itu tidak menyusui anaknya seutuhnya. Karena payudara yang kiri untuk menyusui anaknya, sedangkan payudara yang kanan untuk menyusui anak babi. Lalu ketika salah satu ibu melahirkan, memutuskan ari-arinya dengan ujung batu yang tajam. Ga kebayang banyaknya resiko penyakit yang akan dihadapi :”(
[caption caption="dok.pribadi. Masyarakat yang meyakinkan diri dan bersyahadat :)"]
Singkat cerita ustad yang sudah banyak mengislamkan orang Papua ini, mengajarkan Thaharah, bersuci di Wamena. Mulai dari mencuci dengan air, lalu mencuci dengan sabun, memakai shampo. Respon masyarakat Wamena sangat menyenangkan, mereka senang memakai sabun. Malah ada kepala suku disana yang tak mau membilas sabun dan shampo dengan air.. “Ini wangi! Ini wangi!” sehingga mereka tak mau membilas dengan air.
Ustad Fadzlan menunjukkan video saat ia melakukan praktik taharah diikuti masyarakat Papua yang bertelanjang itu. mereka melakukan serentak dan bersemangat. Kemudian saat sudah siang, ada 20 pendakwah di Wamena itu, melakukan sholat dzuhur berjamaah di atas panggung sholat. Para masyarakat melihat mereka, memperhatikan gerakan mereka satu persatu, mereka memutari panggung itu.. lalu salah satu kepala suku bertanya mengenai makna tiap gerakannya. Lalu ustad Fadzlan mulai menjawab berbagai pertanyaan masyarakat. diikuti dengan syiar dakwahnya.
Respon dari kepala suku setelah diberikan penjelasan tentang sholat dan islam.. “Kami gembira!kami semua bahagia, anak-anak itu ajarkan kita agama yang benar....” tutr Ustadz Fadlan dengan menirukan suara kepala suku itu. Lalu masyarakat mengucapkan dua kalimah syahadat satu persatu dituntun oleh ustad Fadzlan dan rekan disana.. kemudian mengajarkan kembali Thaharah, mengajarkan sholat, mengaji, dan mengenakan baju yang baik dan bersih.. hal itu terlihat dari video yang ditayangkan.
Hal diatas adalah sedikit cuplikan yang bisa aku ceritakan ulang. Jika ingin lebih jelas, ada di Youtube. Dakwah ustad Fadzlan Garamatan sangat mengungah, penuh kisah inspiratif. Beliau berjuang dan tak hentinya istiqamah memiliki pekerjaan bergengsi ini: dakwah. Ah berkaca.. sudah melakukan apa untuk agama tercinta ini? semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan menjaga para ulama. Senantiasa melindungi kita untuk makin banyak belajar, hingga bisa menyampaikan ayat-Nya. Karena Islam, Rahmatan Lil Alamin : )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H