[caption caption="dok.pribadi. To Cancer With Love"][/caption]
Bandung, 2 Agustus 2015
Acara Milad #Sedekahrombongan usai. Setelah membereskan berbagai perlengkapan yang sudah dipakai, kami bersiap kembali. Karena jam 7 malam nanti, bus menuju Lampung akan mengantar aku dan Sasa pulang. Acara selesai sebelum adzan Dzuhur. Seiring Lembang yang mulai menghangat karena teriknya hari. Tadinya kami akan ke rumah singgah sedekah rombongan dulu. Namun, Abah Lutung mengajak kami singgah di rumah cinta. Toh Rumah Singgah SR dan Rumah Cinta juga berdekatan. Sama-sama dekat Rumah Sakit Hasan Sadikin.
Perjalanan hari itu memang tak biasa. Hari minggu yang padat. Yak khusus wilayah ini. Mungkin sebagian besar orang Jakarta dan sekitarnya berlibur kesini. Maka tak heran jika kawasan ini menjadi sangat padat dan macet luar biasa. Perjalanan dari Lembang menuju Bandung seharusnya tak selama ini. Kami terjebak di panjangnya kemacetan.. gerahnya badan karena memang belum mandi. Tadi pagi dingiiiin banget, sampai mulut berasap, jadi gak berani sentuh air, giliran sekarang gerahnya terasa huhu. Akhirnya 2 jam lebih kami berada di perjalanan. Dari berangkat sebelum Adzan, sampai rumah cinta sekitar setengah 3 sore. Alhamdulillah. Akhirnya sampai dirumah cintaaa.
Aku sudah mendengarkan sedikit banyak tentang rumah cinta dari Ambu. Namun bayanganku awalnya, Rumah Cinta adalah rumah singgah tersendiri, dimana pemiliknya tak tinggal bersama dengan pasien dan pendamping pasien. Ternyata diluar dugaan. Abah dan Ambu beserta satu orang anak lelakinya justru tinggal bersama. Bersama anak-anak kanker yang ceria, serta ayah dan ibu pendamping pasien. Satu rumah yang cukup luas ini hidup penuh kekeluargaan. Akrab dan hangat.
[caption caption="dok.pribadi. sedikit foto dokumentasi para pasien"]
Rumah Cinta sudah didirikan sejak 3 tahun yang lalu. Ide didirikan rumah cinta ini karena “Se-Perasaan” istilahnya. Ambu dan Abah Lutung dulu memiliki anak yang mengidap kanker juga, Retinoblastoma. Awalnya Ambu dan Abah tinggal di Jakarta. Namun harus kemoterapi di Rumah Sakit Hasan Sadikin. Ambu dan Abah merasakan betapa sulitnya ekonomi, berbagai hal harus dikorbankan untuk perawatan anaknya, sedangkan saat itu tak ada jaminan pemerintah, BPJS seperti sekarang. 2,5 tahun berjuang dengan biaya umum, apapun dijual demi pengobatan anaknya. 5 bulan terakhir baru keluar adanya BPJS, baru beberapa bulan memanfaatkan BPJS, anak Ambu meninggal dunia di usia kanak-kanak. Saat itu Abah Lutung dan Ambu juga baru tergabung menjadi kurir Sedekah Rombongan. “Kami tahu ada rumah singgah sedekah rombongan, tapi kalau melihat situasi.. Rumah Singgah Sedekah Rombongan kan untuk berbagai usia dan berbagai penyakit, lagian kalau anak-anak kanker tinggal disana, kasian takutnya merasa ‘ngeri’ atau gimana melihat berbagai penyakit orangtua kan, akhirnya Abah inisiatif buat Rumah Cinta. Rumah Cinta khusus anak-anak pengidap kanker, yang harus terapi bulak-balik ke Rumah Sakit yang ada di Bandung..” Tutur Ambu menjelaskan.
[caption caption="dok.pribadi. Hadiiiir. mendengar suara itu, mereka pasti berkumpul di ruang tengah :)"]
Akhirnya ditahun 2012, Rumah Cinta didirikan. Rumah Cinta masih mengontrak, biayanya 50 juta pertahun. Tapi Ambu dan Abah sama sekali tidak menetapkan biaya apapun untuk pasien dan pendamping. Tinggal di Rumah Cinta selama apapun boleh, mau makan selama 24 jam tersedia, gratis. Semua dilakukan Ambu dan Abah Lutung dengan ikhlas, berasaskan membantu sesama dan bersedekah. Karena Ambu dan Abah yakin bahwa ketika kita memberi pasti akan ada keberkahan dan jaminan bahagia dari Allah.
Siang jelang sore itu kami membawa nasi kotak dari sedekah rombongan. Ambu memanggil para anak. “Hadiiiiiiiiiir....” Ambu Memanggil para anak dengan nada khas. Seketika para anak berkumpul ceria, badannya seperti anak lainnya. Bugar. Lompat-lompat, lari tertawa riang. Mereka lupa ada sel kanker di tubuhnya. Mereka berbaris, mengambil makan siang di kotak warna putih itu. Ternyata kata ‘hadir’ sebagai tanda bahwa para anak harus berkumpul di tengah ruangan. Tak ketinggalan, Aku berfoto bersama para anak semangat itu. Waaah bahagianyaa!
[caption caption="dok.pribadi, Hampir Lupa, mereka memiliki kanker, semua ceria banget sih seperti anak sehat pada umumnya :)"]
Aku sempat main-main pada anak yang rentang usianya 2 sampai 5 tahun itu. Mereka riang banget mainnya. Aku mengumpulkan mereka. Ajak foto. Ah girang banget kalau di ajak foto, hehe. Mereka duduk setengah lingkaran. Aku tanya satu persatu tentang sakitnya... “Sakit apa kamu?”
“Sakit A-EL-EL Teh...” ucapnya.
“Oo ALL, terus sering Kemoterapi?”
“Iya Teh, Kemoterapi supaya kami sembuuh..”
“Kamu sering diinfus dimana?”
“Disini pernah.. disini pernah.. di kaki pernah..” ucapnya. Mereka serempak. Seperti sangat paham mengenai sistem pengobatannya. Well, mereka terlihat bahagia banget. Seperti anak pada umumnya. Main mobil-mobilan, lari-lari, lompat-lompat. Padahal ada sel Kanker di dalam tubuhnya. ALL (Acute Leukimia Lymphoblastic) atau Leukimia atau Kanker darah. Mereka dari berbagai daerah di Jawa, juga ada yang berada di luar Jawa. Salam semangat dari aku yaa untuk adik-adik lucu... mereka yang aku tanya-tanya itu namanya si Eneng, Elis, Azam, Abay dan Zaky : )
[caption caption="dok.pribadi. cerianyaaah :)"]
[caption caption="dok.pribadi. menggemaskan pisan ini teh,,, :)"]
Rumah Cinta memiliki daftar pasien yang sering bulak-balik untuk kemoterapi. Dalam daftarnya ada 195 pasien anak dengan kanker. Kanker yang diderita macam-macam, paling banyak adalah Leukimia dan Retinoblastoma. Saat aku datang, ada belasan anak disana dari usia balita sampai usia 14 tahun. Ayah dan ibunya juga ada. Tapi siang itu hanya terlihat para ibu saja, sebagian ada yang sedang menonton TV, menyetrika pakaian, menyuapi makan anaknya dan lain sebagainya. Sedangkan para Ayah biasanya di rumah sakit, mengantar makanan dan minuman bagi pasien rumah cinta yang sedang di Kemoterapi atau di rawat. “Iya, itu teh, supaya mereka gak jajan di luar rumah sakit. Kan mahal tuh. Jadi kita antar makanan. Daripada uangnya untuk jajan lebih baik untuk biaya ongkos atau lainnya..” Tutur Ambu.
[caption caption="dok.pribadi. Para ibu pasien menonton TV dan berdiskusi bersama :)"]
Ambu dan Abah Lutung sendiri tak serta merta mencari kader untuk mengurusi Rumah Cinta. Ambu dan Abah hanya memanfaatkan yang ada. Para ibu menyiapkan makanan, dan merapikan rumah, sedangkan para Ayah menjadi kader untuk di rumah sakit. Misalnya ada pasien yang bingung bagaimana menyusun berkas BPJS ke petugas administrasi, atau mengantar nasi bagi pasien singgah rumah cinta yang sedang masa kemoterapi dan perawatan. “Ada juga Neng, misalnya Universitas yah, mau adain bakti sosial. Jadi ibu-ibu di rumah Cinta ini yang menyediakan makanan, yang buat catering gitu.. nah itukan lumayan untungnya, untuk rumah cinta..” tukas Ambu menjelaskan.
[caption caption="dok.pribadi. dapur rumah cinta, masak bersama dan makan bersama, bersama para kader (pendamping para pasien)"]
[caption caption="dok.pribadi. persediaan makan, ada, banyak. tenangg."]
“Gimana Abah, kalau misalnya nih ada pasien dari Lampung.. baru pertama kali datang kesini dan mau jadi pasien rumah singgah?” tanyaku.
“Ya gak perlu repot-repot atuh. Cukup datang saja. Dan memang ingin anaknya sembuh untuk di kemoterapi. Jika ingin tinggal di rumah singgah harus mau beradaptasi sama lingkungan sama anak dan ibu, ayah yang disini dan mau kerjasama, kalau ada masalah diselesaikan kebersamaan. Dari Lampung juga banyak Rin, pasiennya. Ada sekitar... 23 pasien kalo gak salah. Biasanya kalau sudah jadwalnya kemoterapi mereka datang kesini. Kalau dari Lampung biasanya rujukan dari RS Cicendo.. terus kemoterapi di RSHS...” tukas Abah Lutung yang memiliki nama asli Supendi Wijaya ini. Yak, aku pun mengangguk, karena memang sebagian besar anak yang mengidap retinoblastoma atau masalah pada THT nya harus dirujuk ke RS Cicendo Bandung. Sedangkan untuk rujukan sakit berat atau kanker biasanya ke RSCM, jika RSCM penuh biasanya dialihkan ke RS Hasan Sadikin. Jarak dari Rumah Cinta menuju RS Hasan Sadikin hanya berjarak 500 meter. Dengan berjalan kaki pun sampai, tak perlu mengeluarkan ongkos. Alamat Rumah Cinta: Jalan Bijaksana Dalam No.3 Kel. Pasteur Sukajadi-Bandung. Atau hubungi Abah Lutung: 0817-624-987.
[caption caption="dok.pribadi. Foto Abah saat main paint ball, foto Ambu saat donasi laptop ke kurir SR Bandung hehe. Maaf aku crop kang Cucu :')"]
Disela itu juga, Abah Lutung dulu juga distributor Kangen Water. Kemudian karena melihat Rumah Cinta, akhirnya perusahaan itu memberikan rumah cinta hadiah, mesin Kangen Water yang harganya 50an juta rupiah itu, ada dua mesin Kangen Water yang diberikan. Maka Rumah Cinta juga memproduksi Air Kangen Water. Bagi yang ingin memintanya, dipersilahkan, jika ingin ambil se-derigen pun dipersilahkan oleh Abah dan Ambu untuk sedekah. Namun jika ada yang kelihatan mampu dan ingin membeli, pun dipersilakan oleh Ambu. Selain air konsumsi juga Kangen Water yang diproduksi untuk Beauty Water dengan label Rumah Cinta.
[caption caption="dok.pribadi"]
Untuk biaya sehari-hari selain Abah sebagai wiraswasta, Rumah Cinta juga sering mendapatkan bantuan donasi dari para donatur tetap, lembaga-lembaga, dari Sedekah Rombongan. Serta dari Universitas atau lembaga misalnya yang mengadakan kegiatan sosial di rumah cinta. “Pokoknya mah, adaaa aja rezekinya dari Allah untuk Rumah Cinta.. jadi gak khawatir, Neng. Stok makanan selalu ada. Bahan makanan ada. kerjasama ibu-ibu pendamping kompak..” ucap Ambu. Yak aku jadi teringat, ambu dan abah kan salah satu panitia sesi konsumsi di acara Milad SR ke 4. Ambu dan Abah mengajak para kader Rumah Cinta. Pun walaupun anaknya yang pernah singgah di Rumah Cinta telah meninggal, para ibu tetap mau membantu dan bekerjasama untuk memasak di dapur Sedekah Rombongan di Cikole Lembang kemarin.
[caption caption="dok.pribadi. Ambu dan tim nya. ibu-ibu itu adalah kader rumah cinta, dulu atau sekarang masih menjadi pendamping anak-anaknya berobat :)"]
Karena inisiatif dan konsistensi Rumah Cinta hingga tahun ketiga ini. Abah Lutung sering mendapatkan penghargaan dari berbagai lembaga, sering menjadi narasumber motivasi, atau sharing memperkenalkan rumah cinta. Ambu dan Abah juga pernah mengalami masa sulit. Namun hal itu dianggap hal wajar dalam proses perjuangan. Ambu dan Abah kini memang hanya memiliki satu anak kandung yang tampan dan sudah kuliah. Namun rumah Ambu dan Abah ini tetap ramai. Karena Cinta. Para Pasien yang ceria itu pun menganggap Ambu dan Abah sebagai Ayah-ibu mereka sendiri. Seperti saat Abah memanggil salah satu dari mereka yang sedang bermain.. “Azam anak siapa??” tanya Abah. “Anak Abah Utung..” jawab Azam sambil tertawa (Anak Abah Lutung, read). Kekeluargaan tak ada saling curiga, semua merasa kebersamaan. Malah sering aku melihat Ambu dan Abah Lutung tertawa bersama para orangtua pasien. Seiring Abah yang memang humoris orangnya. Ambu, Abah dan Rumah Cinta keren banget. Selalu di berkahi Allah. Terus menginspirasi. Ambu, Abah.. Tembus langiiiit!! : )
[caption caption="dok.pribadi. haha diserbu anak-anak kecee"]
[caption caption="dok.pribadi. kita sehaaaat"]
[caption caption="dok.pribadi. Simple thing to happiness :)"]
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan ALLAH, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (QS. Al-Baqarah: 262)
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun,”(QS.Al-Baqarah: 263)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H