Mohon tunggu...
Rinta Wulandari
Rinta Wulandari Mohon Tunggu... Perawat - A Nurse

wanita muslim, senang menulis, seorang perawat, Pejuang Nusantara Sehat Batch 2 Kemenkes RI. Punya banyak mimpi. twitter: @rintawulandari Karya yang pernah di terbitkan: - Tahun 2011 menulis buku bersama empat orang teman SMA berjudul “Buku Penting SMA” (Pustaka GoodIdea Indonesia), menulis cerita anak berjudul “Pelajaran Buat Kiki” (Lampung Post), cerita anak “Hantu Toilet” ( Lampung Post )- Tahun 2013 menulis antologi kumpulan cerpen berjudul “Dakwah dan Cinta” (Pustaka Jingga), antologi kumpulan cerita anak berjudul “Pelangi untuk Ananda” ( Pustaka Jingga), antologi kumpulan cerpen horor berjudul “The Haunted Night” (Meta Kata), antologi kumpulan cerpen horor komedi berjudul “Hantu Koplak in Action” (Publishing Meta Kata), cerpen yang berjudul “Jiwa Yang Luka” menjadi nominasi cerpen Favorite oleh event LMCR Rayakultura Rohto, cerpen berjudul “Cerita Lain pada Pantai Itu” diterbitkan dikoran Dinamika News, antologi kumpulan cerpen "Ruang(tak bernyawa)" oleh Az-Zahra Publisher. Tahun 2014; Cerita Anak Kode Rahasia Dika (Lampung Post), juara 3 even Phobia (Cerpen: Darah? No!)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengintip Persiapan Milad ke 4 Sedekah Rombongan (2)

4 Agustus 2015   21:25 Diperbarui: 4 Agustus 2015   21:25 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="dok.pribadi. Tim Panitia sedang bekerjasama"]

[/caption]

Makin sore. Di lokasi itu hanya ada 3 orang perempuan. Aku, Sasa dan Ambu. Sedangkan seluruh lelaki sedang bekerja mempersiapkan acara. Ambu juga sedang diskusi dengan Kang Eded untuk lokasi dapur umum acara. Aku dan Sasa memilih ikut Kang Cucu pulang ke penginapan. Kang Cucu mau jemput Teh Widhi sepulang mengajar. Setelah sampai ke penginapan, ternyata penginapan di kunci. Ada Kang Amat juga yang sedang menunggu. Karena kunci tak kunjung ada, dan kami tak tahu siapa yang pegang kunci penginapan saat itu.

 [caption caption="dok.pribadi. panggung akan jadi seindah mungkin daah"]

[/caption]

Akhirnya kami memutuskan untuk ikut Kang Cucu menjemput Teh Widhi. Ah ternyataaaa makin sore maceeeeet panjang melingkupi kami. Huaaaah. Perjalanan jadi terasa lamaaa. Teh Widhi juga ternyata menunggu di sebuah halte. Hujan deras. Aku tak bisa bayangkan, gimana kalau di acara puncak malah turun hujan? Waduuuh. Semoga itu tak terjadi. Singkat cerita, setelah memutar dan mengalami macet yang dahsyat, Teh Widhi ditemukan. Teh Widhi bersama Kak Dimas, kurir Lampung yang kerja di Bogor. Setelahnya, kami ke rumah Teh Widhi, ambil catering makanan yang sudah dibuat mama-papa Teh Widhi. Lalu kembali ke penginapan di Cikole. Kami makan dengan lahap, karena akhirnya malam itu baru ketemu nasi. Dan udara makin menusuuuk. Malam ini kami istirahat di dalam penginapan, bersama para kurir super #SedekahRombongan. Salaaam! : )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun