Mohon tunggu...
Rinta Wulandari
Rinta Wulandari Mohon Tunggu... Perawat - A Nurse

wanita muslim, senang menulis, seorang perawat, Pejuang Nusantara Sehat Batch 2 Kemenkes RI. Punya banyak mimpi. twitter: @rintawulandari Karya yang pernah di terbitkan: - Tahun 2011 menulis buku bersama empat orang teman SMA berjudul “Buku Penting SMA” (Pustaka GoodIdea Indonesia), menulis cerita anak berjudul “Pelajaran Buat Kiki” (Lampung Post), cerita anak “Hantu Toilet” ( Lampung Post )- Tahun 2013 menulis antologi kumpulan cerpen berjudul “Dakwah dan Cinta” (Pustaka Jingga), antologi kumpulan cerita anak berjudul “Pelangi untuk Ananda” ( Pustaka Jingga), antologi kumpulan cerpen horor berjudul “The Haunted Night” (Meta Kata), antologi kumpulan cerpen horor komedi berjudul “Hantu Koplak in Action” (Publishing Meta Kata), cerpen yang berjudul “Jiwa Yang Luka” menjadi nominasi cerpen Favorite oleh event LMCR Rayakultura Rohto, cerpen berjudul “Cerita Lain pada Pantai Itu” diterbitkan dikoran Dinamika News, antologi kumpulan cerpen "Ruang(tak bernyawa)" oleh Az-Zahra Publisher. Tahun 2014; Cerita Anak Kode Rahasia Dika (Lampung Post), juara 3 even Phobia (Cerpen: Darah? No!)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Catatan Calon Perawat: Flashback Dinas JIWA

26 November 2013   20:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:39 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_294682" align="aligncenter" width="500" caption="sumber foto: Pribadi. mata sengaja di edit (dihitamkan) jaga privacy pasien"][/caption]

Malam ini niat awalnya mau nulis kisah untuk peringatan hari ibu di fiksiana comunnity. Tapi gak tau kenapa tiba-tiba aku meng-klik sebuah folder foto. Ya foto itu... beberapa jepret yang mengungkap kisah. Mengungkap betapa mereka luar biasa. Mereka memang sakit, jiwa mereka mungkin tak searah dengan apa yang mereka fikirkan, mereka merasa bukan dirinya, mereka merasa beda. Tapi itulah mereka, mereka beda yang luar biasa. Foto masa itu.. saat aku dan kawan-kawan seperjuangan dinas di Rumah Sakit Jiwa. Foto yang mengungkap kenangan keunikan mereka. maka terbesitlah kisah saat itu, ungkapan mereka dan segala tingkah unik mereka.

Beberapa kisah mereka sudah pernah aku posting pada tahun 2012 lalu di akun ini. Tapi izinkan sekali lagi aku mengenang mereka yang indah itu. menilik beberapa kisah mereka yang mungkin tak aku posting atau sengaja tak diposting. Hehe. FYI, salah satu kisah mereka menginspirasi ku membuat cerpen tentang para pesakit jiwa ini dalam event Nasional LMCR Rohto 2013 walupun tak juara, alhamdulillah karyaku masuk menjadi kategori cerpen Favorite urutan ke 114. Katanya sih ada ribuan naskah yang masuk. Alhamdulillah.

Well aku ingat, pertama kali saya dan kawan-kawan datang ke ruangan. Ruangan wanita RSJ ini, ruangan ini adalah satu-satunya ruangan wanita para pesakit jiwa. Kami datang, di sambut para perawat yang berjaga disana, pagi hari. Mereka seperti sedang mengantri mandi, sedang menyebar diruangan polos mundar-mandir dengan berbagai tingkah. Ada kaca transparant dari ruang perawat, hal itu untuk memudahkan perawat dan dokter memantau tingkah mereka dan perkembangan mereka, ditiap sudut ruangan juga ada cctv yang akan memantau aktivitas mereka.

[caption id="attachment_294683" align="aligncenter" width="500" caption="sumber foto: Pribadi. makan siang"]

13854726131577422507
13854726131577422507
[/caption]

Mereka memandang kami dengan tatapan beragam. Ada yang menatap kosong, menatap kami nanar, menatap kami sambil tersenyum-senyu, menatap dengan penuh curiga dan lain sebagainya. Kami yang saat itu baru pertama kali menatap sekumpulan mereka yang berjiwa luar biasa itu merasa ngeri sendiri. Jujur itu menyeramkan, sekaligus membuat kucur diri sendiri, karena terbayang..

“Edan! Kalo gue dikejer sama mereka gimana?”

“Kalo tiba-tiba mereka nimpukin pake kursi gimana?”

“Kalo mereka datang ramai-ramai, jambakin kami, narik-narik jilbab kami gimana?”

“Kalo mereka datang meludahi kami gimana?”

“Kalo merekaaaaaaa.............” Banyak pikiran-pikiran itu. pikiran yang wajar ketika kita hanya melihat mereka selintas, dengan ekspresi wajah beraneka ragam, tapi... kami tak menyerah. Hei! Kami memang datang untuk belajar disini! Kami sudah sedikit banyak paham tentang mereka, kami sudah mempelajari cara taklukan mereka dengan cara kami tersendiri. Bukankah kami sudah mendapat pembelajaran keperawatan jiwa? Ah bersyukur dosen kami adalah seorang spesialis keperawatan jiwa. Sehingga ia sangat paham bagaimana cara melakukan berbagai hal untuk meredam dan menghindari berbagai hal yang mungkin terjadi. Oke, hari itu aku dan kawan-kawan berikrar. KAMI SIAP!

[caption id="attachment_294684" align="aligncenter" width="500" caption="sumber foto: Pribadi. main bareng"]

13854726751405376320
13854726751405376320
[/caption]

Hari demi hari.. kami disana mendengarkan kisah mereka, meskipun beberapa agak sulit diajak bicara karena gangguan isolasi sosialnya atau mereka merasa harga dirinya rendah. Beberapa justru sangat asik bicara sambil kami senriri bingung kemana alur pembicaraan mereka. tiap hari kami masuk keruangan itu. kami harus memaklumi tingkah mereka yang luar biasa unik.

Kami harus siap memberikan mereka SP. Sesuai diagnosa yang terjadi pada mereka, saat mereka halusinasi, kami harus mendengar kisah mereka sampai usai tanpa harus memotong atau menjudge mereka sepihak, walaupun kita tau apa yang mereka bicarakan tak masuk akal, tapi kami dituntut untuk memberikan mereka latihan SP mengenai halusinasi. Suatu ketika aku dapat pasien sebut saja Sisi. Ia diagnosa waham, tapi juga halusinasi. Diagnoasa halusinasi lah yang kuambil, karena waham kebesaran ini cukup sulit dilakukan SP apalagi sama kami yang baru D3.

“Saya mendengar ada orang ngaji setiap jam 3 pagi Sus. Terus saya dimandikan sama banyak Nabi, saya dibilang permaysuri negeri antah barantah.”

“Keganggu gak sama suara itu bu?”

“Gak sus, saya gak keganggu. Karena itu buat saya tenang, saya seneng dengernya. Saya dipuji-puji terus..”

Jadi inget, ibu ini pertama kali masuk dalam keadaan ngamuk, setelah diperiksa diberbagai sumpalan bajunya terdapat gunting, dan benda-benda seperti jimat terselip dimana-mana. Meronta tak karuan.

Oke saat itulah kami memberikan penjelasan tentang apa yang mereka alami sebenarnya, bayangan-bayangan dan suara palsu itu adalah bohong. Dan mereka harus menjalankan latihan atau SP mengusir bisikan palsu.

“Ibu sekarang ikuti saya ya.. kedua tangan ibu ditutup dikuping, terus ibu bilang.. ‘Pergi-Pergi suara palsu!jangan ganggu!’ begitu ya bu berulang-ulang, saat ibu mendengar suara palsu ibu lagi.. ayo bu coba ulangi..”

Mereka harus seling di evaluasi, latihan harus diulangi agar mereka bisa melakukannya rutin dan takhanya sebatas mencoba sekali itu saja. Kemudian mereka juga harus dikontrol berlatih melakukan berbagai SP tersebut.Memantau aktifitas mereka. dan mengantisipasi jika terjadi hal yang tak diinginkan, misalnya berkelahi dengan sesama pasien.

Tidak semua dari mereka yang memiliki sakit jiwa akut. Tidak. Sebagian mereka justru sudah tenang dan bisa diajak komunikasi dengan baik. Terkadang malah kita bisa terbawa dengan kisa seru mereka, kisah perjalanan hidup mereka yang terkadang mereka sendiri tak mampu untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Bahkan lebih seru lagi, tatkala mereka menceritakan halusinasi mereka, kejadian yang diluar nalar, bak kisah fantasi. Semakin kita terlihat antusias, semakin senang lah mereka, tapi tentu diakhir kisah kita harus menceritakan makna yang telah mereka ceritakan itu, supaya mereka tak terlarut dengan halusinasi mereka.

Hm.. memang agak sulit berkomunikasi dengan para pasien yang memiliki diagnosa Harga Diri Rendah atau isolasi sosial. Mereka biasanya menyendiri, jauh dari lingkungan teman yang lain berkumpul. Mereka lebih memilih menempati tempat yang dingin nan jauh dipojok sana, daripada tidur dikamar bersama teman yang lain. Ada seorang berwajah manis oriental, kami melihatnya.. ia duduk sendiri di sudut ruangan. Sebutlah namanya.. hm.. memei deh. Nah si Memei ini kami deketin. Ekspresinya tertunduk melihat keramik, ia terduduk diatas meja yang menjadi tempat tidurnya juga.

[caption id="attachment_294685" align="aligncenter" width="500" caption="sumber foto: Pribadi. contoh isolasi sosial menarik diri"]

13854727311248649543
13854727311248649543
[/caption]

“Mei.. kok kamu tidur disini?”

“Gakpapa Sus..”

“Disini kan dingin.. kenapa gak gabung sama yang lain?”

“Gakpapa Sus..”

Agak sulit memang. Memang suliiit, dan harus sabar bicara dengan dia.

“Yuk kesana yuk.. atau kita pindah ya ke kamar..”

“Enggak mau sus..”

“Kenapa kamu tidur disini?kamu kan punya kamar?”

“Nggak sus, kemarin saya selesai mandi, ada orang yang nempatin tempat tidur saya, daripada saya berantem, mendingan saya cari tempat disini Sus..”

Alhamdulillah agak sedikit mau ngomong panjang lebar jugaa. “Yauda yuk kita kenalan..”

Akhirnya kami mengajak ia berkenalan dengan yang lain. Itu adalah salah satu trik latihan agar si isolasi sosial mau mulai berbaur, mengenal dan bersosialisasi dengan yang lain. Kami mengajak meimei kenalan, menyebutkan nama dan mengucapkan usianya. Perlahan. Hari ini ia baru mengenal 2 orang dahulu, walaupun sebenarnya ia sudah mengenal pula dengan yang lain.

[caption id="attachment_294686" align="aligncenter" width="500" caption="sumber foto: Pribadi. "]

1385472781889851943
1385472781889851943
[/caption]

PASIEN MENGAMUK

Kisah pasien mengamuk di Rumah Sakit ini bukan hal tabu. Terkadang memang mereka mengamuk dan kita tak tahu kapan waktu pasti mereka akan beraksi. Saat itu pagi hari, tepatnya sedang visit dokter. Kami sudah masuk kedalam ruangan, karena sebelumnya memang ruangan selalu di bersihkan dan di pel oleh cleaning service, seluruh penghuni keluar dulu, kemudian satu persatu masuk ruangan karena akan visist dokter. Posisi nya para pasien sudah hampir semua diperiksa dokter diruangan, kami diruang tengah pasien diruang tengah, seperti biasa kami mengobrol dengan pasien masing-masing untuk mengetahui perkembangan mereka dan menerapkan SP yang harus mereka lakukan.

Ada satu orang pasien, ini pasiennya Vivi. Beliau ini memang gak bisa bicara bahasa Indonesia bisanya bahasa Lampung. Tapi sesekali ia bisa berbahasa Indonesia juga sih kalo lagi kesel. Nah sebut aja namanya Lele. Dia punya kebiasaan mengumpulkan air dikamar mandi, mengumpulkan air dari botol-botol plastik bekas yang memang ada di sudut ruangan, terkadang kalo botol-botol plastik sudah dibuang oleh cleaning service Lele mengumpulkan air mentah itu di ceret air minum. Iukan bahayaaa kalo diminum temannya yang lain -_-

Jadi ada yang mengusik kesibuka Lele, air-air lele dibuangin sama temen-temennya di kamar mandi. Lele yang saat itu akan mengisi air mentah ke dalam ceret mengetahuinya, dan.. Lele melemparkan ceret berbahan seng itu kearah teman-tmennya. Dilempar, mengenai wajah temannya.. temannya yang kena ceret itu membalas, jambak-jambakan, seludah-ludahan.. Hyak!seru! tapi ini menyakitkan, dengan sigap kami memisahkan mereka dengan resiko kami diludahi, sebagian melapor dengan kakak perawat ruangan. Dengan gesit para kakak datang dengan talinya.. akhirnya mereka di fiksir. Kedua kaki dan tangan diikat sementara waktu sampai amarah mereka mereda.

Ada pula pasien yang memukul dokter. Sekarang lagi hits kisah tentang dokter yang mengarah pada sisi negatif, walaupun begitu, saya tetap merasa dokter adalah pekerajaan mulia, sehingga dokter dan dan perawat adalah tim yang solid dan harus saling bekerjasama, demi kebaikan pasien. Kini, dokter harus menerima resiko tatkala pasien jiwa mengamuk saat dokter sedang memeriksa. Kita tak pernah tau kapan rasa kambuh datang, karena memang sakit jiwa tak seperti sakit fisik yang memiliki tanda dan gejala yang jelas dari perubahan fisik, warna atau suhu. Jadi saat itu ada ibu W. Menurut cerita kakak perawat, si ibu W ini mukul pundak dokter dengan keras, tanpa alasan yangjelas. Jadi saat ibu W sudah agak sadar aku korek ceritanya.. “Aku itu ya Sus, Cuma bilang kini ke dokternya.. Dok saya pulang kapan? Dok kalo saya beginiin sakit gak?” dan si ibu W langsung memukul. Akhirnya ibu W harus merasakan di fiksir deh. Dikurung dalam ruangan.

[caption id="attachment_294687" align="aligncenter" width="500" caption="sumber foto: Pribadi. mata sengaja di edit (dihitamkan) jaga privacy pasien"]

13854728281470004995
13854728281470004995
[/caption]

TAK KACAU

TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)

Jadi waktu itu kami akan pengambilan nilai TAK sebagai syarat pemenuhan nilai saat praktik lapangan. Tak ada salahnya kami berinisiatip untuk melakukan latihan TAK. TAK yang akan kami bawakan dengan media musik dan bola. Seluruh pasein melingkar.. bola berkeliling sampai lagu berhenti. Ketika lampu berhenti, pasien harus menyebutkan nama, usia dan alamat lengkap. Kemudian melemparkan bola lagi, begitu seterusnya. Simple ya? Tapi jadi gak simple dan luar biasa rumit karena mereka yang menjalankannya. Bagaimana jadinya?seharusnya lagu yang berdendang itu jadi media mereka memutar bola, memberi bola keteman sebelahnya, ternyata bola karet itu malah... dibawa lari oleh salah satu dari mereka, dimendal-mendal kan keatas.. dan mereka saling berkejaran, bak main bola. Halo ibu-ibu..!! kemudia kami ikut berlari mencegah mereka jauh dan mencegah bola melewati tembok pembatas lapangan. Kemudian setelah suasana kondusif, kami memulai lagi permainan.. lagu berbunyi.. nah kali ini bisa kooperatif nih.. terus aja yang ngacau, tetiba dia lari kebelakang mengejar suster yang sering mengajak dirinya mengobrol, dan bola diberikan oleh suster Denti, sebagai suster yang selalu menemaninya. Bola diberikan pada si suster dan.. “Ciyeeee...” kami bersorak, biarin, biar mereka seneng. “Ayo siapa itu nama susternya?” “Hmm Hmmm Suster Denti! Sambil cengar cengir”

[caption id="attachment_294688" align="aligncenter" width="500" caption="sumber foto: Pribadi. mata sengaja di edit (dihitamkan) jaga privacy pasien"]

138547286176322756
138547286176322756
[/caption]

Ada lagi, pasien yang sudah baik, sudah menyebutkan namanya usia dan alamt dengan point seratus! Namaku A usiaku 35 tahun, alamatku di Afrika(misal) aku benci dengan Mas X, dia selalu menggodaku, membawa anakku, dan aku akan membunuhnya, kalau kalian dekat-dekat kalian akan tahu rasa, tapi aku ini ibunya bidadari, nama anakku bidadari kayangan, kalian harus kenalkan nama aku A.. usiaku 35 tahun..blablabla”

“Oke cukup!” lanjut... itulah kadang mereka bicara teramat jelas, sampai kami pun rumit untuk menerjemahkannya :’)

[caption id="attachment_294689" align="aligncenter" width="500" caption="sumber foto: Pribadi. "]

13854728991026105058
13854728991026105058
[/caption]

NENA NYANYI MULUU, NINO JALAN MULUU

Mereka beraneka ragam. Ada pula si Nena(samaran) dia selaluuuuu menyanyi. Suaranya lantang. Tapi lagu yang dibawakan selalu sedih seperti lagu ST12 satu ini kutipannya. Eh koreksi ya, gatau ini lagu siapa..

“Merana hatii meranaaaaa, ku sakit karna menunggu lamaaa”

Begituuu terus sambil ia bulak-balik menentng kresek yang berisi odol dan sikat giginya.

Setiap pagi, siang sore malam, sebelum makan pun begitu. Ada pula si Nino(samaran) ia selalu mundar mandir dengan tatapan kosong, mundar-mandir luruuus. Ia gak akan pernah mengkol dan berbalik, sebelum ia menabrak sesuatu. Dari ujung ruangan ke ujung ruangan lagi. Saat ia sudah menabrak tembok, ia baru berbalik arah lagi.

Kadang kami iseng, menjegat Nino yang sedang jalan, kami pikir mungkin Nino akan berinisiatip untuk lewat jalan lain.. ternyata.. si Nino stuck ditempat. Gak kemana-mana, kakinya tetap melangkah ditempat. Ketika kami sudah tak menjegatnya, ia melanjutkan perjalanan lagi. Dengan ekspresi itu, datar. Pandangan lurus kedepan.

LUKA DI BADAN

Tak jarang aku menemukan berbagai luka dibadan mereka. lebih sering kutemui adalah luka didaerah pergelangan tangan. Diagnosa mereka mungkin RBD (Resiko Bunuh Diri) tapi gak semua dari mereka yang menggoreskan benda tajam itu karena mereka ingin bunuh diri, malah kebanyakan dari mereka melakukan hal itu karena perintah halusinasi. Saat ku tanya pada salah seorang pasien..

“Bu.. ini bekas luka apa bu?”

“Ini.. saya pakai gunting mau potong ini..”

“Kok dipotong bu?”

“Iya soalnya ada yang bisikin saya.. saya harus ambil gunting potong tangan saya..”

“Itu suara palsu ibu, kok ibu turutin?”

“Iya sus, soalnya kalo saya gak ngelakuin itu saya akan mati katanya..”

“Ibu udah diajarin suster kan bu? Gimana cara mengusir suara halusinasi?”

Seketika si ibu tutup kupingnya, dan bilang.. “Pergi-Pergi... kamu suara palsu!”

“Naah itu ibu pinter, lain diulangi lagi ya bu, kalo ada suara palsu lagi?”

“Iya sus”. Dan gak hanya itu di area tangan yang lain ibu ini juga ada bekas moncong godokan panas membekas ditangannya. Ngeri ya? Mereka memang butuh konseling khusus :’)

Gak jarang juga ada pasien yang sudah di kuasai oleh halusinasinya. Cirinya mereka menjauhkan diri dari keramaian, duduk sendiri, tatapan menunduk atau tatapan kosong kemudian mereka tersenyum sampai terbahak sendiri, bahkan ada juga yang sampai menangis sesenggukan entah apa yang ia dengar. Untuk kondisi ini, kita bisa mendekatinya setelah ia sadar dan tak dipengaruhi halusinasinya lagi.

Ohya, ada juga yang ternyakit. Gak ada yang lebih nyakit dari dicuekin orang saat bicara. Iya gak enak, saat kita udah ngomong panjang lebar ternyata orangnya tak merespon. Duuh. Jadi waktu itu ada pasien yang isolasi sosial, didekatkan. Di sapa, di tanya. Mereka mengangguk sejenak. Kita tanya dengan hal yang lebih luas, kemudian.. mereka pergi begitu saja. :’)

[caption id="attachment_294690" align="aligncenter" width="500" caption="sumber foto: Pribadi. mata sengaja di edit (dihitamkan) jaga privacy pasien"]

13854729431539139069
13854729431539139069
[/caption]

POTONG RAMBUT

Personal Hygiene sangat penting. Walaupun ada beberapa dari mereka yang gak peduli. Malas mandi, malas ganti baju, bahkan BAK dan BAB sembarangan. Terkadang kami yang harus menggiring mereka mandi di pagi hari bahkan kalau mereka berkeras gamau mandi, kami yang memandikan. Hei kalian harus mandi, sampo!biar gak kutuaaan!

[caption id="attachment_294691" align="aligncenter" width="500" caption="sumber foto: Pribadi. mata sengaja di edit (dihitamkan) jaga privacy pasien"]

13854729951888612981
13854729951888612981
[/caption]

Potong rambut. Ini adalah agenda wajib kalau para pasien rambutnya sudah pada panjang. Ya itu lagi, semakin panjang rambut mereka dan mereka pula malas mandi dan mengurusnya, resiko kutuan akan besar. Dan kutuan bisa menyebar kerambut-rambut pasiennya, termasuk rambut kami. waduh! Kami harus savety, dengan jilbab kami terlindungi. Makasih ya Allah :D

MENULIS

[caption id="attachment_294692" align="aligncenter" width="500" caption="sumber foto: Pribadi. mata sengaja di edit (dihitamkan) jaga privacy pasien"]

13854730481537274731
13854730481537274731
[/caption]

Siapa bilang pasien jiwa gak bisa nulis?pasien jiwa sangat cerdas. Mereka bisa mengungkapkan apa yang mereka rasakan dengan menulis! Bahkan mereka mengungkapkan perasaannya melalui media tulis ini. Tatkala mereka rindu, ada pula yang jatuh cinta sama dokter lelaki disini. Kami memfasilitasi mereka, dengan kertas dan pena. Tentu mereka dalam kami awasi. Biar bagaimanapun, pena memiliki ujung yang runcing, bisa jadi media mereka melakukan hal yang merugikan. Beberapa dari mereka berkisah tentang kerinduan mereka dengan keluarga, rindu mereka dengan anak, bahkan kekasih.

“Sus ada pena sama kertas gak?” tanya leli(samaran) suatu pagi.

“Ada, kenapa?”

“Aku mau tulis tentang dokter Eko..” ucap Leli sambil menyebut nama salah satu dokter.

“Ini nih..” aku memberikannya.

Dan ia menulis dengan sangat lincah, seperti biasa, sebelumnya dia mengisi biodata seperti dalam buku diary dia menulis:

Nama lengkap:

Panggilan:

Alamat:

Hobi:

Moto:

MAFA(Makanan Favorit): *jadul banget -_-

MIFA(Minuman Favorit):

Dst..

Kemudian baru masuk ke surat. Dokter Eko pertama kali aku bertemu... kalau saja Joko sudah tak setia, aku rela bersamamu dokter Eko...Dokter Eko.. aku mau diperiksa sama dirimu setiap pagi.. blabla *sungguh. Bukti suratnya masih aku simpan!hehe

[caption id="attachment_294693" align="aligncenter" width="500" caption="sumber foto: Pribadi. mata sengaja di edit (dihitamkan) jaga privacy pasien"]

13854731062068676474
13854731062068676474
[/caption]

Hari terakhir atau masa terminasi. Berakhir pejumpaan kami, berakhir pula dinas kami diruangan itu, kami bersalaman, berfoto bersama, kami sadar kesenjangan tak akan memulihkan, malah kesenjangan itu akan membuat kekakuan dan tak saling mengerti antara pasien dan perawat. Sehingga kami selalu merasa mereka adalah teman kami, mereka adalah orang yang lebih tua dari kami, mereka seharusnya didukung, disemangati untuk berjuang dan dipahami. Sebagian ada yang memeluk kami, dan sebagian ada yang haru.

[caption id="attachment_294694" align="aligncenter" width="500" caption="sumber foto: Pribadi. mata sengaja di edit (dihitamkan) jaga privacy pasien"]

13854731501261927308
13854731501261927308
[/caption] [caption id="attachment_294695" align="aligncenter" width="500" caption="sumber foto: Pribadi. mata sengaja di edit (dihitamkan) jaga privacy pasien"]
1385473184502572151
1385473184502572151
[/caption]

Ah sangat banyak kisah kalau mau dirunut tentang Jiwa. Berbagai hal unik dari mereka tak akan habis. Pun di postingan ini yang sudah di lembar ke 8 paling akhir. Well, mereka bukan untuk dijauhi, tapi mereka untuk dipahami dan dilatih agar lebih baik. Salam!

[caption id="attachment_294696" align="aligncenter" width="500" caption="sumber foto: Pribadi. mata sengaja di edit (dihitamkan) jaga privacy pasien"]

13854732181604704456
13854732181604704456
[/caption]

Bandarlampung, 26-11-2013

20.40 WIB

Rinta Wulandari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun