Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Setuju dengan Kapolri Listyo Sigit: Kelemahan Bangsa Kita Mudah Terpecah-belah

30 Januari 2021   23:46 Diperbarui: 30 Januari 2021   23:54 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Konflik antar umat, konflik antar agama dan konflik antar ras itu yang harus kita jaga. Karena Indonesia negara kesepakatan yang di dalamnya dibangun dari dasar keberagaman. Tapi kalau keberagaman itu tidak bisa kita jaga maka tentunya apa yang sudah dibangun oleh para pendiri bangsa ini sia-sia. Karena dari dulu kelemahan kita itu mudah terpecah-belah," (Kapolri Listyo Sigit Prabowo, Tribunnews.com, 30/1/2021)

Saat berkunjung ke Kantor DPP Rabithah Alawiyah, Jakarta Selatan (30/1/2021) dalam rangka menjalin silaturahmi antara Polri dengan ormas-ormas Islam, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan keresahannya.

Beliau menyebutkan bahwa kelemahan bangsa kita dari dulu adalah mudah terpecah-belah dan potensi itu masih tetap ada hingga saat ini, mengingat potensi sumber daya alam yang luar biasa dan masyarakat yang besar membuat bangsa asing berkepentingan untuk menguasai Indonesia.

Beliau juga menyebutkan bahwa perang terbuka sekarang tidak mungkin. Sehingga bangsa asing melakukan perang proxy atau perang dengan pihak ketiga. Caranya dengan membuat konflik salah satunya melalui ruang saiber. Dan ketika konflik terjadi, negara lain bisa masuk seperti yang terjadi di Timur Tengah.

"Seperti Timur Tengah konflik-konflik di sana yang memanfaatkan umat yang ada pada saat itu dibenturkan dan ujung-ujungnya sumber daya alamnya dikuasai. Apa kita mau seperti itu? Ini hanya gambaran-gambaran dan ini saatnya kita bersatu dan bersinergi bersama-sama bangkit," kata Listyo Sigit seperti dikutip dari Tribunnews.com (Sabtu, 30/1/2021).

***

Apa yang menjadi keresahan Kapolri Listyo Sigit sebenarnya adalah keresahan seluruh masyarakat Indonesia terlebih menjadi keresahan para pendiri bangsa yang telah mendahului kita, yang membangun bangsa ini di atas dasar keberagaman.

Dan apa yang dikatakan Kapolri Listyo Sigit mengenai "terpecah-belah" sebagai kelemahan kita "dari dulu" sangat berdasar. Terbukti dari lamanya kita dijajah bangsa-bangsa Eropa dan Jepang. Jika dihitung mulai dari masuknya Bangsa Portugis (1509) hingga Jepang angkat kaki dari Indonesia (1945), total lebih dari 436 tahun bangsa kita diperbudak.

Tentu bisa kita jawab sendiri mengapa bangsa kita begitu lama dikuasai bangsa-bangsa asing secara estafet. Dan tentu kita jug tahu apa dampak buruk dari penjajahan yang hampir setengah milenium itu terhadap mental bangsa yang baru menikmati kemerdekaannya selama 75 tahun.

Salah satu penyebab utama mengapa bangsa kita diperbudak dengan leluasa jelas karena bangsa kita tidak bisa bersatu alias selalu terpecah-belah. Penjajah tahu betul dampak persatuan dan kesatuan, maka dari itu mereka selalu berusaha mencari isu-isu perpecahan dan menciptakan skenario untuk mengadu-domba.

Sedangkan salah satu dari sekian banyak efek buruk dari masa penjajahan yang berlangsung berabad-abad adalah terbentuknya mental atau trauma mendalam, mudah termakan berita bohong atau hoaks dan mudah terprovokasi sehingga gampang terpecah-belah.

Bagaimanapun kita harus berterima kasih kepada para tokoh Kebangkitan Nasional 1908 dan Sumpah Pemuda 1928. Ketika bangsa kita berikrar: mengaku bertumpah darah satu, berbangsa satu dan menjunjung tinggi bahasa persatuan, kita dapat melihat hasilnya 37 tahun kemudian setelah Kebangkitan Nasional, kita berhasil memproklamasikan kemerdekaan yang sudah sangat-sangat lama kita impikan.

Itu adalah lompatan yang sangat tinggi, dari yang sebelumnya perjuangan hanya bersifat kedaerahan dan semata-mata untuk mempertahankan daerah atau "kerajaan" masing-masing, kemudian berubah menjadi perjuangan yang bersifat nasional dan demi kemerdekaan secara nasional pula.

Tentu saja hal tersebut mengagetkan pihak penjajah khususnya Belanda sebagai penjajah yang sudah bercokol selama 3,5 abad. Mereka tidak menyangka bahwa pembodohan yang mereka terapkan dengan strategi politik devide et impera akhirnya terpatahkan.

***

Saya pikir apa yang disampaikan oleh Kapolri Listyo Sigit harus menjadi tema kebangsaan yang sangat penting tahun ini untuk disampaikan kepada masyarakat dan kepada siswa di sekolah-sekolah serta mahasiswa kampus-kampus secara terus-menerus.

Agar semuanya tahu bagaimana perang proxy terus dilakukan oleh bangsa-bangsa asing yang ingin menguasai ekonomi dan sumber daya alam kita.  Mereka punya kepentingan agar terjadi konflik horizontal di Indonesia. Dan disaat seperti itulah mereka mengambil keuntungan.

Tanpa kita sadari, dengan gencarnya mereka terus melakukan serangan melalui teknologi saiber di jagat maya. Mereka mengangkat isu-isu apa saja yang strategis untuk memecah-belah, terutama dengan isu-isu suku, agama dan masalah ras.

Dan kita juga harus mengetahui latarbelakang sejarah bangsa kita yang harus menanggung penderitaan dalam kurun waktu yang sangat lama, lebih dari 460 tahun. Rakyat ditindas dan disiksa, hasil kekayaan bumi kita diperas dan diangkut ke negeri penjajah demi kemakmuran negeri mereka. Dan apakah kita masih mau kembali ke masa itu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun