Itu adalah lompatan yang sangat tinggi, dari yang sebelumnya perjuangan hanya bersifat kedaerahan dan semata-mata untuk mempertahankan daerah atau "kerajaan" masing-masing, kemudian berubah menjadi perjuangan yang bersifat nasional dan demi kemerdekaan secara nasional pula.
Tentu saja hal tersebut mengagetkan pihak penjajah khususnya Belanda sebagai penjajah yang sudah bercokol selama 3,5 abad. Mereka tidak menyangka bahwa pembodohan yang mereka terapkan dengan strategi politik devide et impera akhirnya terpatahkan.
***
Saya pikir apa yang disampaikan oleh Kapolri Listyo Sigit harus menjadi tema kebangsaan yang sangat penting tahun ini untuk disampaikan kepada masyarakat dan kepada siswa di sekolah-sekolah serta mahasiswa kampus-kampus secara terus-menerus.
Agar semuanya tahu bagaimana perang proxy terus dilakukan oleh bangsa-bangsa asing yang ingin menguasai ekonomi dan sumber daya alam kita. Mereka punya kepentingan agar terjadi konflik horizontal di Indonesia. Dan disaat seperti itulah mereka mengambil keuntungan.
Tanpa kita sadari, dengan gencarnya mereka terus melakukan serangan melalui teknologi saiber di jagat maya. Mereka mengangkat isu-isu apa saja yang strategis untuk memecah-belah, terutama dengan isu-isu suku, agama dan masalah ras.
Dan kita juga harus mengetahui latarbelakang sejarah bangsa kita yang harus menanggung penderitaan dalam kurun waktu yang sangat lama, lebih dari 460 tahun. Rakyat ditindas dan disiksa, hasil kekayaan bumi kita diperas dan diangkut ke negeri penjajah demi kemakmuran negeri mereka. Dan apakah kita masih mau kembali ke masa itu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H