Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Homo Homini Lupus Est" Penjajahan Itu Alami dan Abadi Sepanjang Masa Kebodohan

25 Januari 2021   19:41 Diperbarui: 25 Januari 2021   20:53 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : tangkapan layar dari lipsumtech.com

Bangsa Indonesia tahu betul bagaimana rasanya dijajah. Jika dihitung sejak kedatangan bangsa Portugis (1509-1595), Spanyol (1521-1692), Belanda (1602-1942), Perancis (1806-1811), Inggris (1811-1816) dan Jepang (1942-1945), maka secara keseluruhan bangsa Indonesia pernah dijajah bangsa Eropa dan Jepang lebih kurang 436 tahun atau 4 abad 36 tahun.

Bisa dibayangkan bagaimana selama itu bangsa Indonesia diperbudak. Hasil buminya dikuras, rakyatnya ditindas, tenaganya diperas dan terus dilakukan pembodohan serta adu domba. Agar rakyat Indonesia tidak pernah berpikir untuk merdeka. Dan tidak pernah bersatu untuk mengusir penjajah.

Itulah mengapa setelah menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, para pendiri bangsa ini dengan tegas menyatakan sikapnya yang anti terhadap penjajahan, seperti tertuang pada alinea pertama Pembukaan UUD 1945: 

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan 

Juga pada alinea keempat ditegaskan bahwa bangsa Indonesia pro aktif dalam ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan dan perdamaian abadi: "... dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial..."

Bangsa Indonesia sangat membenci dan mengutuk segala bentuk penjajahan. Bangsa Indonesia cinta perdamaian tetapi lebih cinta kemerdekaan. Bangsa Indonesia menghormati kedaulatan bangsa lain tetapi sangat membenci dan mengutuk segala bentuk penjajahan oleh bangsa manapun terhadap bangsa apapun.

***

Jika Anda bertanya: Bagaimana penjajahan bisa terjadi dan sudahkah semua bangsa merdeka?

Menurut saya penjajahan adalah hal yang alami dan bahkan sangat alami. Sealami Asinaria karya Plautus yang menyebutkan bahwa manusia adalah Homo Homini Lupus Est. Sebuah istilah dalam bahasa Latin yang artinya: "Manusia adalah serigalanya manusia" atau "manusia adalah serigala bagi manusia lainnya".

Masih kurang jelas? Serigala adalah hewan buas pemangsa hewan lemah lainnya. Serigala pada umumnya hanya memakan hewan lainnya seperti domba dan kambing. Kecuali terpaksa harus memakan serigala lainnya karena hewan lain tidak ada lagi.

Tetapi berbeda dengan manusia. Manusia memangsa manusia lainnya. Yang kuat memakan yang lemah dan yang lemah menjadi santapan. Yang licik menipu yang dungu dan yang dungu menjadi bulan-bulanan. Yang pintar menjajah yang bodoh dan yang bodoh selamanya akan menjadi budak.

Jadi jika dulu bangsa-bangsa Eropa menjajah bangsa-bangsa Asia, Afrika dan Amerika, apakah ada yang salah? Tidak. Mereka datang dengan semboyan yang mereka anggap sangat mulia: Gold (kekayaan), Glory (kejayaan) dan Gospel (menyebarkan agama).

Ketika itu tidak sedikitpun mereka merasa bersalah. Semuanya berjalan alami. Bangsa-bangsa di Eropa membutuhkan rempah-rempah, emas, intan, perak, nikel, timah, bauksit, tembaga, aluminium, dsb, dan semuanya itu ada pada bangsa-bangsa Asia, Afrika dan Amerika.

Merekapun ingin berekspansi. Tanah di benua Eropa itu terlalu sempit. Mereka ingin menjadikan tanah bangsa-bangsa Asia, Afrika dan Amerika menjadi bagian dari tanahnya. Pendeknya, mereka ingin meluaskan tanah bangsanya tetapi sama sekali menurut mereka bukan mencaplok.

Menjadikan tanah dia Asia, Afrika dan Amerika menjadi tanahnya tetapi tidak serta Merta dengan penduduk aslinya menjadi bagian dari mereka. Mereka akan menindasnya dan menjadikannya budak. Mereka hanya dapat menghargai penduduk pribumi sedikit lebih terhormat terhormat dari "hewan". Seperti yang terjadi di Afrika Selatan, politik apartheid.

Jadi ketika Portugis, Spanyol, Perancis, Inggris, Belanda dan Jepang menjajah Indonesia, sama sekali mereka tidak merasa bersalah. Menurut mereka itu adalah hal alami. Karena mereka lebih pintar, lebih kuat sehingga layak menindas. Menurut mereka Indonesia bodoh dan terlalu wajar untuk ditindas, bebas untuk diapain saja.

Bahkan ketika menjajah Indonesia, Jepang menganggap dirinya bukan penindas kejam tetapi beralibi sebagai Pemimpin, Pelindung dan Cahaya Asia. Dengan dalih itu mereka beringas, menyiksa dan memerkosa segalanya, termasuk perempuan-perempuan bangsa ini untuk memuaskan hawa nafsunya.

***

Jika Anda bertanya: Sudahkah semua bangsa merdeka?

Secara harfiah sebagian besar sudah, kecuali Palestina dan beberapa lainnya. Tetapi secara alegoris, belum.

Sebagian besar bangsa-bangsa jajahan sudah menyatakan kemerdekaannya secara de facto. Tetapi hanya sedikit yang seperti Republik Rakyat China dan Korea Selatan yang sudah benar-benar merdeka secara lahir dan batin.

Umumnya negara-negara jajahan itu sangat lambat melakukan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi. Sumberdaya manusianya masih terbilang sangat rendah. Pengelolaan sumberdaya alamnya masih bergantung sepenuhnya kepada negara-negara penjajah. Jadilah mereka tetap menjadi negara jajahan dengan gaya baru, secara ilmu pengetahuan dan teknologi, juga ekonomi.

Negara mantan jajahan tetap menjadi mangsa mantan penjajah. Mantan penjajah mengikat mantan jajahannya dengan utang, mantannya terjerat, terjebak dan terperangkap. Mantan penjajah membayar hasil bumi mantan jajahannya dengan rendah. Tetapi sebaliknya mantan jajahan membeli hasil industri teknologi dari mantan penjajahnya dengan mahal. 

Tidak ada kisah manis antara mantan. Seperti orang pacaran, dulu dan sekarang tetap terasa pahit. Tetapi bagaimanapun pahitnya tetap harus berhubungan karena kebergantungan. Kebergantungan yang tak diinginkan tetapi tetap tidak terhidarkan.

Katanya ini hubungan ekonomi. Katanya hubungan simbiosis mutualisme. Tetapi kenyataannya tidak sepenuhnya demikian. Bisa jadi ini adalah simbiosis parasitisme. Yang kuat menghisap yang lemah dan yang lemah makin layu lalu kering. Demikian seterusnya, lalu mati.

Lalu sampai kapan penjajahan itu akan berakhir?

Selamanya akan demikian. Akan abadi sepanjang masa. Sepanjang masa kebodohan bercokol.

Efek penjajahan yang terlalu lama itu begitu lekat dan berkarat. Tidak ada kemerdekaan yang sesungguhnya bagi bangsa yang bodoh. Selamanya mereka akan menjadi mangsa. Selamanya mereka akan ditindas, dipecah belah dengan isu agama. Isu suku dan masalah rasial lainnya.

Melalui teknologi informasi dan komunikasi mereka akan diobok-obok. Melalui media sosial mereka dikendalikan agar ribut mengenai masalah apa saja. Seperti tergulingnya 5 penguasa dalam "Arab Spring" semuanya diawali dari media sosial. Demikian peristiwa yang lebih parah akan terjadi di negara-negara bekas jajahan.

Jadi sampai kapan penjajahan itu akan berakhir?

Bagi negara bekas jajahan, penjajahan itu tidak akan pernah berakhir. Efek penjajahan yang terlalu lama itu sungguh berbahaya. Selamanya mereka akan dijajah. Kecuali mereka dapat melepaskan takdirnya, seperti RRC dan Korea Selatan yang sudah benar-benar merdeka secara harfiah dan alegoris.(RS/dari berbagai sumber)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun