Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kepemimpinan Yesus: "Pencitraan" Melayani Harus, Munafik Celaka

6 Januari 2021   23:38 Diperbarui: 6 Januari 2021   23:47 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Perduki.com

Bagaimana dengan pencitraan, apakah boleh atau tidak dan apakah pencitraan itu sama dengan kemunafikan?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pencitraan adalah proses cara membentuk citra mental pribadi atau gambaran sesuatu. Sedangkan munafik adalah berpura-pura percaya atau setia dan sebagainya kepada agama dan sebagainya, tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak; suka (selalu) mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya; bermuka dua

Atau dengan kata lain pencitraan adalah sebuah proses bagaimana membentuk citra diri atau mental pribadi yang positif. Artinya seorang pemimpin harus memiliki citra diri atau mental pemimpin yang mengayomi dan melayani dan sama sekali bukan dilayani.

Pencitraan sangat berbeda dengan munafik tetapi sering menjadi samar dan seakan-akan kelihatan sama. Jika kemunafikan dilakukan hanya sebagai kepura-puraan untuk menarik rasa simpati orang lain tetapi pencitraan adalah mental yang dilakukan secara konsisten.

Karena sudah seringnya dan lamanya pemimpin atau pejabat-pejabat mempertontonkan kemunafikan akhirnya ketika ada pemimpin atau pejabat-pejabat yang serius membangun citra diri, maka mereka sering dianggap hanya pura-pura. 

Dan oleh orang atau kelompok tertentu akhirnya merekapun dituduh hanya "pencitraan", yang disamakan dengan munafik. Padahal pencitraan dan munafik adalah dua hal yang sangat bertolak belakang.

Rasul Paulus kepada jemaat di Filifi mengatakan: Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! (Filipi 4:5).

Sudah saatnya setiap pemimpin menunjukkan kebaikan hatinya untuk melayani rakyat. Entahpun ada yang mengatakannya lebay, norak, pencitraan atau fitnahan keji, yang penting melayani dengan ikhlas dan secara konsisten.

Bukan hanya kepura-puraan padahal dalam hatinya tidak suka. Jangan sekali-kali melakukan hal-hal munafik karena orang-orang munafik yang mengelabui rakyat, suatu saat, cepat atau lambat, mereka pasti celaka. (RS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun