"Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,
dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:25-28)
Ketika Jokowi ingin menunjukkan citra pemimpin yang sesungguhnya yaitu "melayani dan bukan dilayani" banyak yang memuji tetapi tidak sedikit yang menghujat.
Ketika Jokowi menanggalkan jas kepresidenan dan menggantinya dengan kemeja putih lalu turun langsung menyuruk gorong-gorong, banyak yang kagum tetapi tidak sedikit yang menyebutnya lebay.
Ketika Jokowi blusukan menemui rakyatnya dari kota hingga ke pelosok, banyak yang histeris kegirangan tetapi tidak sedikit yang menyebutnya pencitraan.
Siapakah mereka yang memuji, kagum dan histeris kegirangan? Dan siapakah mereka yang menghujat, menyebut lebay dan menuduhnya sebagai pencitraan?
Mereka yang memuji, kagum dan histeris kegirangan adalah mereka yang merindukan sosok pemimpin yang melayani dan sangat dekat dengan rakyatnya. Yang melihat dan dan merasakan langsung perasaan rakyatnya.
Sedangkan mereka yang menghujat dan menyebut lebay atau menuduh sebagai pencitraan adalah pejabat-pejabat yang merasa dirinya tersaingi dan merasa kedudukan dan "kehormatan"nya terancam jika harus duduk bersama rakyatnya.
Dan pejabat-pejabat seperti ini juga berusaha memprovokasi rakyat dengan berbagai cara termasuk dengan memperalat isu agama, suku dan ras, intinya agar mereka jangan sampai kehilangan fans terutama kekuasaan dan kehormatan.
***
Jauh sekitar 2000 tahun yang lampau, hal yang sama sudah terlebih dulu terjadi pada zaman ketika Yesus masih tinggal ditengah-tengah para ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi di Israel.
Ahli-ahli Taurat adalah orang-orang yang ahli mengajar dan menafsirkan Perjanjian Lama khususnya kelima Kitab Musa (Pentateukh): Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan.