Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Covid-19 Mengubur Impian Penduduk Hadataran Memiliki Jalan dan Jembatan yang Layak

17 Juni 2020   16:40 Diperbarui: 18 Juni 2020   12:46 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya Nehemia dalam keremukan hatiny terduduk menangis, berkabung lalu berpuasa dan berdoa kepada Tuhan semesta langit. Namun dalam kedudukannya sebagai pegawai juru minum istana, Nehemia mendapatkan izin dari Artahsasta sang kaisar, bahkah diberi mandat sebagai utusan Kekaisaran Persia untuk pulang membangun tembok Yerusalem dan untuk memperhatikan keluhan-keluhan kaumnya di sana. 

Singkat cerita, Nehemia pun sukses menjalankan misinya tepat seperti yang dia cita-citakan walaupun menghadapi tantangan yang sangat berat.

Tetapi siapakah saya jika dibandingkan dengan Nehemia? Jangankan menjadi juru minum istana bahkan ke istana presiden pun saya tidak memiliki kesempatan untuk menyampaikan semua kersahanku itu kepada Joko Widodo. 

Pernah terlintas dipikiranku untuk membiayai sendiri pembanganun jalan ke kampungku tetapi hanya jika seandainya saya memiliki banyak uang seperti Jeff Bezos, pendiri dan CEO Amazon itu. 

Lalu apa yang dapat saya lakukan untuk membangun kampungku seperti hal yang Nehemia telah lakukan terhadap Yerusalem dan penduduknya? 

Ingin rasanya saya memohon belas kasihan dari para filentropis seperti Bill Gates, Warren Buffet atau siapa saja donatur yang bersedia membangun kampungku, tetapi hingga saat saya belum mendapatkan akses untuk berbicara kepada mereka.

Kubangan lumpur.Sumber photo dari grup Facebook HAMARS
Kubangan lumpur.Sumber photo dari grup Facebook HAMARS

Harapan Itu Datang

Sejak Indonesia merdeka hingga saat ini, sejarah pembangunan ke kampung kami Hadataran-Hapesong-Paratusan, dapat dibagi ke dalam 3 masa.

Yang pertama adalah Zaman Kegelapan atau Zaman “Hoda Kuli”. Saya sebut demikian karena pada masa itu tidak ada alat transportasi pengangkutan barang ke kampung kami selain daripada Hoda Kuli atau “Kuda Beban”. 

Masa ini masih jauh lebih kelam daripada zaman "kuda gigit besi", karena di sini kuda bukan menarik kereta tetapi orang yang mengiringnya berjalan kaki mengikut kuda dari belakang menelusuri jalan setapak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun