Bagaimana dengan di Indonesia?
Di Indonesia sudah dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan kualifikasi guru. Yang tadinya guru SD hanya tamatan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) setara SMA, kemudian kualifikasinya dinaikkan menjadi Diploma II kemudian menjadi Stata I (S1)/Diploma IV (D-IV).
Demikian juga dilakukan berbagai macam pendidikan dan latihan (Diklat) termasuk Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG), Bimbingan Teknis (Bimtek), Kelompok Kerja Guru (KKG), dsb.
Pertanyaannya adalah apakah secara garis besar kualitas guru sebagai pendidik semakin meningkat? Dan apakah pendidikan kita itu secara nasional semakin baik? Dan bagaimana dengan kesejahteraan guru, sudahkah lumayan terperhatikan?
Secara garis besar kualitas guru di Indonesia masih rendah dan secara nasional kualitas pendidikan kita itu juga masih sangat rendah. Artinya secara umum pendidikan kita belum bisa berkontribusi positif dalam pembangunan bangsa dan negara. Dalam mencetak generasi yang cerdas, berkarakter, bermental tangguh dan berjiwa nasionalisme yang tinggi.
Mengapa saya sebut demikian?
Tidak elok dan kurang sah rasanya mengatakan hal demikian tanpa data dan fakta pendukung. Tetapi jika saya boleh bertanya: pengetahuan dan kompetensi apa yang sudah dimiliki seorang guru untuk mendidik anak bangsa?Â
Sudahkah guru itu menghayati dan menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, penilai, dan pengevaluasi peserta didik?
Sudahkah guru bisa menempatkan dirinya sebagai seorang guru sekaligus sebagai orang tua bagi peserta didik yang dapat menginspirasi, memotivasi dan menjadi teladan dalam karakter dan kerja keras?
Bagaimana dengan kualitas peserta didik di Indonesia? Pengetahuan dan ketrampilan apa yang dimiliki seorang peserta didik lulusan SD, SMP, SMA atau SMK. Secara intelektual dan karakter sudah dapatkah mereka disebut sebagai orang berpendidikan?
Masalah kesejahteraan guru juga sebuah permasalahan yang tidak akan pernah selesai dibicarakan. Khususnya untuk tenaga honorer yang notabene adalah lulusan sarjana tetapi masih banyak yang digaji dibawah RP 200 ribu/bulan. Dibilang tak penting, mereka penting. Dibilang penting, mereka tak diperhatikan. Lalu bagaimana?