Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apa Sebenarnya Makna Dibalik Lagu "... Tarida do Kolorna"?

30 Mei 2018   03:03 Diperbarui: 4 Januari 2019   19:56 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiba-tiba saja lagu "... Tarida do Kolorna" viral dan menjadi bahan perbincangan dikalangan orang Batak. Terutama di beberapa grup facebook yang masih berhubungan dengan nama "Taput". Penyebabnya adalah karena lagu tersebut dinyanyikan salah satu kontestan Pilkada dalam sebuah acara kampanye terbuka di Tapanuli Utara.

Terbuka bagi siapa saja untuk berkomentar mengenai lagu ini di dunia maya dan jagat maya. Bagi nitizen yang menganggap lirik lagu ini tidak wajar dan kebetulan berada di kubu yang berseberangan, maka terbuka kesempatan bagi mereka untuk menyerang kubu lawan yang menyanyikan lagu ini dalam sebuah kampanye terbuka. Dengan dasar, menyanyikan lagu ini dalam sebuah kampanye terbuka adalah sebuah blunder besar.

Sedangkan bagi pihak yang sudah terlanjur menyanyikan lagu ini, mereka harus membela diri dengan 1001 alasan bahwa ini hanya sekedar lirik sebuah lagu yang diciptakan dan dinyanyikan oleh Artis Batak Tongam Sirait sejak tahun 2016. 

Bahkan lagu ini sudah pernah dinyanyikan penulisnya sendiri pada "Samosir Musik Internasional" yang dihadiri oleh pejabat tertinggi daerah dan tokoh masyarakat. Dan nampaknya tidak ada masalah. "Kebetulan saja lagu ini dinyanyikan pada kampanye terbuka, terus dijadikan sebagai objek buli untuk menyerang pasangan tertentu oleh pihak lawan", komentar salah satu nitizen.

Terlepas dari pro dan kontra mengenai lagu ini yang sudah disusupi dengan politik sehingga banyak yang melihatnya tidak lagi dengan kacamata yang jernih karena kecenderungan mendukung atau membenci paslon tertentu. Maka kali ini saya berada di pihak netral tidak mendukung kubu manapun. 

Awalnya saya sama sekali tidak tertarik mengomentari lagu ini tetapi rasa penasaran memaksa saya untuk menganalisanya. Apa sebenarnya makna dibalik lagu ini dan apa pesan yang ingin disampaikan oleh Tongam Sirait sebagai penulis sekaligus yang menyanyikan lagu yang rada aneh ini?

Maka sayapun mencoba mencari liriknya di jagat maya dan ternyata mencarinya tidaklah sulit. Karena sudah lumayan populer, sangat mudah mendapatkannya, baik dalam bentuk teks maupun dalam bentuk video di YouTube. Liriknya kira-kira begini. (Nama dalam judul dan lirik lagu sengaja saya kosongkan dan diganti dengan titik-titik karena saya pikir tidak etis untuk menuliskannya)

" ..... "

..... tarida kolorna tikki marampera

dibereng bapak na

..... tarida kolorna tikki marampera

dibereng bapak na


..... boasa sai marampera ho

boasa dang marsalawar ho

bereng ma godang ni jolma on 

namamereng ho dihuta on


..... tarida kolorna tikki marampera

dibereng bapak na

Yang artinya dalam terjemahan bebas bahasa Indonesia kira-kira begini:

Si Anu, nampak kolornya waktu main yeye (lompat karet gelang) dilihat bapaknya... 2x

Anu, mengapa engkau asyik main yeye? Mengapa engkau tidak pakai celana?

Lihatlah betapa banyak orang yang menyaksikanmu dikampung ini!

Si Anu, nampak kolornya waktu main yeye dilihat bapaknya...

Awalnya saya sangat sulit memaknai lagu ini. Tetapi setelah menyaksikan video klipnya saya kemudian sedikit mengerti alur atau plot, latar belakang dan usia tokoh yang dimaksudkan dalam lirik lagu ini. Tetapi tetap saja saya kurang mengerti apa pesan moral yang ingin disampaikan penulis. Yang jelas lirik lagu ini bukan satire tetapi merupakan sarkasme.

Dalam video klip diperlihatkan, si Anu yang dimaksud adalah seorang anak perempuan yang berumur kira-kira sepuluh tahunan atau kira-kira kelas 3 SD, yang gemar main yeye tanpa menggunakan celana pendek tetapi hanya menggunakan rok, sehingga setiap kali dia melompat kolornya selalu kelihatan.

Hal tersebut dilihat ayahnya dan disaksikan satu kampung tetapi ayahnya mungkin tidak atau enggan menegurnya agar berhenti main yeye atau menyuruhnya memakai celana pendek terlebih dahulu sebelum kemudian meneruskan permainannya, agar kolornya tidak kelihatan.

Dalam budaya Batak, mengomongkan kolor apalagi antara seorang ayah dengan anak perempuannya yang sudah beranjak remaja ada sebuah hal yang tabu dan tidak lazim. Antara malu mengatakan atau membiarkannya begitu saja, semuanya seolah-olah menjadi sebuah dilema.

Mungkin Tongam Sirait sebagai penulis sekaligus penyanyi lagu ingin menyuarakan dengan sarkas agar seorang ayah harus tegas menegur anak gadisnya sejak kecil. Untuk mengajarkan sesuatu yang patut atau tidak patut di depan umum sekalipun itu kelihatan tabu. Agar ketidakpatutan itu tidak berlanjut dan di saksikan oleh lebih banyak orang sekampung maka seorang ayah atau orang tua harus tegas menasihati anaknya dengan mengabaikan rasa tabu.

Horas....

(RS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun