Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku dan Kampungku, Sebuah Keniscayaan

26 Mei 2018   17:03 Diperbarui: 26 Mei 2018   20:45 1511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upaya pembangunan jalan di masa pemerintahan Jokowi (Dokumentasi Pribadi)

Namaku dP.S Ratu Hapis Ratnir. Sejak kecil aku adalah murid berprestasi dengan kemampuan diatas rata-rata. Aku dilahirkan di sebuah desa kecil yang bernama Ngosepah di pelosok Kecamatan Garoga, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Jika 10 tahun lalu Tuan berkunjung ke kampungku, Tuan harus menempuh jalan setapak yang dipenuhi semak belukar, melewati hutan yang sebagian sudah ditebas untuk dijadikan ladang berpindah, kemudian mendaki gunung yang lumayan tinggi, lalu menuruni lembah. Dan jika Tuan cukup kuat berjalan kaki sekitar 18km maka Tuan akan tiba di kampungku.

Suasana kampungku (Dokumentasi Pribadi)
Suasana kampungku (Dokumentasi Pribadi)
Perlu Tuan ketahui, tidak ada pilihan trasportasi lain disana selain beberapa ekor "kuda beban" yang digunakan masyarakat setempat setiap Senin dan Rabu untuk mengangkut hasil bumi berupa kopi dan kemenyan untuk dijual di ibukota kecamatan Garoga.

Dan sore hari ketika malam menjelang, kuda-kuda tersebut akan dimuati kebutuhan sehari-hari berupa ikan asin, garam, rokok, miyak makan, minyak tanah, dsb, yang nantinya dijual kepada masyarakat kampung. Tetapi tuan tidak akan menemukan mereka membawa beras, karena di kampung terdapat hamparan sawah yang luas yang cukup untuk memenuhi pangan mereka.

Jika 10 tahun lalu Tuan hampir tiba di kampungku, kira-kira satu kilometer menjelang, Tuan akan menjumpai sebuah pohon Hoting yang pohonnya cukup besar dan daunnya rindang. Tetapi sekarang aku dengar pohon itu tidak ada lagi. Sudah mati seiring dengan berjalannya waktu. Hilang ditelan usia.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Tetapi sekalipun pohon tersebut tidak ada lagi, dari tempat bekas pohon itu tumbuh, Tuan akan melihat sebuah "sorga tersembunyi" yang dikelilingi oleh gunung-gunung. Di sebelah kiri ada kampung Naratadah, dan lumayan jauh disebelah kanan sayup-sayup terlihat kampung Ngosepah.

Terdapat hamparan sawah yang sangat luas dan indah di sela-selanya, dan dua buah sungai yang mengalir cukup deras yaitu Sungai Badan dan Sungai Siondop yang dipergunakan masyarakat untuk mengairi sawah, untuk mandi, mencuci dan keperluan lain. Sungguh pemandangan yang sangat indah dan menakjubkan.

Waktu kecil aku merindukan sebuah perubahan, yaitu melepaskan diri dari isolasi transportasi dan informasi. Juga dari kegelapan diwaktu malam. Tidak ada pelayanan kesehatan dan penerangan listrik disana. Yang ada hanya lampu minyak yang dibuat dari botol. Dan jika ada yang cukup beruntung, bolehlah mereka menyalakan petromax atau strowngking.

Aku ingin memerdekakan kampungku dari "kekolotan". Dan tak tanggung-tanggung, dulu aku pernah bercita-cita menjadi seorang "Jenderal". Menurut saya "Jenderal" adalah pangkat tertinggi di negeri ini yang dapat menduduki jabatan apa saja dan dapat melakukan apa saja. 

Termasuk dapat membangun jembatan yang sangat panjang melewati lembah, membelah gunung gunung yang mengepung desaku atau membangun landasan pesawat terbang. Tidak lain tidak bukan, tujuannya hanya satu, kampungku dapat dijangkau lebih mudah dan kampungku lepas dari belenggu kekolotan.

Sawah menghijau (Dokumentasi Pribadi)
Sawah menghijau (Dokumentasi Pribadi)
Sebenarnya saya pernah hampir menjadi "Jenderal". Itu terjadi ketika saya menjadi "kandidat kuat" siswa SMA Taruna Nusantara di Malang, tempat para calon "Jenderal" dibentuk. Saya menjadi salah satu dari tiga calon dari Kecamatan Garoga, tetapi saya "gagal". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun